Part 3

3.2K 333 33
                                    

19.00 WIB

Seorang gadis masih saja memejamkan matanya dengan selimut bergambar teletubis menutupi seluruh bagian tubuhnya, kecuali kepalanya. Padahal dirinya sudah tertidur dari jam empat sore sampai jam sekarang, tetapi tetap saja gadis tersebut enggan untuk membuka matanya.

Mungkin ini efek kelelahan. Karena, tadi pas pulang seolah, dia hanya berjalan kaki untuk sampai di rumahnya. Padahal Helta telah menunggunya sedari tadi, tetapi Gladis tetap Gladis dengan sifat keras kepalanya.

"Eungh," lenguhnya saat merasakan pipinya diusap-usap.

"Helta?!" pekik Gladis.

"Sakit, 'ya?" Helta mengusap lutut mulus milik kekasihnya.

Gladis menggelengkan kepalanya. Udah tahu sakit, malah nanya.

Helta menghela nafasnya kasar. Dia tahu bahwa gadisnya masih marah. Dengan cekatan dia langsung mengambil kotak P3K di atas meja belajar gadisnya.

"Aws."

"Bisa diem?!"

Gladis mengatupkan bibirnya. Lalu menatap Helta yang sedang mengobati lukanya akibat ulahnya tadi di sekolah.

"Lain kali kalau lututnya berdarah bilang sama gue."

"Pas di sekolah 'kan, Helta liat kalau Glad jatuh."

Helta diam. Dia merasa bersalah telah membiarkan gadisnya menahan sakit.

"Maafin gue," lirih Helta.

Hening.

Helta menatap Gladis yang sedang menatapnya dengan tatapan kosongnya.

"Kenapa?" tanya Helta.

"Gapapa." Gladis membaringkan tubuhnya kembali dan memunggungi Helta yang duduk di tepi kasur.

"Glad dengerin penjelasan gue dulu. Sebelumnya gue minta maaf karena udah bohong sama lo," sesal Helta.

"Terus tadi Helta kenapa duduknya deketan sama Putri?" tanyanya dalam selimut.

"Tadi gue sama Putri lagi ngomongin Aris, suer, " jujur Helta.

"Cih, alesan."

"Bahasanya Glad."

"Idih, dasar. Helta bullshitt."

Helta bangkit dari duduknya. "Terserah! Masalah percaya atau nggaknya itu hak lo." Helta mengacak rambutnya kasar sambil berjalan ke arah pintu.

Gladis mengintip dari dalam selimut, melihat Helta berjalan ke arah pintu kamarnya, langsung saja dia menyibak selimutnya dan lari ke arah Helta.

"Iya-iya Glad percaya sama Bubu!"

"Astagfirullah Glad! Untung aja gue gak jatuh!" pekik Helta tiba-tiba saat Gladis naik ke punggung Helta.

Helta mengendong Gladis dan mendudukkannya di meja belajar gadisnya. Lalu Helta memutar tubuhnya dan langsung berhadapan dengan Gladis.

Helta menoel hidung Gladis gemas. "Lain kali jangan ngambil kesimpulan dengan cepat, tapi lo harus lihat dulu apa yang sebenarnya," nasehat Helta.

"Iya," cicitnya.

"Good girl." Helta mengecup pucuk kepala Gladis.

"Bubu!" rengek Gladis.

"Kenapa, hm?" tanyanya lembut.

"Pengen es krim sama balon," rengek Gladis.

"Iya-iya gue beliin sekarang." Helta menghela nafasnya pasrah.

GLADIS [End | Revisi] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang