5. Tiga untuk Azel

32 5 0
                                    

Aku tidak ingat rincian hal tentang kemarin, rasanya aku bangun tidur seperti biasa berangkat ke sekolah, bekerja, dan tiba di rumah menghadapi kematian kakek, lalu semuanya gelap mentari serasa bersembunyi.

Aku mengerjapkan kedua mataku yang terasa perih, yah... Mungkin karena kadar air yang berkurang terlalu banyak. Lalu melihat keadaan sekitar, aku berada di sebuah eh... Kasur? Kasur siapa?

Tiba tiba terdengar suara ketukan pintu, aku menoleh mencari sumber suara.

"Azel...buka, ini bibi May"

"Masuk saja... "

Aku menunduk, tuhan apa yang telah terjadi??
Bibi May duduk dihadapanku, lalu berpindah  menyampingi. Ia membelai rambut ikal panjang kusutku lalu merapihkannya ke belakang telinga perlahan, tangan lembutnya memegang belakang kepala ku lalu mendekatkannya pada dada nya.

Aku membeku, serasa mati.

"Bi... Apa yang sesungguhnya terjadi pada kakek? "

Bibi May hanya diam, kami tenggelam dalam kesunyian, bertanya tanya dalam pikiran.

"Bibi ingin Azel bersiap siap, akan digelar sidang pagi ini.."

"Sidang atas kakek? "

"Ya...dear, jangan takut ada bibi disini"

"Bibi...? Apa... Apakah ayah pulang?? "

"Kabarnya, mereka sudah mengabari ayahmu"

Sekali lagi, aku merasakan hal buruk belum selesai menimpaku.

~

May August L.
Beliau tidak mau memberitahu apa kepanjangan dari L tersebut, yang pasti mungkin bukan Lesrain, marga keluarga ku.

Sebenarnya beliau bukan siapa siapa dalam keluargaku, hanya dulunya beliau adalah tetangga kami, dan dia bilang dia sangat suka sekali anak gadis.... Yang membuatku beruntung karena beliau juga sangat menyayangiku.

Beliau tidak punya anak, entahlah... Mandul orang sebut? Sekitar 7 tahun lalu dia dipercaya oleh walikota kami untuk mengelola salah satu panti terbesar di kota yang aku lupa namanya.

3 tahun berlalu dari sana, bibi May mendapat surat pindah, keterangannya pribadi sebutnya entahlah... tapi beliau adalah orang yang menyenangkan, dan jika sempat ia akan berbaik hati mengantarku ke sekolah dengan kereta kuda miliknya.

Pukul 07.23

Sidang dimulai.

Aku duduk di depan, bersama bibi May sebagai waliku. Aku menoleh ke belakang mencari batang hidung yang tak kunjung datang.

"Disebutkan pada hari selasa, pukul 14.02. Korban ditemukan di kediaman, tidak bernyawa, bagian lengan patah dengan mulut mengangga... "

"Korban berusia 74 tahun, bermarga Hunkless tinggal dengan cucu nya Azalea Lesrain..."

"Tidak ada jejak, bukti kuat, maupun saksi dalam perkara ini, alibi pihak korban dipersilahkan"

Sunyi, ruangan besar itu sunyi. Menyisakan seorang gadis berusia 16 tahun yang bingung apa untuk dikata, ayah nya tidak datang, dan ia tak pandai bersua. Ya... Gadis itu tak lain adalah aku.

"Ehh... " aku sungguh bingung.

"Silahkan... "

Satu detik, dua detik, wajah wajah penasaran menunggu.

Aku membuka mulut.

"Saya...saya baru pulang dari toko di sudut lain kota, ketika sebelumnya saya menemukan pagar gerbang yang sudah terbuka. I...itu tidak biasanya terjadi, kakek selalu mengunci dan... "

"Ya... Kami semua sudah tahu rincian tersebut. Apakah ada seseorang di sekitar rumahmu atau...atau kau tahu dengan siapa saja kakekmu terhubung? "

"Ya... Dan tidak. Maksudku ya, tidak. Aku tidak tahu dengan siapa saja dia bersosialisasi selama ini. Kakek sangat tertutup mengenai kehidupan pribadinya..."

"Saya yakin, kalian keluarga yangvtidak akrab bukan?"

Salah seorang pengacara tiba tiba memotong kalimatku, begitu tajam.

"Maaf?... "

"Pertama, coba kita telaah. Seorang Hunkless, kalangan terhormat, dengan cucunya Lesrain. Dari nama saja sudah jauh kastanya, maaf tidak bermaksud menyinggung..."

"Disebutkan, tidak ada jejak dan saksi, bahkan hanyalah cucunya sendiri yang ditemukan di tempat kejadian yang juga tiba tiba pingsan. Bukankah ini terlihat sangat konspirasi?"

Terdengar helaan nafas kasar dari pada peserta sidang, wajah wajah sependapat, juga hendak menentang.

"Beberapa jam lalu aku baru saja membaca, ternyata anak gadis ini terbuang ya... Ups, ibunya meninggalkannya dengan kakeknya yang merupakan ayah dari wanita tersebut beserta suaminya, Kini ayah gadis itu merantau entah kemana, bahkan gadis tunggal inipun dengan kakeknya tidak terlalu dekat huff... "

"Oh ya... Satu lagi, saya baru saja dapat telegram dari kota seberang, tentang seorang pria bernama 'Jill Lesrain' yang baru saja naik kapal terahir menuju sisi lain samudra"

Semua mata di ruangan itu tertuju padaku, aku bahkan tidak sempat mengerjap ketika tanpa sadar aku berlari dan berteriak marah lalu  menghantam pengacara tersebut.

Semua kata kata itu, kata yang terlontar saat itu... sudah melukaiku terlalu dalam.

DEAR USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang