Bab 7

4.4K 58 0
                                    

Malam telah larut. Tapi Roni enggan untuk tertidur. Bayangan Diah tersenyum kepadanya menghiasi seluruh otaknya. Desiran aneh muncul dihatinya.
'Oh Tuhan. Ada apa denganku.'
Desiran itu diikuti dengan gelombang birahi yang besar. Dengan Sempak Merah yang ia miliki sekarang. Ia tak pernah ragu dan takut untuk mendatangi kamar perempuan-perempuan yang menjadi targetnya.
Tapi sekarang ada keraguan dalam dirinya. Ia tak ingin menodai perempuan itu.
'Ah, itu hanya basa basi saja. Semua perempuan itu sama.' Fikirnya.
'Kau lihat, senyuman itu begitu tulus.' ujar fikirannya yang lain.
'Kau lihat payudaranya yang masih kencang dan bulat itu? Tak inginkah kau menjamahnya.'
'Jika kau ingin memilikinya. Jadilah seorang jantan.'
"Ahhhh!" Roni bangkit dari tidur dan mengacak-ngacak rambutnya.
Lama ia termenung, kemudian ia berdiri. Melepaskan satu persatu pakaian yang melekat ditubuhnya. Tangannya mengambil Sempak Merah diantara himpitan kardus. Sempak yang telah mengantarnya ke bergai pertualangan kenikmatan dengan perempuan-perempuan.
Ia memakai sempak itu. Lama ia mematung sejenak. Sebelum melesat ke atas atap rumahnya.

***

Kini, ia telah sampai diatap rumah Diah tepat di atas kamar perempuan itu. Kembali timbul keraguan dalam dirinya. Apakah ia akan melanjutkan aksinya.
Tapi nafsu birahi yang telah memuncak mengalahkan logika dan hatinya. Roni dengan cepat menembus atap rumah itu.
Roni menatap takjub pemandangan dihadapannya. Dia sudah berdiri di samping ranjang Diah. Perempuan itu sedang tertidur pulas. Selimutnya telah melorot menampakkan payudara bulatnya yang masih terbungkus kutang hitam.
Dengan perlahan Roni menyingkap selimut yang menutupi Diah. Jakunnya naik turun melihat Diah yang tidur telentang dengan kaki sedikit ditekuk. Celana dalam hitam transparan yang hanya memiliki belahan segitiga ditengahnya menerawangkan isi benda didalamnya. Vagina versih tanpa bulu.
Diah menggeliat karna hawa dingin yang lansung menyentuh kulitnya. Dia meringkuk kesamping.
Roni berjongkok dihadapan Diah. Dia menatap wajah perempuan itu. Desiran itu kembali menjalar ke hatinya meski ia bukan berwujud Roni yang dekil.
Dengan lembut ia mengusap kepala Diah. Rambut panjangnya terasa halus ditangan. Kecupan Roni mendarat dibibir perempuan itu. Hanya sebuah kecupan.
Roni tak bisa lagi menahan batangnya yang sudah meronta ingin mencari sarangnya. Puas mengecup seluruh wajah Diah. Roni mulai bermain diarea leher perempuan itu. Menjilat dan menghisap dengan lembut.
"Ssshhhh." Desisan halus mulat terdengar dibibir Diah.
Tangan Roni sudah meraba payudara Diah dari balik branya. Tangan satu lagi mengelus paha mulus Diah.
"Mhhhhhh."
Diah kembali mendesah halus. Tangan Roni mulai menelusup kedalam branya, meremas payudara yang masih kencang itu. Memainkan putingnya. Diah menggeliat lagi. Kini ia berbaring telentang lagi. Memberikan keleluasaan pada Roni mengerjai payudaranya.
Bra itu sudah terlepas, mulut Roni pun dengan bebas bermain dipayudara Diah. Kedua tangannya tak tinggal diam mengerjai payudara dan menelusup ke dalam celana dalam Diah.
"Ahhhhhh, ssshhhh."
Diah mulai mendesah nikmat. Matanya tlah terbuka sayu. Ia tak kuasa menolak setiap ransangan yang diberikan Roni. Tangannya meremas rambut pria itu dan menekannya agar lebih dalam menyusui payudaranya.
Puas dengan dada, bibir Roni perlahan turun ke bawah. Mengecup perut Diah yang ramping. Menjilati pusar perempuan itu.
"Sshhh, mmhhh."
Diah menahan geli dan nikmat.
Tangan Roni membuka CD penutup terakhir tubuh Diah. Perempuan itu menaikkan pinggulnya sedikit. Roni tak puas hanya sekedar menatap vagina diah yang bersih tanpa bulu itu.
"Aggghhhh."
Diah melenguh dengan pinggul terangkat keatas ketika bibir dan lidah Roni telah bermain diarea intimnya. Dari sekian banyak perempuan yang telah disetubuhi Roni. Ini pertama kalinya ia menjilat vagina perempuan korbannya.
Ada rasa berbeda ketika melihat Diah berkelonjotan menahan nikmat dari permainan lidahnya. Ditambah jari tengah Roni yang keluar masuk perlahan kedalam lorong sempit itu.
"Ahhhhhhhh." Diah melenguh panjang.
Orgasmenya telah sampai. Pinggulnya melenting keatas sementara tangannya menekan kepala Roni.
Melihat Diah sudah mencapai puncak pertamanya. Roni melepaskan bibirnya dari vagina perempuan itu. Ia pun berdiri dengan penis yang sudah menggantung tegak. Ia menunggu, apa yang akan dilakukan Diah.
Dengan mata sayu Diah menatap pria bersempak merah dengan penis yang telah siap tempur. Nalurinya menuntunnya berdiri dan mendekat kearah selangkangan pria itu.
Tangannya yang halus mengelus batang zakar itu. Sementara tangan lainnya megelus kantung biji Roni.
"Hmmmmm." Desah Roni.
Diah mulai memainkan lidahnya. Menjilati dari pangkal ke ujung batang Roni. Ia menggelitik lubang kecil dikepala penis Roni dengan lidahnya.
"Aggghhh, ahhhh, nikmaatthh." Erang Roni.
Kepala Diah telah maju mundur memasukkan batang itu ke dalam mulutnya. Sadar mulutnya takkan mampu menampung semua. Ia menggunakan tangannya untuk mengocok penis Roni.
"Aggghhh, ahhh, yahhh, yaahh."
Diah menaikkan tempo kuluman dan kocokannya. Reflek Roni pun menggerakkan pinggulnya seirama dengan kepala Diah.
"Ahhh, aggghh, aku sudah tak tahann, agghhh." Roni menyodok mulut Diah dan menahan kepalan perempuan itu agar tidak lepas.
"Mmmhhh, mmhhhh." Diah bergumam tak jelas. Sementara tanganya memukul lengan pria itu.
Cairan kental beberapa kali menyembur ke dalam mulutnya. Sebagian meluber disela bibirnya. Mau tak mau Diah terpaksa menelan cairan itu. Karna Roni tak melepaskan kepalanya.
Setelah semua cairannya keluar, Roni melepaskan kepala perempuan itu.
"Sssshh, sshhh." Diah mendesis.
Cairan itu dilihat Roni meluber disepanjang bibir Diah.
Diah kemudian memundurkan tubuhnya dan kembali telentang.
"Kau masih kuat kan. Ayo sekarang puaskan aku." Ucapnya.
Roni yang nafsunya belum hilang bahkan semakin besar melihat Diah mengangkang. Ia pun mulai melakukan penetrasi ke selengkangan Diah.
Roni menggesekkan penisnya pada belahan vagina Diah. Memutar kepala penis itu pada klitoris Diah.
"Sshhh, ayho masukkan aku ingin kontolmu, aahh." Diah sudah tak tahan.
Perlahan Roni memajukan pantatnya. Vagina Diah masih sempit. Mungkin karena tak lagi dipakai setahun ini. Fikirnya.
Roni memaju mundurkan pantatnya ketika penisnya baru masuk setengah. Seolah ada penghalang. Ia membiarkan vagina Diah beradaptasi dengan ukuran penisnya.
"Ahhh, ahhh, lebih dalam. Sodok yang dalam."
Roni sedikit menghentakkan pinggulnya.
"Akkhhh." Diah menjerit
"Ssshhh, ssssshhh." Ia mendesis menahan perih diselangkangannya.
Roni terkejut melihat darah sedikit merembes dipangkal paha Diah. Perempuan ini masih perawan.
Roni menatap mata Diah. Mata mereka saling bertemu. Ada cairan bening di kelopak mata Diah. Entah mengapa Roni bukan melanjutkan mengenjot Diah. Ia malah memeluk tubuh Diah. Mengecup bibir perempuan itu dan sudut matanya yang berair.
"Mmhhh, mmhh."
Mereka kini saling pagut dengan tubuh yang telah menyatu. Lidah mereka menari di dalam mulut itu.
Diah menarik kepala Roni mundur ke belakang.
"Ayho teruskan. Aku sudah tak apa." Ucapnya.
Dengan mata yang masih saling menatap. Roni perlahan memaju mundurkan pantatnya dengan tempo lambat.
"Ahhh, ssshhh, ahh, ennakk." Desah Diah ketika kenikmatan bercinta menjalar ditubuhnya.
"Lebih cepat, sodok kontolmu lebih cepat. Ahhhh."
Dengan tetap menggejot vagina Diah. Roni mengelus pipi perempuan itu. Sesekali mengecup dan mengulum bibir sensual itu.
"Mmmmhhh, mmmhh." Desah Diah tertahan mulut Roni. Tangannya tak henti menjambak rambut dan mencakar punggung Roni.
"Ahhhhhhh." Diah kembali mendesah panjang pinggulnya terangkat keatas. Tubuhnya bergetar menandakan ia telah sampai pada puncaknya. Klimaks keduanya.
Roni mengusap rambut Diah. Sesekali memberi kecupan pada bibir Diah.
Diah yang tahu Roni belum keluar. Meraih pundak pria itu. Ia menidurkan laki-laki yang telah merenggut keperawanannya. Roni mengikuti apa yang dilakukan Diah. Kini ia yang tidur telentang.
Diah kemudian berjongkok di atas penis Roni yang berdiri kokoh. Perlahan ia menurunkan pantatnya. Tidak sesakit dan sesulit tadi. Kini penis itu sudah masuk sepenuhnya.
"Ahhhh, kontolmu serasa menyentuh rahimku." Diah menengadah ke atas menahan nikmat.
Perlahan ia memaju mundurkan pinggulnya. Lama kelamaan gerakannya menjadi tak terkontrol. Maju mundur dengan cepat kadang naik turun.
"Aahhhh, aahhh, ennakk, kontollmu, enakkk, ahhh, ahh, memekkku, ahhh, ennaakk."
Diah meracau tak karuan. Tangannya meremas sendiri payudaranya.
"Ahhh, aahh, remas susuku sayyaangghh, ahhh."
Roni meraih dua tabung susu itu dan meremasnya. Sesekali ia mencubit puting itu dengan lembut.
"Agghhh, ahhhh, memekkmuu."
"Kenapa memekmu sayyaangg?"
"Ahhh, ennakk!"
Mereka saling meracau menjemput kenikmatan. Tatapan mereka saling beradu.  Biasanya Roni lebih memilih menunggingkan korbannya dan menyodoknya dengan keras. Kini ia pasrah berada dibawah dan membiarkan Diah mengendalikan permainan.
"Ahhhh, ahhh!"
"Ahhhhhh, akku sudah takk kuat." Erang Roni ketika ia merasa desakan yang akan keluar dari penisnya.
"Aahh, aku juga sayyanng. Ahh!"
"Arrggghhhg!" Roni mengerang.
"Ahhhhhh!" Diah mendesah panjang.
Cairan mereka saling beradu dalam memek Diah. Diah yang keletihan menghempaskan tubuhnya ke badan Roni. Masih merasakan sisa sisa kenikmatan Roni mengusap punggung telanjang Diah. Bibirnya berkali kali mengecup kepala Diah.
Setelah dirasanya tenaganya sudah sedikit kembali. Roni membaringkan tubuh Diah disampingnya. Ia pun berdiri.
Matanya kembali menatap Diah yang masih bernafas tersengal. Roni mengambil selimut dan menutupi tubuh Diah. Ia kembali mengecup kening dan bibir Diah. Setelah mengusap rambut perempuan itu. Ia pun kembali melesat keluar.

SEMPAK MERAH (Book 1) -EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang