01

170 21 2
                                    

Pagi ini rencananya Jungkook ingin membolos sekolah karena tubuhnya terasa lemas sejak semalam. Namun dia tak mengatakannya pada Taehyung karena tak ingin membuat sang kakak khawatir. Apalagi Taehyung memang bekerja semalaman dan sepertinya baru pulang dini hari tadi, jadi tak mungkin Jungkook menelpon dan meminta sang kakak untuk pulang.

Namun sepertinya niat Jungkook untuk membolos mendadak hilang ketika dia mendengar teriakan sang ayah dari luar kamar. Ayahnya sudah pulang, itu berarti dia tak bisa berada di rumah dengan nyaman. Apalagi sekarang terdengar suara-suara yang sangat menyakiti telinga dan hatinya.

Jungkook sudah tak tahan lagi. Dia segera keluar dari kamar, mengabaikan pening yang menyerang. Dia menuju ke dapur, menghampiri sumber suara gaduh itu. Kedua matanya tiba-tiba memanas dan dadanya terasa sesak melihat apa yang sedang terjadi di depan sana.

Sang ayah menampar Taehyung, menendang kaki Taehyung, dan terus memakinya. Sedangkan Taehyung hanya diam menerima semua perlakuan itu. Jungkook jelas tahu apa yang menyebabkan sang ayah marah seperti itu. Karena Taehyung yang meminta sang ayah untuk tak minum-minum lagi, karena Taehyung yang meminta sang ayah untuk tak berhutang lagi, atau karena Taehyung yang tak memberi uang pada ayahnya. Semuanya adalah hal sepele, namun sang ayah selalu marah dan berakhir memukuli Taehyung.

"Kau pikir aku membesarkanmu untuk menjadi anak kurang ajar seperti ini?!" bentak sang ayah, Kim Jaesuk.

Tangan Jaesuk sudah terangkat, siap melayangkan pukulan lagi. Namun suara Jungkook lebih dulu menginterupsi.

"Appa!"

Jaesuk menoleh dan mendapati Jungkook yang menatapnya tajam.

"Ini masih pagi, tak bisakah Appa berhenti membuat keributan?"

Jaesuk mengalihkan tatapannya, kemudian kembali menatap Taehyung tajam. "Lain kali jaga mulut sampahmu itu sebelum benar-benar kurobek, sialan."

Usai mengatakan itu, Jaesuk pergi begitu saja. Bahkan tak lagi menatap Jungkook yang baru saja ia lewati, seolah anak itu hanya sebuah bayangan yang tak berarti.

Jungkook menghela napas kasar ketika ayahnya keluar dan membanting pintu dengan keras. Kemudian dia menghampiri Taehyung yang masih membalakanginya, mengusap sudut bibir yang sedikit berdarah.

"Hyung,"

Taehyung berbalik badan, menatap sang adik seolah tak terjadi apa-apa.

"Kau sakit?" tanyanya ketika menyadari wajah pucat sang adik.

Jungkook mendengus kasar, "Harusnya aku yang bertanya begitu. Wajahmu sakit? Kakimu juga?"

Taehyung tersenyum tipis, mengusap kepala sang adik, kemudian kembali menyibukkan diri menyiapkan sarapan.

"Tunggu di sana. Akan kusiapkan sarapan untukmu," ujarnya mengabaikan kekhawatiran sang adik.

"Mau sekolah atau di rumah saja?" tanya Taehyung lagi ketika Jungkook masih diam tak beranjak dari tempatnya. Menatap Taehyung penuh kekesalan karena kekhawatirannya diabaikan begitu saja.

"Bukan urusanmu!" jawab Jungkook ketus. Kemudian berbalik dan masuk ke dalam kamarnya.

Taehyung hanya terkekeh kecil dan geleng-geleng kepala menanggapi sikap sang adik yang begitu kekanakan.

"Jangan lupa minum obatmu atau kusita ponselmu selama satu bulan, Kim Jungkook!"

.

.

.

Taehyung baru saja selesai mencuci piring dan gelas kotor, kemudian menghampiri temannya yang sedang mencatat sesuatu. Sepertinya sedang mendata bahan makanan yang baru saja datang.

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang