Hari operasi telah tiba. Sejak kemarin Jungkook tak diperbolehkan makan apapun. Juga diminta melakukan banyak pemeriksaan. Sebenarnya dia tak terlalu peduli, hanya menuruti semua perkataan Dokter Lee. Yang ada di pikirannya hanyalah Taehyung. Dimana sang kakak, dan kenapa tak datang sekalipun hari ini Jungkook akan menjalani operasi.Jungkook mengalihkan tatapan dari langit-langit kamar rawatnya ketika mendengar suara pintu dibuka. Dia menatap penuh harap pada orang yang baru saja datang, lalu menghembuskan napas kasar ketika tak mendapati sang kakak di sana, orang yang begitu ia harapkan kehadirannya.
"Kenapa?" tanya Dokter Lee mulai mendekat ke ranjang anak itu. "Ada yang sakit?"
Jungkook hanya menggeleng lemah, lalu mengalihkan tatapannya ke arah jendela yang sedikit terbuka. Tak ingin Donghae menyadari jika dia sekarang sedang menahan tangis. Meskipun begitu, Donghae tetap bisa melihatnya.
"Ingin menelpon seseorang sebelum masuk ke ruang operasi?" tanyanya sedikit memancing.
Terdengar helaan napas berat sebelum anak itu menjawab. "Tidak," ujarnya sedikit serak. Lalu menjeda sejenak, mungkin untuk menetralkan suaranya.
"Donghyuk dan June pasti sedang di dalam kelas. Aku tak ingin mengganggu mereka," lanjutnya kendati tahu tujuan Donghae bukanlah dua anak itu. Dia hanya tak ingin membahas tentang Taehyung yang tak kunjung memunculkan diri, karena dia tak ingin rasa kecewanya semakin besar nanti.
Donghae menepuk lengan anak itu pelan, sekedar memberi sedikit kekuatan. "Tak perlu khawatir. Aku akan berada di dalam untuk menemanimu."
Jungkook menarik napas dalam, sejenak menenangkan diri dengan memejam. "Tak perlu, Hyung. Kau 'kan bukan dokter bedah. Kau hanya akan mengacaukan operasinya jika ada di sana, dan malah pingsan melihat perutku dibedah nanti," sahut Jungkook mulai mencairkan suasana.
Dia mulai memanggil Donghae dengan sebutan Hyung setelah kemarin meminta ijin. Supaya tak canggung dan lebih akrab, katanya. Jadi dia tak akan begitu malas jika disuruh melakukan pemeriksaan oleh dokter itu karena mereka sudah cukup dekat dan akrab.
Donghae tertawa kecil, tangannya terulur mengacak pelan rambut Jungkook. "Aku hanya ingin memastikan mereka tak membunuhmu di meja operasi. Aku akan kehilangan pasien VIP jika kau mati di sana. Kau tahu 'kan, aku masih butuh banyak uang untuk modal menikah," sahutnya asal yang hanya disahuti dengan tawa kecil oleh anak itu.
"Siap untuk pergi?" tanya Donghae kembali pada tujuannya untuk menjemput Jungkook karena operasi akan segera dimulai.
Jungkook mengangguk pelan, "Jika kakakku datang, tolong pukul kepalanya dengan keras sebagai hukuman karena tak pernah menjengukku."
Donghae hanya mengangguk dan terkekeh kecil menanggapi ucapan anak itu, padahal dalam hati dia jelas merasakan kekecewaan Jungkook yang begitu besar.
.
.
.
Operasi baru berlangsung selama satu jam. Tanpa Jungkook ketahui, seorang pria nampak menunggu di depan ruangan dengan gusar. Ketakutan akan ditinggalkan kembali menguasai dirinya. Padahal dia benar-benar tak ingin datang. Namun ucapan Taehyung seolah memberinya sebuah harapan. Jika putranya bisa sembuh dan diselamatkan.
Kim Jaesuk terus merapalkan doa untuk sang putra yang sedang berjuang di dalam sana. Sesekali menggumamkan kata maaf untuk segala kebodohannya. Dia harap Jungkook tak akan pernah meninggalkannya, seperti sang istri tercinta.
Dari kejauhan tiba-tiba terdengar langkah kaki yang berlari kecil. Jaesuk menatap ke arah asal suara. Dua anak laki-laki berseragam sekolah datang mendekatinya. Mereka berdua sempat terkejut dengan kehadirannya, lalu membungkuk dengan canggung ketika sudah berada di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth
Fanfiction[Fanfiction Project Collaboration with @killmiagnella] I am homesick. But I cannot return home. The yearning is so inordinate. I hang my head in grief. The lost place of my past. A home that is too distant now. Forced my memory to diminish Until it...