1. Origami Merah Muda

885 204 299
                                    

FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!

“Mari kembali berkelana, bersama luka yang tak pernah disembuhkan oleh para penyebabnya.”

Selamat Membaca

••••............••••

Pagi di minggu yang cerah, adalah hari yang dinanti oleh banyak orang, termasuk para remaja yang menyandang status sebagai pelajar.

Termasuk Nalan, cowok berusia 13 tahun itu kini dengan penuh keantusiasan beranjak dari tempat tidurnya. Bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap menyambut hari libur dengan penuh semangat.

Tidak butuh waktu lama untuk Nalan membersihkan diri hingga kini ia sudah siap dengan baju polo hitam dan celana cargo berwarna cream yang panjangnya selutut. Nalan sempat memandang pantulan dirinya di cermin sejenak, mengukir senyum saat melihat ia begitu tampan mengenakan baju pilihannya itu.

"Nalan ganteng juga ya," pujinya sambil terkekeh.

Kemudian Nalan mulai keluar dari kamarnya, menuruni beberapa anak tangga untuk menuju ruang tamu. Niatnya, pagi ini ia ingin mengajak Langit menonton televisi bersama. Sudah pasti, di minggu pagi pasti banyak sekali kartun-kartun seru yang ditayangkan di televisi. Nalan ingin sekali menontonnya bersama Langit. Namun, saat Nalan mengetuk pintu kamar Langit dan sempat membukanya sebab tak terkunci, Nalan tidak menemukan Langit di sana.

Nalan berpikir bahwa Langit mungkin sudah turun lebih dulu. Jadi, kali ini Nalan memilih untuk menuju ruang tamu sendirian.

Saat kakinya berhasil menginjak pada anak tangga terakhir, Nalan melihat langit yang tengah duduk di sofa abu-abu, tepat di depan televisi. Senyum Nalan mengembang sempurna, dengan cepat ia berlari menghampiri Langit dan memeluknya dari belakang. Pergerakan Nalan yang tiba-tiba membuat Langit terkejut, dan spontan melirik pada adiknya.

"Kak Langit!" Nalan berseru, sambil terus tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang tersusun rapih.

"Nalan! Ngagetin aja!" kesal Langit.

Nalan merasa puas melihat raut wajah Langit yang kesal karenanya. Perlahan ia melepas pelukannya dan mengambil duduk di samping Langit, sambil mengambil alih remot televisi yang semula digenggam oleh Langit.

"Tadi Nalan ke kamar Kak Langit, tapi Kak Langit enggak ada," ucap Nalan pada Langit, meski tatapannya masih setia pada televisi, mencari kartun yang seru.

Langit hanya diam. Tatapan cowok itu sibuk fokus pada layar televisi yang tak jelas menayangkan apa. Sebab sedari tadi Nalan terus saja memindahkan channelnya.

"Kenapa enggak ada yang seru ya, Kak?" Nalan geram, karena tak kunjung mendapatkan tayangan televisi sesuai kemauannya.

"Ih, kartun enggak ada ya, Kak? Biasanya hari minggu suka banyak kartun," gerutu Nalan.

"Jam segini biasanya berita pagi," jawab Langit.

Merasa lelah tak kunjung menemukan kartun, Nalan mengakhiri kegiatannya. Ia menyimpan remot televisi di atas meja, tepat di depan sofa abu-abu yang didudukinya. Kedua bibir Nalan mengerucut, ia menyandarkan diri pada sofa sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Pulang untuk NalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang