Hai semuaaa!! Ada yang nungguin aku up gak sihh? Kok kayaknya nggak ada ya, huhu…
Setelah beberapa bulan gak lanjut, sekarang sudah saatnya aku lanjutin ceritanya Reynzal sama Zolla ini. So, selamat membaca semuaaa!!
o0o
"Sini, tas lo gue yang bawa." Reynzal menarik tas merah muda yang Zolla gendong, menjinjing tas itu dengan santai, baru seperempat jalan mereka mendaki, tetapi Reynzal melihat jelas raut wajah Zolla yang lelah.
"Sini gue aja yang bawain," ujar Fatah yang memang berada di sebelah Reynzal.
Tanpa basa-basi Reynzal memberikan tas merah muda itu, kepada Fatah. Lalu tangannya merangkul pundak Zolla, menuntun gadis itu berjalan dengan langkah pelan.
"Anjir kita jadi nyamuk," bisik Helen kepada teman sekelompoknya yang lain, Reynzal mendengar hal itu, tetapi ia hanya menganggap sebagai angin lalu. Siapa suruh mereka tidak memiliki pasangan, jadi nyamuk ya jangan protes.
"Kalau gak kuat bilang ya," ujar Reynzal sembari mengusap pelan rambut sang kekasih, berakhir dengan kecupan singkat di tempat yang sama. Sedangkan sang empunya hanya mengangguk saja sembari merangkul pinggang Reynzal dengan satu tangannya.
"Ku ingin nikahi kamu, jadikan kau suamiku, ku ingin kau jadi ayah dari anak-anakku…," nyanyi Abel dengan suara emasnya, ehm… maaf, suara cempreng maksudnya.
"Abel! Kamu ini masih anak SMA udah mau nikah-nikah aja, jomlo bangga kamu," tegur Pak Fandre sembari menatap tajam Abel, tak lupa senyuman meledek yang diukir.
Abel terperangah, guru macam apa ini. "Wah si Bapak, bentar-bentar, emang bapak udah nikah?" tuding Abel menatap Fandre remeh, untung saja ada bahan buli untuk gurunya yang juga jomlo itu.
Jomlo kok ngatain jomlo.
"Y-ya belom. Tapi ‘kan akan," kilah Fandre yang sontak mengundang gelak tawa murid-murid di sana. "Huss, udah-udah. Kita lagi di gunung, jangan sompral kalian," peringat Fandre membuat keadaan hening seketika.
Sebenarnya itu hanya dalih untuk memutuskan topik perjomloan ini. Jujur ia merasa tersindir.
"Minum?" tawar Reynzal saat melihat Zolla yang mengusap peluh di keringatnya, saat melihat Zolla yang mengangguk lemas Reynzal segera memberikan sebotol air mineral lengkap dengan sedotannya.
Zolla mengambil botol itu, lalu meneguknya dengan kuat karena ia amat haus.
"Pelan-pelan, Sayang," tegur Reynzal sembari mengusap pelipis Zolla pelan.
"Kuat? Kalo nggak kuat turun aja, ya?" tanya Reynzal khawatir saat melihat Zolla yang semakin pucat. Akan tetapi, syukurnya tubuh Zolla nampak mendukung untuk melanjutkan perjalanan.
"Kuat kok, sayang-sayang udah setengah jalan," lirih Zolla kembali melangkah sedangkan Reynzal dengan setia merangkul punggung Zolla, sesekali diusapnya punggung itu.
"Heh, Rey! Kamu ini cari kesempatan dalam kesempitan, jangan pegang-pegang anak orang sembarangan," tegur Pak Fandre keras melepaskan rangkulan Reynzal, membuat tubuh Zolla sedikit limbung, untung saja Helen menahannya.
Kalau terjadi apa-apa dengan Zolla, dapat dipastikan Reynzal tidak dapat menahan emosinya.
Reynzal mendengus kesal, memberi isyarat kepada Helen agar menuntun Zolla berjalan, sedangkan dirinya dan Keanu memberi jarak agar tidak kena omel lagi dengan guru jomlo itu. Senakal apapun Reynzal, ia masih takut dengan guru, bahkan Reynzal menganggap guru di sekolah adalah orang tua pertamanya. Kenapa bisa jadi orang tua pertama? Hanya Reynzal yang tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Badboy (On Going)
Teen Fiction𝐅𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚‼️ "Ainsley Elva Arazolla, mulai sekarang lo jadi pacar gue, titik!" tekan Reynzal di setiap katanya. Zolla memasang wajah bingungnya saat mendengar ucapan Reynzal barusan. "Pacar itu apa?" Deg "Mampus!" ***...