Prolog

2.9K 215 7
                                    

Namanya Davin Reyno Gustomo,seorang anak lelaki yang hanya memiliki ibu.

Ayahnya meninggal karena sakit beberapa tahun yang lalu.

Davin adalah anak yang ceria,ketika ia tertawa sepasang lesung pipit terlihat di pipinya yang tirus.

Ketika ayahnya meninggal ia baik-baik saja.

Ia berusaha mensyukuri,setidaknya Tuhan tidak mengambil ibunya juga.

Lagi pula ia sudah remaja.

Ia berusaha untuk menjadi murid yang cerdas di sekolahnya.

Ia ingin menjadi seorang atlet dan juga pengusaha kuliner.

Karena ia menyukai olahraga dan memasak.

Ibunya seorang pekerja kantoran.

Ketika melihat ibunya selalu pulang larut karena pekerjaan,Davin memiliki keinginan untuk cepat lulus sekolah dan segera melaksanakan mimpinya.

Agar ibunya berhenti bekerja dan memiliki banyak waktu untuknya.

Hari ini Davin pulang dengan perasaan gembira,dia mendapatkan juara satu untuk lomba lari antar provinsi yang di ikutinya.

Selain ibunya,Davin memiliki seorang paman.

Om Danu namanya.

Dari pada pulang kerumah,Davin memilih pergi ke rumah pamannya,Om Danu yang letaknya di samping rumahnya.

Tapi ternyata Om Danu sedang pergi,di rumahnya hanya ada Haris,anaknya.

"Om Danu kemana Ris?" Tanya Davin.

"Pergi kerumah Om Reza,katanya dia baru balik dari luar kota." Jawab Haris.

"Kenapa?" Tanya Haris.

"Gapapa." Jawab Davin sedikit lesu.

Namun segera hilang ketika rungunya menangkap suara Om Danu dari arah jalan.

"Om Danu." Panggil Davin.

"Kenapa Vin?" Tanya Om Danu.

Pria berusia 40 tahun itu nampak tergesa-gesa mengambil alat bengkelnya.

"Davin barusan menang lomba loh Om.Juara satu." Kata Davin dengan mata berbinar penuh kebahagiaan.

"Alhamdulillah dong Vin." Sahut Om Danu sambil tersenyum menatap mata berbinar Davin.

"Om,mau kemana?" Tanya Davin.

"Mau kerumah Om Reza,mau bantu benerin mobil." Jawab Om Danu sambil berbalik.

"Ohh.." Sahut Davin pendek.

Dalam hati agak kecewa.

Ia berharap Om Danu memberikan apresiasi seperti biasanya.

Entahlah kenapa semua orang nampak sibuk.

Seakan tidak peduli padanya.

Seandainya ayahnya masih ada.

Pria itu pasti akan memeluknya dengan bangga.

Lalu memberikan tepukan sayang di kepalanya.

Di sertai apresiasi atas apa yang di lakukannya.

ooOoo

Davin pulang dengan lesu.

Ia merindukan ayahnya.

Ia rindu bermain bola bersama ayahnya.

Atau balapan lari di taman kompleks seperti biasanya.

Davin rindu kebersamaannya dengan sang ayah.

Seperti memasak bersama.

Adu kecepatan mengalikan bilangan.

Atau bermain bola di lapangan bersama sang ayah.

Seandainya ayahnya masih ada.

Mungkin Davin tidak akan merasa kesepian.

Seandainya ibunya hanya menjadi ibu rumah tangga.

Mungkin ia tak akan kurang perhatian dan kasih sayang.

Tanpa terasa air mata membasahi pipi tirus Davin.

'Praaaang!!'

Piala di tangannya di banting ke lantai sebagai sasaran meluapkan emosi kecewanya.

Davin menangis meringkuk di dekat pintu.

Namun secara tiba-tiba ia bangun dan mendekati meja belajarnya.

Mengambil sebuah cutter yang ada di lacinya.

Perlahan ia menekan cutter itu di pergelangan tangannya.

"Ayah,Davin mau ikut ayah."

"Davin ngga mau kesepian lagi."

Papa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang