16

2.6K 172 17
                                    

Keesokkan paginya hayoon terbangun karena tiba tiba yoongi memeluknya sangat erat dan membuat hayoon risih.

"Oppa jangan memelukku seperti ini, aku tidak bisa bernafas" ucap hayoon.

"Eoh maaf, oppa hanya merasa bersalah karena tidak menjagamu semalam" ucap yoongi sembari melepas pelukkannya.

"oppa tau?"

"Yaa...jinyoung menceritakkannya kepada jungkook"

"Jangan khawatirkan aku oppa, aku tidak apa apa" ucap hayoon sembari mengelus pipi yoongi.

"Jangan pernah suruh oppa untuk tidak khawatir kepadamu yoonie, oppa tidak akan pernah memaafkan diri oppa jika sesuatu terjadi pada adik perempuan oppa satu satunya" ucap yoongi sembari mengelus tangan hayoon yang masih berada di pipinya.

Hayoon tersenyum senang dan memeluk yoongi "aku mencintaimu oppa"

"Cepat mandi dan sarapan"

"Apa aku sudaj boleh sekolah?" Tanya hayoon.

"Seokjin hyung sudah mendaftarkanmu homeschooling, kau akan belajar dirumah"

"kenapaa? kenapa tidak meminta izin dulu ke hayoon? Hayoon tidak mau" ucap hayoon sedih.

"Hayoon-ah oppa tidak mau kau kenapa kenapa, lebih baik belajar dirumah biar tidak terlalu lelah disekolah"

"Bagaimana dengan jinyoung dan mark, aku tidak akan pernah bisa bertemu dengan mereka jika aku sekolah dirumah" ucap hayoon dan menatap yoongi.

Yoongi yang melihat adiknya sedang ngambek langsung menangkap dua pipi tembam hayoon.
"Nanti oppa suruh mereka sering sering main kerumah, tapi kamu harus bersekolah dirumah, mengerti?"

Hayoon menganggukkan kepalanya san menjawab pernyataan yoongi dengan malas "yaa baiklah"

skip.

Setelah selesai mandi hayoon pun turun kebawah untuk sarapan bersama kakak laki lakinya.

"Pagi..." ucap hayoon sembari berlari menuju meja makan.

"Jangan lari hayoon" ucap seokjin.

"Hehe miane" ucap hayoon sembari tersenyum menatap seokjin.

Hayoon pun duduk di samping jungkook dan mereka mulai sarapan.

Selesai sarapan hayoon mengantar kakak laki lakinya keluar rumah untuk berangkat ke sekolah.

"Hati hati oppa" ucap hayoon sedih.

"Kenapa sedih seperti itu?" Tanya jimin.

"Kenapa kalian menyuruhku untuk bersekolah dirumah, aku kan ingin berangkat bersama sama. Aku ingin seper--"

Ucapan hayoon tiba tiba berhenti karena jimin tiba tiba mencium pipi hayoon sekilas "oppa berangkat, anyong"

"Aishh..yaa oppa!!" Teriak hayoon sembari menghapus bekas ciuman jimin.

Jimin hanya tersenyum gemas mendengar adiknya marah seperti itu.

Setelah mobil oppanya menghilang dari pandangan hayoon, hayoon langsung berjalan masuk kedalam.

Saat akan membuka pintu tiba tiba ada sesuatu yang mengenai kepala hayoon. Saat hayoon melihat kebawah, hayoon melihat sebua tas plastik berwarna hitam.

"Aishh kepalaku..." ucap hayoon sembari mengambil tas plastik dan membawanya kedalam.

Sesampainya di kamar hayoon pun membuka tas plastik itu dan isinya sangat membuat hayoon terkejut dan takut.

Isi tas plastik itu adalah sebuah boneka yang berlumuran darah, pisau dan sebuah surat yang bertuliskan "aku akan memastikan kau mati"

Hayoon menangis dan nafasnya sudah tidak stabil, hayoon segera mengambil inhealer yang berada di lacinya.

"Pisau ini..." ucapan hayoon terhenti dan flashback dengan kejadian semalam yang menimpanya.

Hayoon langsung membuang pisau itu jauh kedepan dan mulai menjambak rambutnya frustasi.

"Siapaa? Siapa yang ingin aku mati" ucap hayoon.

"Aku tidak merasa mempunyai musuhh, aku tidak pernah melukakn hal salah"

Hayoon pun bangun dari duduknya dan mengambil pisau itu untuk disimpan di lacinya, dia tidak mau semua orang yg ada di rumah ini tau jika hayoon di teror.

Lanjutt?
BERSAMBUNG...

Gue gantunggg hehehe, biar kalian penasaran😁😁

My Brother's Hate me (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang