minho mengajak jisung berkeliling candi-candi di yogyakarta. katanya sih wisata sejarah. katanya.
[ another story from paduka-cokiber's universe ; one day trip series ]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ㅡ
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ㅡ
tujuan mereka selanjutnya adalah candi plaosan. betul kata minho, nggelundung aja sampai. jaraknya cuma 1,5 kilometer dari candi sewu. cuma butuh waktu 3 menit buat menuju ke candi ini. jalanan yang lenggang bikin hyunjin bisa memangkas waktu jadi lebih cepat. nggak sampai 3 menit juga udah sampai.
"nah, udah sampai!" seru hyunjin. dia memakai sunblock-nya lagi sebelum buka pintu mobil. "yuk yuk."
tuhkan. pergi jalan-jalan serasa bikin mie instan.
candi plaosan ini dikelilingi parit dan area persawahan. lokasinya yang lumayan jauh dari hiruk pikuk jalan raya bikin candi plaosan ini sepi dan cocok banget buat tempat merenung. apalagi buat overthinking. nggak ada duanya.
"ini namanya candi plaosan," tutur hyunjin. "menurut catatan sejarah, candi plaosan ini dibangun sekitar abad ke-9. nah, kompleks candi ini dibagi jadi dua bagian yaitu plaosan lor dan kidul. utara dan selatan."
"itu bangunan apa, mas?" tanya jisung sembari nunjuk sebuah bangunan di sebelah kanan dan kiri candi. "yang mirip gapura itu, lho. itu beneran bisa dipake atau cuma pelengkap bangunan aja?"
pandangan hyunjin mengikuti arah jemari jisung menunjuk. "itu gardu buat tempat bersemedi."
"oiya, kalian masih inget cerita yang tadi di candi sewu nggak? yang rakai pikatan itu, lho." sambung hyunjin. minho ngangguk sementara jisung melongo, sama sekali nggak inget. dia meringis, "hehe, enggak."
"jadi, ada dua pendapat yang berbeda tentang pembangunan candi ini. yang pertama teorinya de casparis yang merupakan orang belanda. dia mengemukakan bahwa prasasti cri kahulunan adalah dasar candi ini dibangun. disebutkan bahwa candi plaosan lor dibangun oleh sri kahulunan dengan didukung suaminya."
