Tadi sebelum keluar rumah, rasa-rasanya badanku gerah sampai berkeringat. Tiba-tiba saja setelah sampai di basecamp tempat berkumpul anak Tengah Malam hawanya berubah, tanganku merinding seketika, tau kenapa? Ya apalagi kalau bukan karena ada Aro, yang entah ada apa saat ini tengah menatap ke arahku dan tersenyum.
"Hai kawan baikku" Aro menyapaku dan menepuk bahuku dengan keras, noted, keras bukan lembut apalagi penuh sayang!
"Bilangnya kawan baik, tapi kalo ketemuan diluar disuruh pura-pura nggak kenal. Ada tuh kawan yang begituan" kataku menyindir
"Besok keluar yuk Ra, gue bayarin deh. Kan lo kawan baik gue"
Keluar bareng Aro? Berdua? Memang sepertinya merinding ini mendatangkan hal-hal yang sangat menarik. Tapi nanti kita bahas apa dong? Aku kan belum pernah keluar berdua sama cowok, kecuali abang sama ayah. Boro-boro keluar sama cowok, deket sama cowok aja nggak pernah.
"Emm.. Gimana ya, kayaknya gue sibuk deh" aku nggak mau langsung setuju begitu saja, kelihatan banget kalau aku kesenengan diajak keluar berdua sama Aro.
"Nggak usah pura-pura sibuk. Gue tau lo seneng kan?"
"Eh? " aku terkejut. Apa Aro tau kalau sebenarnya -
"Iya lo kan seneng kalo dapet makan gratisan hahaha" Aro tertawa keras dan meninggalkanku begitu saja dengan perasaan campur aduk.
Dulu saat malam 17 Agustus, untuk memperingati hari kemerdekaan indonesia di daerahku ada semacam acara nobar, jadi siapapun bisa ikut menonton film perjuangan di lapangan. Dan waktu itu aku, Hani, Gedo, Faik dan Aro menjadi bagian dari panitia 17 an. Setelah acara selesai pukul 23.00 kami yang kala itu bertugas masih berada di lapangan untuk bersih-bersih dan sampai akhirnya kita duduk bersama dan bermain kartu.
Seminggu setelahnya, aku dan Hani yang memang rumahnya dekat, nongkrong di Angkringan depan rumah, tiba-tiba Gedo, Faik dan Aro datang juga untuk sekadar makan nasi kucing di angkringan. Kita bermain lagi sampai lebih dari tengah malam.
"Bisa ngepas gitu ya kita ber 5 lagi" kata Hani
"Enak juga ada temen nongkrong malem-malem. Gue mah ga ada temen buat nongkrong-nongkrong gini kalo nggak kebetulan ada temennya kaya malam ini" sahut Gedo yang memang dari kita berlima, Gedo yang paling polos dan jarang nongkrong. Oh ya Gedo ini teman SD ku.
"Nah kalo gitu mending tiap malam minggu kita nongkrong bareng, bisa tuh rumah bekas abang gue buat nongkrong" kata Hani tiba-tiba
"Asik tuh kayaknya, bisa buat menghindar dari abah" nah ini Faik. Dia adalah anak nakal kompleks yang selalu jadi buronan ayahnya. Dia itu sekolahnya nggak aturan, tapi agamanya lumayan.
"Gue ngikut" kata Aro
Saat itu aku sudah tertarik sama Aro, jadi waktu Aro bilang ikut, aku langsung bilang juga ikut, "gue ikutlah pasti, biar nggak cuma abang gue yang punya basecamp buat lari dari omelan mama"
Kalau 'Tengah Malam' sendiri nggak dengan khusus dibuat, kerena nongkrong identik dengan malam hari jadi waktu itu Hani bilang mau dikasih nama 'Tengah Malam' saja. Saat ini basecamp juga sudah lumayan berisi. Mulai dari kasur -Faik yang bawa, katanya biar bisa tidur dibasecamp kalau abahnya marah-, televisi, kulkas, kipas angin dan tetek bengek lain yang anak-anak bawa, bahkan Aro menambahkan ring basket didalam basecamp.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day To Be Together
Ficção AdolescenteSemuanya hanya tentang dirinya. Tentang keinginan yang sudah menjadi prinsip konyolnya bahwa dia tidak akan berpacaran sebelum berumur 18 tahun. Prinsip konyol yang sayangnya membutuhkan pengorbanan. Dhira yakin bahwa seekor ikan tidak akan pernah m...