1. Satu untuk Azel

76 8 2
                                    

Pagi, jalanan kota sudah ramai, gerbong kereta kuda penuh berisi orang sibuk atau ada juga kereta pribadi yang terlihat nyaman dan bebas dia berpergi.

Aku melihat arloji ku, itu pukul 06.03, aku menghela napas pelan dan sebuah udara lembut terlihat di udara bukti dinginnya pagi ini.

"pagi Azel! "

Aku menoleh mencari sumber suara.

"ini bibi May, kau mau berangkat sekolah bukan? "

"oh astaga aku kaget sekali!"

Ucapku tertawa, bibi May tersenyum kemudian mengisyaratkan agar aku naik ke kereta kudanya.

Well... Aku tidak bisa menolak seseorang yang berbaik hati bukan?

"Bagaimana kabar Ayahmu? "

Bibi May membuka percakapan,

"Ayah? Oh dia baik sepertinya"

Bibi May hanya diam lalu mengangguk pelan, tidak melanjutkan bertanya.

Aku tidak bermaksud kasar namun aku sedang tidak ingin sungguh membicarakan beliau, setelah 2 tahun berlalu ibu pergi meninggalkan kami, meninggalkan aku, kakek dan ayah tanpa alasan. Ayah mencoba peruntungan dengan menjadi awak kapal, membantu sebisanya dan hanya pulang pertahun sekali, namun tahun ini sepertinya beliau tidak akan pulang.

"Nah.. Silahkan Azel sayang kita sudah sampai di sekolahmu,"

"Terima kasih banyak bibi May, aku berhutang banyak sekali pada bibi,"

"Kalau begitu, maukah kau membayarnya dengan satu kecupan di pipi bibi ini? "

"Tentu!! "

~

"Zell..!!!"

Sebuah tepukan keras mendarat di bahuku, kencang sekali, aku meringis dibuatnya.

"Zell dengarkan, malam ini aku akan pergi ke teater musik bersama ayah dan Lau, kamu mau ikut kan?? "

" kamu tahu kan, aku tidak bisa. Aku harus mengambil part time di rumah miss rosa malam ini"

"Aku sudah bilang ke ayah, beliau yang akan membayar tiketnya, ia juga akan mentraktir kita makan zel ayolah"

"Maaf Vy, lain waktu sepertinya"

"Oke oke, tapi kita tetap bisa berjalan bersama ke kelas bukan? Kamu jangan asal lari seperti itu zel"

Ia tertawa kemudian mengejarku dan mulai menggelitiki ku, yah dia adalah Vyolla. Yang terbaik dari kehidupan sosialku.

Kelas? Oke, jika bangunan kotor dengan bangku yang notabene patah juga bau bamis pekat memenuhi ruangan ini bisa disebut kelas.

Tidak banyak yang tersisa dari kota kami setelah perang berlangsung, politik semakin runcing, orang kaya menggali orang rendahan habis habisan, namun yah...setidaknya ekonomi kami membaik.

Seperti sekilas yang tadi kuceritakan, aku tinggal berdua dengan kakek, kami tidak kaya namun berkecukupan, beruntung nya aku, kakek mewarisi keluarga nya yang setengah bangsawan namun terlibat pertiakaian darah yang membuat kakek tercoret dan hanya mendapat rumah besar yang telah hancur setengahnya, yah.. Rumah kami masih bisa dibilang istana jika kalian mau.

Selamat datang kawan, Azalea siap membawamu pada hidupku.

DEAR USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang