Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(ya tuhan ganteng banget hshshshsh)
. .
Bertahun-tahun Johnny menyamar sebagai manusia, tidak pernah ia bayangkan akan didaftarkan menjadi tentara yang harus membela negaranya. Dia bukannya lemah namun sungguh malas dengan adegan-adegan berdarah dimedan perang, belum lagi godaan untuk meminum darah dari mayat-mayat korban perang.
Ini benar-benar berat.
Johnny hampir mematahkan kedua kaki Yoshua saat ia tahu jika lelaki dengan senyum lebar itu mendaftarkan dirinya sebagai relawan prajurit perang.
“sialan!”
“sudahlah terima saja, selama 40 tahun kau selalu ada dibelakang meja John” Jeffrey hanya bersedekap dan memandang Johnny malas.
“tetap saja!”
“kau harus melatih kekuatanmu dan aku tidak akan lupa tentang kemampuanmu dalam menembak John” Yoshua datang dari dalam kamarnya, kakinya memang selamat tapi kedua tangannya berhasil Johnny patahkan. Ah tenang saja, tangannya sudah dalam proses menyembuhan.
“hanya jadi prajurit biasa, setidaknya beberapa orang yang mencurigai kita berhenti untuk menatap kita lebih lama, mereka mengira kita sebagai mata-mata!”
Johnny memutar matanya malas, mereka baru dua tahun pindah kedaerah baru dan warga sekitar masih belum mempercayai mereka? Huh dasar manusia.
“baiklah, tapi kau dan Yoshua harus ikut”
“tidak bisa, aku sudah masuk kedalam kantor pemerintah, hanya karyawan biasa” Jeffrey menggelengkan kepalanya. “lagipula aku tidak ingin jauh dari Trysku” lanjutnya sebari memeluk Trys dengan manja.
Johnny menghela napas, sudah cukup 10 tahun melihat Jeffrey selalu bermanja dengan suaminya. Lelaki tinggi itu melirik Yoshua yang mengangguk sebari tersenyum lebar. Senyum itu sangat menyebalkan dimatanya.
. . .
Ini adalah perang dunia pertama, begitu kata prajurit lain saat Johnny masuk kedalam camp dimedan perang. Yoshua ikut bersamanya, namun lelaki itu berada di camp berbeda.
“waktunya kau berjaga, lebih baik cepat keluar” ucap seseorang pada pemuda disebelah Johnny. Pemuda itu tampak bingung namun tetap berjalan keluar camp. Pemuda itu menggerutu pelan, bertanya-tanya mengapa jadwal berjaganya lebih cepat dari yang diberitahu.
Johnny tidak peduli apa yang manusia disekitarnya lakukan, ia sedang menahan hasrat untuk meminum darah dari mayat-mayat korban perang yang sengaja dibaringkan tidak jauh dari camp. Dengan gerakan cepat tanpa terlihat seorang pun Johnny keluar dari camp dan mendekati mayat-mayat tersebut. masa bodo dengan etika! Rasa hausnya lebih besar dibandingkan itu.