FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!
“Sedalam apa patahnya, hingga sejauh ini belum juga bisa sembuh?”
Selamat Membaca
••••............••••
Nalan kini sedang asik bermain di kamar Langit. Langit benar-benar menepati janjinya membawa mobil-mobilan sepulang dari perginya bersama Ayah dan Bunda.Langit yang baru saja tiba di rumah langsung mencari Nalan ke kamarnya, tapi Nalan tidak ada. Langit mencari Nalan hingga menemukan Nalan yang tengah tertidur pulas di atas sofa. Ia membangunkan Nalan dengan menepuk pelan kaki adiknya itu. Saat mata Nalan terbuka, Langit langsung menunjukkan mobil-mobilan barunya pada Nalan, membuat Nalan dengan segera terbangun dan keduanya dengan cepat berlari ke atas menuju kamar Langit.
Kini Nalan tampak sibuk dengan mobil-mobilan yang dioperasikan menggunakan remot kontrol untuk menggerakannya. Sementara, Langit terus memberi arahan pada Nalan tentang cara memainkan mobil-mobilan tersebut.
"Bunda belinya satu aja, Kak?" tanya Nalan, masih fokus pada mobil-mobilannya.
Langit yang tengah duduk di atas tempat tidur, hanya mengangguk sebagai jawaban. Anggukan yang dilakukannya tentu membuat Nalan sedih, raut wajah adiknya itu seketika berubah murung.
"Mobil-mobilannya mahal, kalau beli dua nanti uang Bunda habis. Jadi, Nalan barengan aja sama Kak Langit," ucap Langit, berusaha kembali menenangkan suasana hati adiknya.
Nalan berjalan menuju tempat tidur Langit, ia mengambil duduk di tepi tempat tidur, kemudian memberikan remot kontrolnya pada Langit.
"Ya udah, nih," kata Nalan sambil memberikan remot kontrol itu pada Langit.
"Kenapa?" Langit bertanya.
"Kata Kak Langit, kan, ini barengan. Dari tadi Nalan terus yang main, Kak Langit belum main. Jadi, gantian aja," jelas Nalan.
Langit sedikit ragu menerima remot kontrolnya, ia menatap Nalan cukup lama. Memperhatikan Nalan dengan begitu intens.
"Nalan udah bosen mainnya?" tanya Langit memastikan.
Nalan menunduk, bibirnya mengerucut sempurna sembari menggeleng pelan.
Sudut bibir Langit terangkat, melukis senyum kecil yang nyaris tak terlihat saat melihat ekspresi wajah yang menggemaskan dari adiknya itu.
Langit menarik tangan Nalan dan menyimpan kembali remot mobil-mobilan itu di atas telapak tangan adiknya.
"Kalau Nalan belum bosen, Nalan aja yang main. Kak Langit gampang, bisa kapan-kapan," ujar Langit.
Nalan menatap Langit dengan binar bahagia. "Beneran Kak Langit?" tanya Nalan memastikan, dan Langit mengangguk tanpa ragu mengiyakan.
Nalan sontak memeluk Langit sambil terus bersorai bahagia. Membuat Langit terkekeh di balik pelukan adiknya itu. Perlahan Langit melepaskan pelukan Nalan, dan menyuruh Nalan kembali bermain mobil-mobilan miliknya.
Sorai bahagia Nalan rupanya terdengar oleh Ratna. Pintu kamar yang semula tertutup rapat kini terbuka sempurna, memperlihatkan wanita berusia kepala tiga yang berdiri di ambang pintu sambil menatap datar pada dua remaja laki-laki yang ada di dalam kamar itu.
Ratna berjalan masuk, melirik pada Langit yang setia duduk di atas tempat tidur selintas, kemudian berjalan menghampiri Nalan yang masih asik memainkan mobil-mobilan milik Langit, tanpa sadar akan kehadiran Ratna ke kamar Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang untuk Nalan
Teen FictionFOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA! Blurb: Kata "Pulang." terlalu banyak makna, hingga jika salah pengartian, akan menimbulkan kekeliruan yang mungkin berujung kesedihan. Di sini, kalian akan diberitahukan makna dari kata "Pulang." yang ada. Dibuat s...