4. Dua dari Levi

38 5 0
                                    

Yah, mungkin sebagian dari kalian bisa menebak. Salah seorang yang berada kota tadi siang, mencurigaiku atas hilangnya uang uang mereka yang memang benar perbuatanku.

Tapi tidak mungkin bukan untuk menyerah?

Aku diam duduk tenang di kantor penjaga panti itu, mengamati dekorasi yang minimal sebulan 2 kali aku lihat dan tidak ada yang berubah, membosankan.

"Astaga!...aku sungguh berharap orang tuamu tidak pernah menaruh kau ke dalam panti ini, kenapa kami tuhan?? " rengek penjaga panti itu.

Aku hanya tersenyum, jemariku mengikuti ukiran rapi meja dihadapanku.

"Levi... Jujurlah apa kali ini, kali ke sekian kota kehilangan uang mereka, kau yang mengambil? "

"well...bu penjaga, atas dasar apa ibu memojokan saya atas tindakan tidak bermoral ini? "

"Ya, karena pada akhirnya mereka menyalahkan panti, menganggap..."

"Bu...dengan segala hormat, ada puluhan bahkan ratusan panti di kota ini jika mereka ingin mencari, ohh ayolah aku tau ibu lebih pintar dari orang orang awam di sana bukan?"

Penjaga panti itu hanya diam tersenyum kecut, ia menghisap perlahan secangkir teh dihadapannya -dihadapanku- lalu mengakhirinya dengan kasar, seperti suara slurpp parah, sungguh kalian tidak akan mau mendengarnya.

"Kau boleh keluar Levilliar, tapi ketahuilah jika dalang di balik semua ini benar kau... "

"Tentu aku akan senang hati mengangkat bokongku dari tempat ini, bu penjaga kau bisa pegang ucapanku"

Yah...percakapan ini selesai

~

"Viller? "

Aku tertegun, aku tahu aku hafal benar dengan suara itu

"Maaf mengganggu, aku...aku hanya ingin bilang..."

"Kamu... Leta? Benar kan Leta? "

Tanyaku tanpa melihat ke arahnya, entah  sebisa mungkin aku  harus bertahan kali ini.

"Iya vill, ini aku Leta. "

"Ada perlu apa"

"Ingin bicara"

"Ini sedang bicara? "

"kumohon, sebentar saja di depan panti"

"Aku sibuk, tidak"

"Vill, aku minta maaf tapi..."

"Kamu bahagia? "

"Apa??"

"Apa kamu bahagia? "

"Ya..."

"Syukurlah, aku harus pergi "

Aku tidak peduli lagi selancang apa suara itu memanggil, berapa langkah yang ia tempuh menuju kemari, juga berapa banyak air yang Ia buang dari matanya hingga semerah itu.

Aku peduli, tapi maaf Leta aku sudah tidak ingin berurusan denganmu.

Aku sampai di aula tengah panti, teringat hari ini pukul 14.02 kami harus menemui madame May.

Wanita tua itu terlihat bersahabat, tersenyum menyapa, yah...semua orang harus tampil sedemikian bukan? Demi menjaga nama di hadapan publik.

Pertemuan tersebut berjalan lancar, kami bubar pukul 15.34, anak anak lain bergegas mandi sementara aku diam mematung di sudut ruangan.

"Hai nak... Kemari"

Aku menoleh, madame May ternyata.

"ya madame? "

"Sepertinya aku lancang jika begini, ehm...kamu benar Levilliar?"

"Iya... "

"Ada seseorang yang tertarik padamu semenjak 2 tahun lalu nak... Namun dia ingin kamu mengenalnya ketika kamu berusia kurang lebih 18"

"Yah... Aku masih 10 tahun madame"

Madame May tampak terkekeh, padahal aku berusaha serius.

"Jadi...madame ingin kamu bersikap baik untuk terakhir ini, kamu bisa?"

Aku menghela nafas pelan

"Madame, dengan segala hormat entah siapa pun itu yang hendak mengadopsiku harus dapat menerima ku sepenuhnya, dan sesuai peraturan panti... anak yang berusia 18 lebih dan tanpa peminat atau yah tanpa pengadopsi, dalam bahasa kasarnya, kami terpaksa pergi. Dan... Aku tidak keberatan diusir malah mungkin lebih baik begitu, aku pamit madame,"

~

Aku berjalan -lagi- menyusuri kota yang tetap ramai meski sudah menjelang senja. Aku benci aku, terdengar aneh aku tahu.

Terkadang aku bertanya, kenapa orang tua ku meninggalkan ku disana, hanya bersama secarik kertas berisi nama yang kini menjadi bagian diriku.

Siapa mereka?

Bagaimana tampang mereka?

Jika suatu hari bertemu kembali, apa mereka menyayangiku?

Aku tersenyun kecut, percuma bertanya, menjerit sekalipun tak ada yang hiraukan.

Angin sore ini begitu kencang, aku merogoh saku jaket, mencoba mencari benda itu, eh... Kemana perginya?

Tiba tiba saja, sekelompok orang berkuda -atau petugas keamanan kota- melintas berseru seperti terjadi suatu hal.

Aku melihat Madame May berada di salah satu kereta kuda dan wajahnya nampak begitu cemas. Ada apa?

DEAR USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang