FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!
“Apa salahnya didengarkan, jika sekiranya penjelasan tidak terlalu dibutuhkan. Bukankah menyimpulkan dengan asumsi sendiri lebih memicu ketidakadilan?”
Selamat Membaca
••••........................••••
"Lang! Adek lo Lang!" Davin berlari dari koridor menuju kelas dua belas ipa satu untuk menemui Langit.
Cowok dengan seragam putih abu serta jas osis yang setia melekat di tubuhnya, kini sibuk mengatur deru napas yang memburu, sebab terlalu lelah, berlari kencang dari lapangan ke kelasnya dengan jarak yang lumayan jauh.
"Kenapa lo? Dikejar setan?" kelakar Bobi. Bobi menghampiri Davin sambil menepuk-nepuk pundak Davin agar ia tenang lebih dulu sebelum kembali berucap.
"G-gue tadi liat Nalan," ucap Davin, masih mengatur napasnya yang dirasa tak karuan.
"Pelan-pelan Vin ngomongnya, takut mati gue liat lo begini," celetuk Bobi.
Davin meliriknya dengan sinis. Saat dirasa deru napasnya telah kembali normal, Davin berjalan mendekat pada Langit yang sedang duduk di tempatnya.
"Nalan, Lang, Nalan," ucap Davin dengan ekspresinya yang heboh.
"Nalan kenapa?" Langit menatap Davin dengan serius. Kegiatan membaca bukunya bahkan ia akhiri untuk memfokuskan diri mendengar berita yang Davin sampaikan.
"Nalan masuk ruang BK, dia kepergok bawa sebungkus rokok sampoerna mild atau surya ya?" Davin menatap Bobi seolah bertanya pada temannya itu merk rokok yang Nalan bawa.
Bobi sendiri justru mengangkat kedua pundaknya. "Ya mana gue tau anjir! Lo yang liat!" kesal Bobi.
Davin terkekeh. "Iya juga ya. Lupa gue merknya apaan, Lang," kata Davin pada Langit.
Langit memutar bola matanya malas, ia menatap Davin dengan tajam, mengisyaratkan bahwa candaannya itu sama sekali tidak lucu, di tengah-tengah dirinya sudah dibuat panik oleh berita yang dibawa Davin.
"Gue enggak tanya merk-nya. Di mana Nalan sekarang?" tanya Langit dengan datar.
Davin menunjuk ke arah luar kelas. "Ruang Bk, Lang," jawab Davin.
Tanpa membuang waktu lagi, Langit dengan segera berlari meninggalkan Davin dan Bobi di kelasnya. Cowok itu, tampak sekali mengkhawatirkan Nalan. Melalui raut wajahnya yang penuh cemas, bahkan degup jantungnya berdetak lebih cepat saat berita itu sampai di kedua daun telinganya.
Langit berlari cukup kencang hingga sampai di ruang BK yang di dalamnya sudah ada guru BK dan Nalan sedang duduk berhadapan. Langit mengetuk pintu ruangan BK itu dengan sopan, menunggu dipersilahkan masuk oleh orang di dalamnya, untuk kemudian Langit menghampiri Nalan yang sedang diinterogasi oleh guru BK.
"Permisi, Bu, maaf saya Kakaknya Nalan," kata Langit memperkenalkan diri. Meski sebetulnya, guru BK itu sudah tau nama Langit, tapi, ia tidak tahu kalau murid berseragam putih biru itu adalah adiknya Langit—Nalan Baskara.
"Loh langit? Ini adik kamu?" tanya Bu Helmi, yang dibalas anggukan oleh Langit.
"Ada apa sebelumnya ya, Bu?" Langit menanyakan apa yang menyebabkan Nalan ada di ruangan itu.
Dengan segera, Bu Helmi menjelaskan kronologi sebelum Nalan dibawa ke ruang BK. Sementara Nalan sendiri sedari tadi hanya menunduk, tanpa mampu menyangkal sebab ia juga merutuki diri tentang kebodohannya yang mau-mau saja dititipkan barang seperti itu, bahkan oleh orang yang tidak dikenalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang untuk Nalan
Teen FictionFOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA! Blurb: Kata "Pulang." terlalu banyak makna, hingga jika salah pengartian, akan menimbulkan kekeliruan yang mungkin berujung kesedihan. Di sini, kalian akan diberitahukan makna dari kata "Pulang." yang ada. Dibuat s...