Bab 3

6.5K 71 1
                                    

Sosok perempuan dengan gaun tidur yang sudah tersingkap tak karuan terbaring. Tubuhnya menyamping sehingga bagian bawah gaun itu tertarik keatas. Menampakkan paha putih mulusnya yang padat.
Jakun Roni turun naik melihat pemandangan yang baru pertama kali disaksisannya. Ia berjalan mendekat. Melalui sebuah meja rias, ia melihat pantulannya dicermin. Wajahnya yang gagah, bukan Roni dekil penuh jerawat.
Ia beranikan diri mengelus paha mulus Meli. Tak ada reaksi apa apa. Meli tidue dengan pulas. Roni berjongkok disamping Meli meraba wajahnya yang putih, lehernya, lanjut ketangannya yang terbuka karena gaun tanpa lengan. Hanya tali tipis yang membuat masih menggantung di tubuhnya.
Roni terpana melihat pemandangan dua bongkahan payudara sekal di depannya. Tanpa bra, ia dapat menyaksikannya dengan leluasa.
Ia mulai meraba payudara itu dari balik gaun. Ia tak tahu harus darimana memulai. Ini untuk pertama kalinya. Ia hanya mengikuti insting yang terus menuntunnya. Memuaskan seorang perempuan.
"Engghhh!"
Lenguhan terdengar dari bibir Meli. Ketika kedua tangan Toni beraksi. Yang satu mulai menelusup dari balik kain, meraba, mengelus, dan meremas halus payudara yang tak dapat digenggamnya dengan satu tangan itu. Tangan yang satunya bermain dipaha dan pantat Meli.
"Hmmm, mmmhh."
Meli bergumam tak jelas, sementara matanya masih tertutup.
Perlahan Roni mendekatkan wajahnya. Mencium pipi Meli. Lidahnya bergerilya disekitar wajah Meli. Menghisap leher putih perempuan itu.
Kini, jilatannya beralih ke bagian dada perempuan montok itu. Tangannya mulai gemas meremas dengan kasar.
"Engghhh, asshhhh, sshhhh, ahhhh."
Meli mendesah kegelian. Tubuhnya kini menggeliat. Merespon setiap sensasi yang diberikan Roni.
Tangan Meli yang tadinya diam, kini memegang kepala Roni menekannya lebih dalam ke payudaranya. Roni dengan lembut memainkan puting susu Meli yang sudah menegang.
"Ahhh, hmmm, ahhhh."
Meli sudah tak tahan. Desahannya semakin keras ketika dirasakanya vaginanya digelitik oleh jari Roni.
"Ohhhhggg."
Ketika jari tengah Roni masuk dan bermain di dalam vagina Meli yang telah basah. Sementara mulutnya tak henti menyedot dan memilin puting payudara Meli.
"Ohhh, ohhh , ahhhh."
Meli semakin liar menggerak gerakkan pantatnya agar jari itu masuk lebih dalam. Ia merasa akan mencapai puncak pertamanya.
Tapi, hentakan dan erangannya terhenti ketika Roni menghentikan aksinya. Ia berdiri dengan cepat.
"Ah, maaf. Aku tak bisa. Maafkan aku Mbak." Katanya ketakutan.
Ia tersadar ketika Meli bereaksi dengan gila. Ia merasa takut.
"Ahhh, ahh, ayo cepat puaskan aku. Aku sudah tak tahan. Tak pernah aku sebergairah ini." Meli memelas dengan mata yang sayu. Tangannya berada diselangkangannya. Menahan gejolak yangvtak sampai.
"Maaf mbak aku nggak bisa. Aku. . . Aku.." Roni meragu.
"Siapapun kau. Cepat puaskan aku."
"Aku khilaf, aku salah, aku tak seharusnya begini."
"Ahhhh."
Meli beranjak dari tidurnya kemudian membuka laci meja kecil disamping tempat tidur. Mengambil satu ikat uang ratusan. Memberikannya pada Roni.
"Siapapun kau. Ayo cepat puaskan aku. Aku tak pernah sebergairah ini bercinta." Meli merangkul Roni, dengan tangannya menggelitik puting payudara Roni.
"Ahh, maaf.... Akkkuuu."
"Aku akan diam, jika kau pun tak meceritakannya pada orang lain."
Meli memang sudah ilang akal. Nafsunya sudah di ubun-ubun minta dipuaskn. Ia pun dengan cepat berjongkok dihadapan Roni. Berusaha membuka sempak Roni.
Roni sadar, jika sempaknya dibuka. Maka wajahnya akan berubah. Ia menahan tangan Meli. Kemudian menuntun jari halus itu membuka resleting sempak itu.
"Haaa!!!"
Meli terkejut ketika penis itu terlepas dari sarangnya.
"Ini sungguh besar. Mhhh, hhhmmmm, mmmhhh. Ahhh, ohhhh, aku ketagihan. Mmmhhh." Meli dengan rakus, menjilat, menghisap dan mengulum penis yang sepertiganya saja tak masuk ke dalam mulutnya.
"Argggghhhh!" Roni mengerang menahan nikmat.
Tangannya menggenggam kepala Meli sementara pinggulnya pun ikut bergoyang selaras dengan Meli yang maju mundur mengoral penis besar itu.
"Mmhhh, nggghh, ngghhh."
Meli berguman tak jelas. Ia ingin mengatakan sesuatu tapi mulutnya telah penuh oleh penis Roni.
"Ahhhh!" Meli melepaskan milik Roni.
"Cepat entot aku. Aku sudah tak tahan ingin merasakannya." Ujar perempuan itu.
Meli pun menelentangkan dirinya diatas kasur. Ia merentangkan kakinya selebar-lebarnya. Vagina yang merekah itu terlihat jelas dihiasi bulu-bulu tipis diatasnya.
"Ayo, cepat sayang masukkan kontolmu!" Rayu Meli dengan jarinya mengusap klitorisnya sendiri.
Roni pun mendekat. Nalurinya kembali yang bergerak untuk memuaskan perempuan binal ini. Diarahkannya milik nya tepat kelubang vagina Meli.
"Ahhhh, pellaanhhh. Ini terlalu besarhhh. Ahhh."
Roni berusaha selembut mungkin memasukkan penis besarnya. Batang itu tak bisa masuk seluruhnya. Vagina Meli menjepit penisnya dengan ketat.
"Sshhhh, erhhh." Erang Roni merasakan nikmat jepitan Meli sambil memaju mundurkan batangnya.
"Yaahhh, yaahh, ohhh, kontholl inhhi. Ohh, terus masukkan lebih dalam."
"Ahhhhhh."
Seiring jeritan Meli itu, Roni telah menenggelamkan seluruh penisnya.
"Ohh, tiddaakk. Ohh, kontholmu mengapa senikmat ini. Ahh, ahhh."
Meli meracau tak karuan.
"Aku tak tahhaann. Ahhhhh!"
Meli mengejang nikmat tubuhnya berkelenjotan. Ia telah sampai pada titik klimaksnya.
Roni tak membuang waktu. Ia merebahkan tubuhnya disamping perempuan itu. Dengan gaya menyamping dan kaki Meli diangkatnya. Roni kembali memasukkan penisnya. Kali ini lebih mudah.
"Ahhhh, oooohh, kau kuattt skalii. Ahh, kontolmuu. Ahhh." Meli kembali meracau.
Tidak lama dengan gaya seperti itu. Roni merasa waktunya akan datang. Ia membalikkan tubuh Meli hingga membelakanginya. Pantat Meli ia tungginggkan. Sehingga pantat besar itu menonjol dengan indah.
Tangan Roni gemas meremas bongkahan pantat montok itu. Meli kemudian memegang pantatnya. Meregangkan belahan vaginanya.
"Ayo masukin kontolmu bangsat. Jangan hanya diremas." Ujarnya
Roni yang merasa ditantang dengan kasar memasukkan penisnya.
"Arrggghhh, yaahhh, yangg kerrass sodok yangg kerasshh. Ahhh."
Roni menyodok dengan keras. Hingga bunyi kulit beradu dengan kulit itu semakin nyaring.
"Ahhhh, aku tahhaann. Akuu samppaai. Ahhh, ahhhh, ahhhhhhh." Kali ini lolongan Meli lebih panjang.
Diiringi dengan lenguhan dan geraman Roni.
"Agghhh, agghh, arrrrgghhh." Roni memuntahkan seluruh spermanya kedalam Vagina Meli. Vagina itu tak muat menampung air mani Roni.
'Bukk'
Meli jatuh telungkup diatas kasur itu. Tubuhnya telah basah oleh keringat. Sementara cairan Roni merembes dari vaginanya yang sudah tampak kemerahan.
Hanya tarikan nafas perempuam itu yang terdengar. Sementara matanya memejam meresapi kenikmatan yang belum pernah dirasakannya. Dan Roni pun secepat kilat menghilang dari kamar itu.
***
Dikamarnya Roni menelentangkan tubuhnya diatas dipan. Nafasnya masih ngos ngosan. Tapi, tersungging senyuman dari bibirnya.
'Akhirnya aku berhasil membalaskan dendamku pada perempuan binal itu.' Gumannya.
Ia memejamkan matanya. Membayangkan betapa nikmatnya persetubuhan yang ia lakukan. Ini adalah pengalaman pertamanya. Dan rasanya sungguh luar biasa.
Roni pun melihat seikat uang ratusan yang digenggamnya. Senyumannya semakin sumringah. Suatu rencana mulai terfikirkan diotaknya.
"Hahaha, hahahaa , hahaha!"
Di malam buta itu tawa Roni pecah dan membahana.

SEMPAK MERAH (Book 1) -EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang