Seminggu telah berlalu sejak kedatangan Roni ke rumah Diah malam itu. Sebanyak hari itu pulalah dia menjadi pemuda yang uring-uringan Sering melamun memikirkan sosok perempuan sempurna yang menari di atas tubuhnya.
Tak ada lagi nafsu yang menggebu di dalam tubuhnya. Entah, kebosanan yang mulai hinggap. Karna tak terhitung lagi jumlah perempuan yang sudah digaulinya. Dengan berbagai macam bentuk dan rupa. Tapi, satu yang pasti. Di benaknya hanyalah wajah Diah.
"Kalau suka bilang suka. Kenapa dipendam." Satu kali Mas Beni menimpuk kepala Roni dengan sobekan kertas.
"Perempuan mana lah yang mencuri hati si dekil ku." Goda Nita suatu waktu.
Roni hanya bisa menjawab guyonan majikan yang seperti keluarganya itu dengan cengengesan. Apa yang mesti ia katakan. Jika perempuan itu adalah Diah.
Pemuda itu masih menerawang jauh dibelakang kemudi pick up yang dikendarainya. Jalanan yang cukup sepi hanya ditumbuhi pohon disetiap sisi jalan. Sebuah mobil sport mewah sedikit bergoyang goyang mencuri perhatiannya.
Mata Roni sedikit menyipit menyaksikan adegan dari dalam kemudi mobil itu. Meski kaca mobil yang dipakai gelap. Terik matahari membuat sedikit kejadian dari dalam mobil membayang keluar.
Satu sosok sebelah kanan terlihat berusaha mendekat kepada sosok sebelah kiri. Yang sebelah kiri terlihat berusaha mencegahnya. Sedikit pergumulan terjadi. Tiba-tiba siluet bayangan tangan dengan cepat melayang ke arah muka orang yang disebelah kiri kursi kemudi. Roni menyadari hal yang tidak beres.
Dari tadi ia hanya mengamati saja dari belakang mobil itu agak jauh. Dengan cepat ia keluar dari mobil barang itu. Ia mengetok jendela di sisi sopir ketika sudah sampai di mobil sport hitam itu.
Dari dalam pria yang berada dibelakang kemudi terkejut. Cepat ia beralih ke samping kiri ketika bibirnya dengan liar menjilat leher perempuan yang meronta ronta disebelahnya.
"Brengsek!" Pria itu memaki sambil turun dari mobilnya.
"Apa urusan Lo?" Pria itu menghardik Roni sambil mencengkram bajunya.
"Kalo gak mau. Gak usah dipaksa Mas." Jawab Roni santai.
"Terserah gue dong. Cewek, cewek gue!" Kali ini Pemuda itu mendorong Roni. Sambil tangannya mencengkram baju Roni.
'Bukk'
Bunyi pintu yang terhempas mengagetkan Roni. Dan yang lebih mengejutkan lagi siapa perempuan yang keluar dari mobil itu. Diah! Perempuan yang merecoki fikirannya selama seminggu ini.
"Sudah Bay. Lepasin dia." Diah berlari kearah dua pemuda itu.
Darah Roni begitu mendidih melihat wajah perempuan itu. Masih terlihat sedikit noda darah di ujung bibir Diah. Dan bekas memerah dipipinya. Susah payah Roni menahan emosinya.
"Keparat Lu!" Bayu mengayunkan tinjunya dengan cepat. Emosi hasrat yang tergantung mencoba ia luapkan dengan bogeman ke arah muka Roni.
Dengan sigap Roni menangkap kepalan tangan Bayu. Sebuah bogeman yang tersalur emosi yang begitu tinggi diarahkannya kearah muka Bayu.
'Bukk'
Begitu cepat tinjuan itu melesat. Bayu tak dapat menangkis apalagi mengelak. Tubuhnya terhuyung ke belakang. Cengkraman tangannya dibaju Roni terlepas. Ia menggapai mobil di kanannya. Berpegang agar tidak jatuh.
"Udah Ron." Diah menggenggam erat lengan Roni yang berusaha kembali maju.
Tangan halus itu seakan seperti air dingin yang membasuh seluruh tubuhnya. Emosinya yang sudah memuncak perlahan mengendur. Pemuda itu mengurungkan niatnya.
Bayu menyeka hidungnya yang mengalir darah segar dengan punggung tangannya. Ia ingin maju kembali melakukan serangan. Tapi, nyalinya sudah sedikit ciut melihat tatapan amarah pemuda penuh jerawat itu.
"Baiknya Lu pergi Bay. Jangan temui Gue lagi!" Sebuah kalimat sakti dari Diah berhasil meruntuhkan tembok pertahanan Bayu.
Dengan wajah bercampur antara marah, kecewa, dan cemburu. Roni melongos masuk kemobilnya.
"Awas Lu itik buruk rupa. Tunggu pembalasan Gue." Teriaknya. Kemudian masuk ke dalam mobil. Mobil itu langsung melaju kencang.
"Terima kasih Ron." Ujar Diah setelah hening sesaat.
Roni tak berani melihat wajah perempuan itu langsung.
"Iya gak papa." Jawabnya
Roni masih mencari kata yang akan diucapkannya.
"Biar aku antar kamu pulang." Kalimat itu meluncur dari bibirnya. Tak ada panggilan Mbak Diah lagi kepada sepupu majikannya itu.
Roni memberanikan diri menatap Diah. Perempuan yang dengannya hatinya terjatuh. Persetan dengan wajah penuh kerikil yang dimilikinya.
Diah menatap balik pemuda itu. Tatapan pemuda yang disebutnya begitu tajam menusuk jantungnya seminggu yang lalu. Tapi kini ia lebih melihat lagi dengan lekat. Ada sesuatu disorot mata pemuda itu.
Diah mencoba mencerna penglihatannya. Tatapan mata itu, sorotan mata itu.'Sepertinya aku pernah sangat dekat dengan sorotan mata itu.'
*****End******

KAMU SEDANG MEMBACA
SEMPAK MERAH (Book 1) -End
ФэнтезиSosok perempuan dengan gaun tidur yang sudah tersingkap tak karuan terbaring. Tubuhnya menyamping sehingga bagian bawah gaun itu tertarik keatas. Menampakkan paha putih mulusnya yang padat. Jakun Roni turun naik melihat pemandangan yang baru pertama...