Sejak kejadian mengamuknya Jungkook kemarin, Taehyung tak mencoba bicara pada anak itu. Setelah seharian kemarin hanya mengurung diri di dalam kamar, juga membolos sekolah, akhirnya pagi ini Jungkook memutuskan untuk keluar. Lengkap dengan seragam dan tas sekolahnya.
Taehyung yang sedang menata meja makan, hanya melirik sebentar. Lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. Tak berniat membuka obrolan atau menyapa.
Jungkook duduk di salah satu kursi dengan canggung. Ada sedikit rasa kecewa karena Taehyung seolah mengabaikan kehadirannya. Namun dia tetap diam, mulai mengambil segelas susu coklat yang sudah tersedia di atas meja. Sesekali melirik Taehyung dan mengikuti pergerakan kakaknya.
Usai menyiapkan sarapan di meja, Taehyung beranjak ke kamar dan mengambil jaketnya. Lalu melewati meja makan begitu saja, tak berniat mengisi perut lebih dulu sebelum pergi entah kemana.
"Letakkan mangkuk kotornya di dapur. Biar aku yang mencucinya nanti."
Hanya itu yang ia ucapkan pada Jungkook sebelum benar-benar pergi.
Jungkook menghela napas kasar. Sepertinya Taehyung marah padanya dan sengaja menghindar. Mungkin karena kemarin dia membuang obatnya, atau karena meneriaki sang kakak.
Anak itu menggeleng pelan, ingin mengenyahkan pikirannya. Dia hanya ingin sarapan dengan tenang, tanpa memikirkan apapun. Mungkin lebih baik Taehyung marah dan mengabaikannya, daripada sang kakak terus kerepotan dan bekerja begitu keras hanya demi dirinya. Demi hidupnya yang mungkin sudah tak punya harapan.
Jungkook segera menghabiskan sarapannya karena tak ingin terlambat. Setelah itu dia membereskan mangkuk kotor dan mencucinya di dapur, mengabaikan ucapan Taehyung sebelum pergi. Dia tak ingin merepotkan lagi. Apalagi membuat Taehyung kembali melakukan hal sia-sia hanya untuk hidupnya.
.
.
.
"Kau mau bekerja atau menumpang tidur?"
Suara itu membuat Taehyung mengangkat kepala dari lipatan kakinya. Pemuda itu sedang duduk di lantai bersandar pada meja dapur.
Taehyung mengerjapkan mata, mencoba mengembalikan kesadaran setelah tidur selama dua puluh menit sepertinya. Dia meregangkan otot lehernya yang terasa sangat kaku. Lalu mengusap wajah kasar, berusaha mengusir kantuk yang masih bersarang.
"Pamanmu sudah datang, Hyung?" tanya Taehyung sudah berdiri di hadapan Hoseok yang menatapnya tak percaya.
"Sudah," jawabnya singkat. "Kau bekerja semalaman?" lanjutnya menatap Taehyung tajam.
"Aku butuh uang," hanya itu jawaban yang Taehyung berikan. Membuat Hoseok mendengus kasar.
"Aku juga butuh uang. Tapi aku tak segila kau yang bekerja mati-matian tanpa memikirkan tubuh dan kesehatanmu," sahutnya sinis.
Taehyung hanya tertawa kecil menanggapi kekesalan Hoseok. "Aku tak punya pilihan lain selain memaksa tubuhku untuk bekerja," sahutnya santai. Lalu mulai beranjak untuk bersiap melakukan pekerjaan rutinnya.
Hoseok mengekori Taehyung yang mulai menyiapkan berbagai peralatan yang akan mereka butuhkan begitu restoran dibuka.
"Taehyung – ah,"
"Hm,"
"Kau... apakah kau tak ada niatan untuk pergi bersama Jungkook?" tanya Hoseok ragu. Takut dikira terlalu mencampuri urusan pribadi pemuda di hadapannya itu.
"Pergi kemana? Aku 'kan harus bekerja dan Jungkook harus sekolah. Kami tak punya waktu untuk bepergian," sahut Taehyung kelewat santai.
Hoseok mendengus kasar, "Kau sangat tahu apa yang kumaksud dengan pergi".
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth
Fanfiction[Fanfiction Project Collaboration with @killmiagnella] I am homesick. But I cannot return home. The yearning is so inordinate. I hang my head in grief. The lost place of my past. A home that is too distant now. Forced my memory to diminish Until it...