Chapter 01

2.7K 237 5
                                    

Rasa sakit dari luka yang di sebabkan oleh cutter itu tidak membantu mengurasi rasa sedih di hatinya.

Perasaannya tidak menentu.

Antara sedih, kecewa, marah, dan kesal.

Semuanya menjadi satu.

Setidaknya dengan begini,Davin bisa bertemu ayahnya.

Ia bisa di puji ayahnya.

Di peluk ayahnya.

Dan bertemu ayahnya.

Davin merasakan dadanya sesak ketika napasnya terasa pendek-pendek.

Kedua sudut matanya mengalirkan air mata.

Davin tersenyum.

Rasanya seperti melayang.

Di bahagia karena akan bertemu ayahnya.

Namun senyum itu luntur,ketika raut wajah tersenyum ibunya melintas di ingatannya.

Davin mendadak ingin bertemu ibunya.

Memeluk ibunya.

Dan mencurahkan segala perasaannya.

Meluapkan kesedihannya.

Mengatakan bahwa ia rindu ayahnya.

"Ibu,maaf.."

"Ayah,maaf.."

"Tuhan,maaf. Aku ingin hidup kembali."

ooOoo

Rani pulang dengan tergesa-gesa.

Ia baru saja mendapat telepon dari Danu,adiknya.

Adiknya bilang, Davin baru saja memenangkan sebuah lomba antar provinsi.

Davin menjadi juara satu.

Rani sangat senang dengan berita itu.

Dan memutuskan untuk izin pulang cepat kepada bos nya.

Rani mampir kesebuah warung soto.

Ia ingin membeli makanan kesukaan putra tunggalnya itu.

Setelah mendapatkan 2 bungkus soto,Rani segera kembali ke mobilnya dan mengendarainya dengan kecepatan cukup cepat.

Rani ingin segera pulang.

Bertemu dengan Davin dan memeluk anaknya itu.

Ia ingin membuktikan bahwa anaknya baik-baik saja.

Untuk menghilangkan perasaan mengganjal di hatinya tentang Davin.

Di tambah pesan dari Davin yang hanya berisi kata maaf,membuat perasaannya semakin tidak enak.

Ketika sampai di halaman rumahnya,Rani segera keluar dari mobilnya tanpa mematikan mesin mobilnya.

Ia segera berlari masuk kedalam rumahnya.

Rani memutuskan untuk memanggil putranya terlebih dahulu.

'Ceklek'

Pintu itu terbuka,gelap pertama kali menyapanya.

'Dugh'

'Srek'

"Astaghfirullah." Gumam Rani sedikit terkejut.

"Davin." Panggil Rani.

Namun tidak ada sahutan.

Rani melangkah menuju saklar lampu dengan perasaan was-was bercampur heran.

'Klik'

Lampu menyala terang.

Rani membelalak ketika melihat pemandangan di depannya.

Soto yang sedari tadi ia pegang jatuh begitu saja.

"Daviiiiiiiin!!!" Rani menjerit histeris ketika sambil memangku kepala anaknya.

Teriakan Rani membuat Danu yang berjalan menuju rumahnya terkejut dan segera menghampiri kakaknya itu.

"Dav-viinn.." Suara Danu lirih.

Ia melihat tubuh keponakannya itu sudah bersimbah darah dengan kepala di pangkuan ibunya.

"Bawa kerumah sakit mbak!" Kata Danu.

Dengan cepat membopong Davian keluar.

Di belakangnya Rani mengikuti dengan wajah berurai air mata.

Papa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang