Siang itu Roni sedang menyusun beberapa barang yang baru datang di gudang. Dia mendengar dua perempuan sedang berbicara. Dinding gudang itu memang bersebelahan dengan ruangan biasa Nita menerima tamu jika di Toko.
"Ah, kau bisa saja. Kan aku memang cantik dari dulu." Suara itu, Roni tahu itu Nita.
"Nggak niat mau punya momongan mbak?" Tanya suara perempuan lain. Suara itu terdengar lembut.
"Belum kayaknya Di. Aku kan masih pengen mesra-mesraan sama Mas Beni."
"Ini udah tiga tahun lo Mbak. Masak mau mesraan terus."
"Ahh kamu. Makanya cari gantinya. Kamu juga udah satu tahun sendiri. Masak nggak ada yang kecantol."
"Belum ada yang cocok Mbak. Lagian sulit ngelupain Mas Hendra."
"Udah, yang lalu biarin berlalu. Kamu juga arus ngelanjutin hidup kamu. Liat tuh muka kamu murung terus. Nggak ada gairah. Hahaha." Nita memang selalu bercandanya kadang berlebihan.
"Ah Mbak."
Roni sudah selesai menyusun barang. Ia tak tahan bila terus mendengar obrolan kedua perempuan itu. Ada desiran nafsu menjalar ke ubun-ubunnya jika mendengar suara teman perempuan Nita itu. Ia bergegas keluar.
"Kil, kebetulan kamu yang disini." Panggil Nita kepada Roni ketika ia sudah berada di luar.
"Ada apa Mbak?" Tanya Roni.
"Kamu anterin barang-barangnya Diah ini ya. Dia sepupu Mbak." Jawab Roni.
Kemudian perempuan itu muncul dari belakang. Dengan menggunakan baju terusan biru dibawah lutut yang berkancing sampai bawah. Rambutnya tergerai indah. Bibir yang sensual. Dan tentu saja tatapan Roni tertuju pada buah dada perempuan itu. Masih bulat dan tak kendor.
"Eh, iya Mbak. Siap." Jawab Roni lekas agar tak ketahuan memandang Diah.
Diah melihat pemuda itu. Nita memanggilnya Kil. Laki-laki dengan jerawat sebesar kacang disekitar wajahnya. Wajahnya memang dekil dan kusam tak terawat. Tapi, dibalik itu ia dapat melihat sorot mata lelaki itu. Mata yang tajam seakan menusuk relung hatinya.
"Ya udah kamu masukin barang-barangnya. Ini notanya. Nanti kamu ikut aja mobil Diah di depan sebagai penunjuk jalan." Cerocos Nita memberikan kertas nota barang yang harus dimasukkan ke mobil box pick up.
"Awas macam-macam sama adikku." Ancam Nita.
"Mana berani saya Mbak." Jawab Roni ketakutan.
"Hahaha." Nita tertawa sambil geleng-geleng.
"Jangan gitu kali becandanya Mbak. Tuh, dia ketakutan." Ucap Diah.
Roni pun bergegas mengambil barang-barang yang akan dibawanya. Sekilas ia kembali melirik Diah. Perempuan itu menyunggingkan senyum tipis.
Ah, hati Roni berdesir. Tidak pernah ada perempuan yang tersenyum kepadanya selain Nita.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEMPAK MERAH (Book 1) -End
FantasySosok perempuan dengan gaun tidur yang sudah tersingkap tak karuan terbaring. Tubuhnya menyamping sehingga bagian bawah gaun itu tertarik keatas. Menampakkan paha putih mulusnya yang padat. Jakun Roni turun naik melihat pemandangan yang baru pertama...