06

109 22 3
                                    

Sebuah mobil berwarna hitam memasuki pekarangan rumah mewah milik keluarga Lee. Si pemilik mobil, Lee Yoongi, keluar lebih dulu. Diikuti oleh Taehyung di belakangnya. Hari ini rencananya Taehyung akan mulai tinggal di sana. Dia memang sudah mengatakannya pada Jungkook bahwa hari ini dia harus mulai bekerja. Namun tetap saja dia khawatir dan belum tenang meninggalkan Jungkook sendirian. Apalagi dia tak bisa seenaknya pulang.

"Kenapa diam saja? Cepat masuk," suara dingin Yoongi memecah lamunan Taehyung yang sejak tadi terperangah dengan bangunan megah di hadapannya. Dalam hati mengumpati pria berkulit putih pucat itu karena tak pernah bisa bersikap ramah.

"Bibi Kwon," panggil Yoongi ketika sampai di ruang tamu.

Seorang wanita paruh baya keluar dari arah dapur, segera menghampiri sang tuan pemilik rumah.

"Kamarnya sudah disiapkan, Bi?"

"Sudah, Tuan."

"Terima kasih, Bi. Tolong siapkan makan siang untuk kami."

"Baik - " ucapan Bibi Kwon terhenti ketika matanya menangkap keberadaan seseorang di belakang Yoongi yang terlihat tak asing. Detik selanjutnya Bibi Kwon menatap pemuda itu tak percaya. Lalu menatap Yoongi untuk mencari jawaban atas apa yang membuatnya terkejut.

Yoongi menyadari apa yang terjadi dan buru-buru bersuara. "Akan kujelaskan nanti, Bi. Tolong beri tahu Paman Seo, Perawat Yoo, dan seluruh pelayan untuk menemuiku satu jam lagi. Ada yang ingin aku beritahukan pada kalian."

Ya, mereka semua memang harus mengetahui rencana yang ia buat agar tak ada yang mengacaukannya. Bibi Kwon mengangguk lalu kembali ke dapur setelah membungkuk sopan.

"Kamarmu ada di lantai dua," ujar Yoongi pada Taehyung yang sedari tadi hanya diam. Kemudian dia berjalan ke lantai dua untuk mengantar pemuda yang mulai hari ini akan menjadi adik palsunya.

Taehyung melangkah ke dalam kamar itu sedikit ragu. Di pintu kamar tertulis Baekie's room. Kamar bernuansa abu-abu itu sangat luas, rapih dan bersih. Ada sebuah rak buku yang cukup besar, sebuah meja belajar di sampingnya, juga satu set sofa beserta meja. Ada beberapa pigura yang terpasang di dinding, juga di atas nakas. Semua pigura itu berisi foto sepasang suami istri dan dua anak kecil. Sedangkan di sudut kamar ada dua buah gitar akustik berwarna hitam dan coklat.

"Ini kamar Baekhyun. Mulai hari ini kau akan tidur di sini. Jika butuh sesuatu, minta bantuan pada Bibi Kwon. Kamar ibuku ada di bawah. Untuk sementara jangan masuk ke sana tanpa ijin dan arahan dariku. Kau mengerti?"

Taehyung hanya mengangguk singkat. Lagi pula dia juga belum ingin menemui ibu Yoongi. Rasanya terlalu takut dan khawatir jika kehadirannya bukan memperbaiki segalanya malah justru semakin mengacaukan.

Yoongi sudah siap berbalik dan meninggalkan Taehyung di kamar adiknya namun suara Taehyung lebih dulu menghentikan pergerakannya.

"Apa aku bisa pulang menemui adikku?" tanyanya ragu. "Aku hanya khawatir jika sewaktu-waktu dia membutuhkan sesuatu."

Yoongi menghela napas kasar, entah mengapa tiba-tiba merasa kesal. "Bukankah sudah kubilang padamu jika kau hanya bisa pergi ketika kuijinkan? Adikmu ada di rumah sakit dan dia sedang menerima perawatan yang terbaik di sana. Bahkan aku sudah meminta dua orang perawat pribadi untuk mengurus dan menemaninya. Apa lagi yang kau khawatirkan?"

"Yoongi - ssi, kau pernah punya seorang adik. Kurasa kau pasti tahu perasaan khawatir yang akan kau rasakan ketika meninggalkan adikmu sendirian, apalagi dalam kondisi yang tidak baik-baik saja," sahut Taehyung mencoba tetap tenang kendati ingin sekali mengumpati pemuda di hadapannya.

Yoongi justru terkekeh mendengar perkataan Taehyung. "Khawatir apanya? Bahkan aku tak pernah peduli pada anak itu," gumamnya di sela kekehan, membuat Taehyung mengernyit heran.

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang