Taehyung baru saja masuk ke dalam ruang rawat Jungkook namun adiknya sudah menatap penuh kekesalan. Dia menarik napas dalam, menyiapkan diri sebelum menghadapi sikap Jungkook yang akan sangat merepotkan ketika sakit.
"Kemana saja?" suara penuh kekesalan itu menyapa ketika Taehyung sudah sampai di samping ranjang.
"Pulang, mengambil bajumu."
"Kenapa tak menungguku sampai sadar?" tuntutnya masih kesal.
Donghyuk yang duduk di sisi ranjang hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya. Dalam hati merasa kasihan juga pada Taehyung yang tampak kelelahan dan wajahnya terluka, namun justru disambut dengan kekesalan oleh sang adik.
"Donghyuk 'kan ada di sini untuk menemanimu selama aku pergi," sahut Taehyung mencoba bersabar.
"Tetap saja aku ingin kau ada di sini ketika aku sadar," ujar Jungkook semakin kesal.
"Ayolah, Kook. Aku tak meninggalkanmu sendirian. Jangan berlebihan seperti ini."
"Aku tak berlebihan! Bukankah sudah kukatakan berkali-kali jika aku pingsan kau harus ada ketika aku sadar?!" sahut Jungkook meninggi. Bahkan kedua matanya mulai terasa memanas. Sakit di tubuhnya sangat mempengaruhi emosi anak itu.
Donghyuk dan Taehyung sedikit terlonjak karena bentakan Jungkook. Takut jika pasien lain yang ada di ruangan itu merasa terganggu. Namun belum sempat menegur Jungkook, suara isakan justru terdengar dan membuat keduanya panik.
Jungkook yang menangis. Anak itu menyembunyikan wajahnya dibalik lipatan lutut. Terisak semakin keras. Taehyung dan Donghyuk sempat saling tatap sebelum keduanya mendekat dan mencoba menenangkan Jungkook.
"Hey, Kook. Kenapa menangis?" tanya Taehyung mengusap rambut anak itu dengan lembut. "Ada yang sakit, hm?"
"Kau jahat, Hyung!"
Taehyung mengernyit bingung karena suara Jungkook tak terlalu jelas sebab anak itu belum mengangkat kepalanya.
"Aku hanya ingin kau ada ketika aku sadar. Apa itu terlalu sulit untukmu?"
"Jungkook, angkat kepalamu. Aku tak bisa mendengarmu dengan jelas," bujuk Taehyung.
Jungkook menurut, mengangkat kepalanya, menatap sang kakak dengan wajah sembab dan basah.
"Aku hanya ingin kau ada di sini ketika aku sadar," ulangnya di sela isakan.
"A-aku takut jika... jika aku tak bisa membuka mata dan tak bisa bertemu denganmu lagi. Aku takut jika ketika sadar tak mendapati kehadiranmu, padahal mungkin saja itu adalah terakhir kalinya aku membuka mata. Aku takut, Hyung. Kenapa kau tak mengerti, sih?" lanjutnya terisak semakin keras, kembali menyembunyikan wajahnya.
Taehyung tertegun di tempatnya. Begitupun Donghyuk. Mereka kira Jungkook hanya sedang dalam mode manja. Ternyata anak itu sedang ketakutan. Ketakutan yang juga dirasakan oleh mereka.
Mendadak Taehyung merasakan nyeri dan sesak pada dadanya. Melihat bagaimana sang adik takut pergi membuatnya semakin bertekad untuk memperjuangkan kesembuhan anak itu. Taehyung menarik napas dalam, sekedar melepas sesak yang menjerat dadanya. Kemudian menarik lengan Jungkook agar anak itu mau mengangkat kepalanya lagi.
Taehyung tertawa kecil melihat wajah sang adik yang tampak menggemaskan.
"Kau imut sekali. Tak malu menangis di depan Donghyuk, huh?" godanya sengaja mencairkan suasana.
Jungkook merengut sebal dan memberikan satu pukulan di bahu kakaknya. Taehyung justru tak menghentikan tawanya.
Karena tak ingin sang adik kembali menangis, dia segera menarik tubuh yang tanpa ia sadari semakin kurus itu ke dalam dekapan hangatnya. Mengusap punggung Jungkook dengan lembut. Hal yang selalu Jungkook sukai karena bisa membuatnya merasa aman dan nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth
Fanfiction[Fanfiction Project Collaboration with @killmiagnella] I am homesick. But I cannot return home. The yearning is so inordinate. I hang my head in grief. The lost place of my past. A home that is too distant now. Forced my memory to diminish Until it...