Part 3

724 145 7
                                    

Iriana menunggu Mitha pulang kerja. Tetangga sekaligus sahabatnya tersebut bekerja sebagai accounting di salah satu perusahaan di Jakarta. Siapa yang tidak suka dengan Mitha. Gadis berambut panjang dan ikal. Ia sangat merawat tubuhnya. Cantik dan mempunyai pekerjaan yang menjanjikan. Pantas saja Virgo tidak bisa melepaskannya. Di luar sana pasti banyak yang mengejar-ngejar Mitha.

Berbeda dengan Iriana gadis yang tidak terlalu mementingkan penampilan. Ia memang cantik dengan apa adanya. Terlebih dirinya sangat menyukai pakaian kasual dan sepatu sneaker. Iriana mengirim pesan pada Mitha. Ia ingin menceritakan musibah yang menimpanya. Dan meminta untuk memanggil tukang pijat langganan keluarganya.

"Aku udah di rumah."

Isi pesan dari Mitha, buru-buru Iriana bangkit dari ranjangnya. Ia bergegas keluar menahan rasa sakit di kakinya saat meminta izin ke rumah Mitha. Setelah mendapatkan izin, Iriana ke rumah Mitha dengan berjalan pincang. "Tha, Mitha!" teriaknya saat masuk ke rumah sepi.

"Iya, aku denger!" sahut Mitha dari lantai atas. "Aku lagi ganti baju dulu," ucapnya sambil menuruni tangga. "Kaki kamu kenapa?"

"Aku jatoh dari motor, Tha."

"Ya ampun," Mitha segera memeriksa kakinya. "Kakimu sampe biru gini. Terus gimana?"

"Tolong panggilin tukang urut langgananmu ya. Aku nggak bisa ngurut di rumah takut Ayah tau."

"Ayahmu nggak tau?"

Iriana menggelengkan kepalanya. "Nggak, mangkanya aku ngurut disini. Sama nyuruh kamu manggil tukang urut."

"Oke, aku telepon dulu Bi Surti nya dulu. Semoga aja dia ada di rumah." Mitha ke kamarnya mengambil ponsel untuk menelepon tukang pijat. Biasanya Bi Surti tidak ada di rumah, suka dapat panggilan pijat. Mitha kembali ke ruang TV di mana Iriana menunggunya. "Syukurlah, Bi Surti ada. Nanti di anterin sama anaknya ke sini. Kamu bisa jatoh gimana ceritanya?" tanya Mitha yang duduk di sebelah Iriana.

"Aku ngantuk, Tha. Tau-tau udah di pinggir jalan aja. Aku nggak inget apa-apa lagi. Untungnya nggak ada mobil yang lewat soalnya lagi sepi. Kalau ada mobil, aku nggak tau nasibku gimana."

"Alhamdulillah, kamu nggak apa-apa ya. Terus ada yang nolongin? Kamu ke rumah sakit nggak periksa?" Mitha memberikan pertanyaan beruntun.

"Ada, ibu warung sama.." ucap Iriana menggantung.

"Sama siapa?" Tanya Mitha dengan raut wajah yang penasaran.

"Bang Candra," tandasnya.

"Lho? Kok bisa?" Dahi Mitha mengerut bingung namun dalam hatinya senang.

Iriana berdehem sebelum menceritakannya. "Aku kan itu lagi mau ke kantor Bang Hanif. Di suruh Bang Hanif ke kantor buat liat desain bajunya. Pas aku jatoh, Bang Hanif telepon yang ngangkat Ibu Warung. Dia yang ngomong, aku masih syok. Aku kira yang dateng itu Bang Hanif buat nolongin aku. Ternyata Bang Candra yang dateng. Dia nganter aku ke rumah sakit sama rumah." Mitha mendengarkan dengan senyum-senyum tidak jelas. "Aku malu, kenapa bukannya Bang Hanif."

"Malu kenapa?"

"Ya kita baru kenal juga, aku jadi ngerepotin dia kan."

"Dia lagi nganggur kali, jadi Bang Candra yang dateng. Dari pada nggak ada kerjaan," elak Mitha. "Bang Candra bilang apa? Kok bukannya Bang Hanif yang dateng nolongin kamu?" tanya Mitha.

"Dia bilang kalau Bang Hanif lagi ada rapat."

"Coba aku telepon Bang Hanif ya," ucap Mitha. Sambil menunggu tukang pijat langganannya. Ia menelepon sang kakak. "Halo, Bang. Iriana memangnya kecelakaan?"

Look At Your Heart (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang