Bab 2

6.8K 61 2
                                    

Pukul 10 malam, Roni pulang dengan langkah gontai. Setelah masuk kedalam kamarnya. Ia menghempaskan tubuhnya ke dipan reot itu. Untung saja dipan itu tidak ambruk.
Bukan pekerjaan yang membuat ia letih. Itu sudah rutinitasnya. Dan ia bukanlah lelaki lemah hanya karna bekerja. Tapi, pemandangan sore itu yang membuatnya uring-uringan.
Tanpa sengaja ia melihat Meli istri pemilik toko kain di depan toko tempat bekerjanya. Meli sedang menjemur kain dilantai atas rukonya itu. Ia habis mandi dan hanya mengenakan handuk.
Melihat Meli berpakaian saja sudah menurun naikkan jakunnya dengan kemontokan perempuan itu. Apalagi berbalut handuk. Darahnya berdesir. Roni berusaha menahan gejolaknya agar penisnya tidak bereaksi.
Tapi malang, tatapannya bersirobok dengan pandangan Meli. Dan hal tak terduga itu dialaminya. Meli melihatnya dengan tatapan jijik. Bahkan ia meludah setelah melihat muka Roni.
'Sehina itukah aku hingga ia sebegitu menjijikkannya melihat mukaku.'
Roni merenung memikirkan untung dirinya.
Setelah cukup lama melamun. Roni menoleh ke samping. Matanya tertuju pada sempak merah yang teronggok begitu saja disudut ruangan.
Ia bangkit mengambil sempak itu. Dilucutinya seluruh pakaiannya. Lalu dikenakannya sempak merah itu.
Setelah itu ia berjalan ke cermin kecil. Melihat rupanya setelah memakai sempak merah tersebut. Ia mengelus wajah yang terlihat dicermin. Wajah yang putih halus dan bersih. Tidak ada jerawat-jerawat sebesar kacang yang melingkupinya. Tatapannya tegas dan tajam. Lalu, pantulan dirinya dicermin itu menyeringai.
"Hehe, kau kembali memakainya bukan."
Roni hanya diam tak menjawab. Kini ia tak seterkejut tadi.
"Mari, kita selesaikan jalang itu." Hasut pantulannya dicermin.
"Bagaimana caranya? Aku tak pernsh punya pengalaman mendekati perempuan." Roni kebingungan.
"Untuk itulah aku ada."
"Melompatlah!" Seru Roni dicermin.
Dengan ragu-ragu, Roni mencoba melompat.
'Wushhh'
Seperti angin kini ia telah berada diatas atap rumahnya. Ia berjongkok untuk menjaga keseimbangannya.
'Waw!'
Roni takjub. Ia melihat atap rumahnya apakah bolong. Ternyata tidak. Ia ternyata menembus atap itu. Kembali ia takjub.
Tapi, tak berselang lama ia kembali ragu. Bagaimana jika nanti ada orang yang melihatnya. Makhluk bersempak merah melompat lompat diatas atap.
'Jangan takut, tak ada yang akan bisa melihatmu.' Terdengar suara lainnya, yang kini berasal dari dalam tubuh Roni.
Dengan sumringah Roni mulai bergerak. Melompati atap-atap rumah, dari pohon ke pohon. Tubuhnya terasa ringan. Ia melayang di udara.

SEMPAK MERAH (Book 1) -EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang