FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!
“Jangan terlalu fokus pada sakitnya, barangkali itu tidak seberapa jika dibanding dengan banyak orang di luar sana.”
Selamat Membaca
••••........................••••
Niskala terus menarik tangan Nalan untuk mengikutinya. Keduanya kini berlari kecil menyusuri lorong kelas sepuluh yang mempunyai akses pada tangga kecil untuk menuju rooftop di sekolah itu.
Niskala lebih dulu menaiki beberapa anak tangga, hingga ia sampai di pertengahan. Niskala berbalik badan saat merasa tak ada yang mengikutinya lagi dari belakang. Ia melihat Nalan yang rupanya masih setia berdiri sambil menatap ragu ke arahnya.
"Nalan kok berhenti? Ayok naik!" titah Niskala.
Nalan menggeleng. "Enggak berani, takut. Di atas pasti serem," kata Nalan sambil bergidik.
Mendengar itu Niskala tertawa. Dengan segera ia kembali turun dan menarik paksa Nalan untuk ikut naik ke atas rooftop bersamanya.
"Cowok masa penakut!" ledek Niskala sambil menampilkan raut wajah yang menyebalkan.
Nalan merasa tak terima. Dengan cepat ia melepaskan tangannya dari Niskala dan berjalan lebih dulu menaiki anak tangga, meninggalkan Niskala.
"Enggak kok, siapa bilang takut?" Nalan terus melanjutkan langkahnya, disusul Niskala dari belakang.
"Pelan-pelan, bentar lagi kita nyampe," kata Niskala pada Nalan.
Keduanya lalu sama-sama menginjakkan kakinya pada anak tangga terakhir yang membawanya pada rooftop SMA Nirmala.
Nalan menghela napas dalam, menghirup oksigen dengan bebas saat dirinya berhasil sampai di roofto SMA Nirmala. Menikmati hembusan angin yang menerpa bebas, bahkan terasa lebih menelisik pada pori-pori kulitnya.
"Adem banget," ucap Nalan.
Niskala tersenyum. Ia lalu kembali menarik tangan Nalan untuk berlari pada sudut rooftop di sebelah kanan, di mana di sana sudah ada seorang remaja laki-laki berseragam putih biru seperti mereka, tengah terduduk pada sofa hitam yang sudah tak terpakai dan sepertinya sengaja di simpan di sana oleh pihak sekolah.
Niskala menunjuk cowok dengan postur tubuh kurus, raut wajah datar dan pucat. "Kenalin, ini Daffa, sahabat aku. Daffa, kenalin, ini Nalan, kita baru kenalan tadi," seru Niskala.
Nalan mengangguk saat Niskala memperkenalkan Daffa padanya. Sementara, Daffa hanya melirik selintas pada Nalan. Untuk kemudian tatapannya kembali fokus pada pemandangan di atas langit, dengan melihat cuaca menjelang sore dari rooftop.
"Nalan kamu duduk dulu aja sama Daffa, aku mau ambil minum dulu sama cemilan buat kita ngobrol," kata Niskala. Kemudian, gadis itu pergi begitu saja meninggalkan Nalan dengan segala rasa canggungnya bersama Daffa.
Nalan mengambil duduk di samping Daffa, di sofa kumuh yang tak terpakai. Cowok itu ikut menikmati pemandangan langit dari atas bangunan gedung sekolah SMA Nirnala. Hembusan angin yang begitu terasa, serta pergerakan awan yang sangat jelas benar-benar membuat Nalan kagum pada keindahan langit dari atas sana. Hingga tak sadar, sedari tadi Daffa memperhatikan Nalan melalui sudut matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang untuk Nalan
Teen FictionFOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA! Blurb: Kata "Pulang." terlalu banyak makna, hingga jika salah pengartian, akan menimbulkan kekeliruan yang mungkin berujung kesedihan. Di sini, kalian akan diberitahukan makna dari kata "Pulang." yang ada. Dibuat s...