Dying Mentally [ON GOING]

08. Terror misterius

"Katanya keluarga adalah rumah ketika kita pulang dan merasa lelah. Tapi bagi Sirena, Tuhan adalah rumah terbaik yang dapat mengerti dirinya. Memberinya kesabaran seluas samudra, dan memberinya setitik cahaya. Dia sibuk dengan trauma dan kegelisahan nya."

"Dia tidak tau untuk siapa dia
di hadirkan, bertahan, dan tersenyum selebar keindahan. Sirena, Kana dan sayap patahnya."

- 𝒟𝒶𝒾𝓈𝓎 𝒜𝓁𝓁𝒶𝓇𝒾𝒸 -

𝓓𝔂𝓲𝓷𝓰 𝓜𝓮𝓷𝓽𝓪𝓵𝓵𝔂

[Follow]

Instagram : dreamysgirlyieo_19
Wattpad : Daisy06hJepara
...

Luffy once said ...

Melupakan itu seperti luka.

Lukanya mungkin sembuh tapi
sudah meninggalkan bekas.

Sedangkan Nadin Amizah pernah
berkata ... “Berbaring, tersentak
tertawa, tertawa dengan air mata,
mengingat bod*ohnya dunia, dan kita
yang masih saja berusaha” sungguh
relate kejadian nya, Sirena bahkan
melewatinya bertahun-tahun
lamanya tanpa pernah berkata.

"Kapan ini selesai?"

"Kenapa dunia jahat banget?"

Salah, dunia tidak jahat.

Yang jahat itu orang-orangnya, hanya
saja kalian sedang tidak beruntung
dipertemukan orang-orang seperti
mereka. Anggap saja itu sebagai ujian dari Tuhan sebagai proses pendewasaan, agar kita belajar cara bersabar, belajar cara memaafkan.

Walaupun, pada dasarnya memaafkan tidak semudah yang kita bayangkan.

"Kamu masih berharap dengan
mereka Siren?" Sirena memandang
keluarga bahagia itu dari kejauhan.

"Bagus, lihatlah. Lihat ke arah sana, maka kau akan sakit hati dibuatnya!"

"Berharap ya?" Sirena menjeda
ucapan nya. "Buat apa berharap sama
mereka? Toh, ujung-ujungnya sama
aja kan?" Lanjutnya yang membuat
senyum Devano memudar. Pria
paruhbaya itu memandang punggung
ringkih Sirena dengan seksama.

"TUH KAN, GARA-GARA ABANG SIH. RAMBUT MORA JADI KEK SARANG TAWON!" Teriak cewek di ujung sana.

"PFFTT, rambut kamu jadi kayak
sarang burung Wallet dek. HAHAHA,"