Bertemu dengan mantan kekasih setelah hampir 4 tahun berpacaran dan putus akibat kecelakaan yang dilakukan oleh sang mantan kekasih bukan lah suatu kejadian yang mudah.
Sedikit rumit, tapi memang begitu adanya. Bagi Jimin, pria bernama Hanwoo adalah poros hidupnya selama tiga tahun bersama. Dan inginnya begitu hingga maut memisahkan.
Namun siapa sangka jika bayi adalah satu-satunya cara yang dapat memisahkan keduanya.
Sakit hati yang mendalam dan rasa cinta yang tetap ada membaur jadi satu dalam hati Jimin. Merindu namun membenci disaat bersamaan adalah perasaan yang Jimin benci.
Sore itu, ia baru saja akan keluar untuk membeli cemilan yang akan dia gunakan untuk menonton film. Baru saja keluar rumah, sosok tak asing yang ia rindukan terlihat. Tak tahu apa yang ia lakukan di lingkungan perumahan milik Jimin, bahkan Jimin pun tak perduli dengan itu. Ia bahkan tersenyum. Ia amat sangat rindu dengan prianya, tapi sayangnya tidak lagi.
Senyum Jimin memudar ketika melihat sang mantan tak menghiraukannya. Padahal ia tahu bahwa sang mantan mengetahui keberadannya, mereka bahkan sempat melakukan kontak bersama. Namun apa? Jimin bak hantu yang tak terlihat.
Jimin patah hati lagi. Entah untuk keberapa kalinya. Jimin rasa, ia belum puas dengan rasa sakit dan patah yang ia rasakan. Jadi ia memutuskan untuk menerima sembari menikmati. Walau tentu, tak ada yang lebih hancur daripada ini sebelumnya dihidupnya.
Ia kemudian kembali masuk. Membatalkan segala rencana yang ia harap akan membuat harinya lebih baik. Ternyata tidak, tak ada hari yang baik selama satu tahun belakang ini. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk bercerita kepada sahabatnya, Jungkook.
.
.
.Perdebatan kecil terjadi. Walau Jimin tau ini tak semuanya dapat dikatakan berdebat, tapi Jimin tetap saja merasa seperti itu.
Jimin tau, maksud Jungkook untuk membuatnya bisa melepaskan diri dari Hanwoo dan menyadari bahwa kini, pria yang dulu bersamanya tengah memiliki keluarga lain. Jimin sadar dan tahu itu. Ia hanya belum bisa menerima. Alasannya, karena seharusnta itu tempatnya. Bukan wanita itu.
Tapi apa boleh buat. Tindakannya terlalu jauh. Jimin bahkan tak berhak atas apapun yang dulu Hanwoo janjikan untuknya. Ia hanya harus bisa melupakan dan melanjutkan hidup. Walau sulit.
Malam itu juga, ia merengek. Meminta Jungkook untuk mencarikan pasangan untuknya. Walau ia yakin pria itu mungkin saja hanya dijadikan pelampiasan, tapi ia harus mencobanya kan?
Permintaan Jimin mendapat jawaban mengejutkan dari sang sahabat. Pria itu, sahabatnya, Jeon Jungkok menawarkan diri untuk menjadi penyembuh.
Katanya, ia sudah menaruh hati sejak mereka bertemu lima belas tahun lalu di sekolah menengah. Jelas mendapat respon keterkejutan dari Jimin.
Untuk beberapa saat, pria mungil tersebut terdiam. Menimang keputusan yang mana yang baik untuk kedepannya.
"Aku sudah cinta kamu dari lama. Jadi kasih kesempatan aku untuk perjuangin kamu ya?" katanya. Rasanya Jimin tak ingin menolak. Tapi takut juga.
"Kalau aku ngga bisa cinta kamu dan berujung kamu jadi pelampiasan, bagaimana?" Pertanyaan besar yang sejak awal penawaran yang diterima olehnya dari Jungkook.
Jimin sudah berharap dengan sangat jika pria tersebut akan menolak. Mengatakan ketersediaannya untuk mundur dalam memperbaiki hatinya. Tapi salah, pria itu tetap maju dengan gagahnya.
"Bukan masalah. Aku siap dengan resiko apapun yang jadi kedepannya. Karna ini kemauan aku, jadi aku akan siap dengan apapun nanti" Jimin tidak bisa tidak semakin gugup.