.
Sudah terhitung lima tahun sejak Jeffrey meninggalkan orang tuanya, ia mengikuti jejak Johnny yang terusir dan mencari keluarga baru untuk mereka. Tidak banyak yang mereka bertiga lakukan, hanya saja, Johnny terlihat fokus membangun karir ditengah masyarakat dengan menjadi penulis buku.
Huh, tidak bisa dipercaya.
Sedangkan Yoshua fokus dalam mengumpulkan harta benda, hasilnya sudah terlihat dimana mereka memiliki satu rumah mewah di desa lereng gunung, kabin yang mereka bangun hanya menjadi tempat menyendiri untuk mereka bertiga disaat-saat tertentu.
Sedangkan dirinya sendiri belum memiliki niat untuk melakukan apapun, pada akhirnya ia menjadi pencari darah. Tidak, bukan membunuh, namun hanya mengambil darah beberapa manusia untuk makanan mereka.
Jeffrey tidak tega untuk berburu, maka dari itu ia sering berada di hutan, tebing, dan tempat kecelakaan, mengambil darah-darah dari orang yang bunuh diri dan meninggal karena kecelakaan, tapi terkadang dengan terpaksa Jeffrey melakukan ‘pembunuhan’ yang dibuat seolah terjadi kecelakaan.
Seperti kali ini, lelaki tampan itu sudah melihat perampokan yang berada ditengah hutan, ia terus bersembunyi, membuat jebakan yang cukup untuk membunuh para perampok tersebut.
Dan sesuai dengan dugaannya. Para perampok masuk kedalam jebakan yang ia buat. Jeffrey berdiri didepan mayat-mayat para perampok, bersiap untuk mengambil semua darah yang ia butuhkan. Belum ada plastik, ia mengumpulkan semua darah yang ia dapat digelas-gelas dan dimasukan kedalam tong anggur.
“khh.....”
Sebuah suara menghentikan gerakan Jeffrey, lelaki itu sudah hampir selesai mengisi persediaan darah untuk mereka. Dengan perlahan lelaki itu mendekati salah satu korban perampokan yang ia kira sudah mati.
Mata merahnya bertemu dengan mata bulat yang hampir tertutup, mata itu memandang Jeffrey penuh permohonan membuat Jeffrey berjongkok didepannya.
“kukira semuanya sudah mati disini, kau hebat bisa bertahan” ucapnya pada si korban. Lelaki itu memiringkan kepalanya setelah mendengar bisikan minta tolong.
“tapi kau sudah sekarat” ucapnya main-main malah membuat si korban mengeluarkan air mata. Jeffrey melihat bagaimana lelaki didepannya ingin sekali tetap hidup meskipun detak jantungnya kian melemah.
Jeffrey mengusap pipi lelaki didepannya, sungguh tidak tega melihat lelaki manis yang sekarat. Ia menunggu sampai lelaki itu benar-benar menutup matanya dan menghembuskan napas terakhirnya. Jeffrey tersenyum kecil.
.
.
.“jadi, kenapa kau membawa mayat masuk kedalam rumah kita” Yoshua menatap Jeffrey tajam. Matanya sudah berubah menjadi merah karena emosi.
“hey aku membawa calon anggota baru kita” Jeffrey berucap semangat membuat Yohua ingin menghajarnya.
Johnny menatap sahabatnya serius. “kau benar-benar yakin?”
“tentu saja” melihat keyakinan Jeffrey, Yoshua membisikan sesuatu pada Johnny lalu keduanya tersenyum kecil.
“boleh saja, tapi kau harus bertanggung jawab atas makanannya dan hidupnya, tidak lain kau harus membuka uasaha dan membantuku dan Yoshua untuk mendapatkan lebih banyak harta dan makanan” Johnny tersenyum miring. Sahabatnya itu pasti berat untuk hidup mandiri.
“baiklah, aku setuju”
Yoshua menggangguk, matanya sudah kembali kewarna semula, ia berjalan menjauhi kedua sahabatnya dan mengambil persediaan darah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Family
FanfictionJohnny seorang vampire pureblood yang terusir, bersama kedua sahabatnya, ia menjelajah dan menemukan sebuah keluarga baru dldr!