Papa?

Chapter 10

"Papa ngga kerja?" Tanya Davin.

Cuaca pagi ini cerah,Davin bisa melihatnya dari kaca jendela kamarnya.

Memangnya dia bisa kemana dengan kedua kakinya yang lumpuh?

Ke kamar mandi saja Edrick membantunya.

Edrick yang tengah duduk sebelahan dengan Davin di sofa yang menghadap jendela besar itu mengusap kepala Davin sambil memeluknya.

"Papa kerja kok,kerja di rumah sambil jagain Davin." Kata Edrick.

Davin menatap sendu pada papanya,ia merasa bersalah pada pria itu.

"Maaf ya Pa,Davin ngrepotin." Kata Davin sambil menunduk.

Edrick mendekap tubuh Davin dengan erat.

"Davin cahaya Papa,kesayangan Papa,milik Papa. Jadi Papa ngga ngerasa di repotin." Kata Edrick.

"Sarapan yuk." Kata Edrick.

Sambil menggendong Davin menuju kursi rodanya.

Cup

Edrick mengecup pelipis Davin.

Dia senang karna Davin begitu penurut.

Matanya yang selalu berbinar menatapnya dengan senyuman manisnya.

"Papa,Davin ngga suka sayur." Kata Davin cemberut ketika menatap piringnya yang penuh sayuran.

"Sayuran sehat Davin,kalau Davin mau makan sayur,papa akan ajak jalan-jalan gimana?" Tanya Edrick.

"Jalan-jalan?" Tanya Davin dengan mata berbinar cerah.

Edrick mengangguk mantap.

Memangnya apa yang harus di khawatirkan?

Ini pulau pribadi miliknya.

Siapapun yang masuk kesini atas keinginannya.

Lagi pula,villa yang saat ini di tempatinya berada di tengah hutan.

Karna hutannya lebat,bangunan villa tidak terlalu kelihatan di tambah atap villa yang sudah berlumut.

Ruang rahasia justru berada di bawah tanahnya.

Davin sudah merasa kebosanan.

Sudah selama satu bulan ia hanya berdiam di dalam villa.

Tidak pernah keluar karena pintu keluar selalu di kunci oleh  Edrick.

"Anak pintar." Puji Edrick ketika Davin menghabiskan sarapannya.

Pria itu memberikan usapan sayang di kepala anaknya sambil tersenyum.

"Ayo jalan-jalan papa." Kata Davin dengan semangat.

"Minum vitamin dulu." Kata Edrick.

Tentu saja bukan hanya vitamin,tapi beberapa obat lainnya yang hanya di ketahui fungsinya oleh Edrick.