Part 7

2.3K 280 12
                                    

Wajah Gladis langsung memucat. Matanya memanas. Dan air matanya pun langsung meluncur begitu saja di pipinya.

Di sana terlihat Putri yang sedang senderan di bahu Helta tanpa penolakan.

"Kalian!"

Helta dan Putri menoleh ke arah Gladis.  Helta terbelak kaget dan langsung bangkit dari duduknya.

"Glad? Lo ngapain ke sini?" tanya Helta terkejut.

"Tadinya Glad ke sini mau ngasih suprise sama Helta. Tapi, malah Glad yang terkejut," tangis Gladis pun pecah.

"Glad dengerin gue dulu, ini gak seperti apa yang lo pikirkan."

"Harusnya Helta bilang aja, kalau Helta itu bosen sama Glad," isaknya.

"Glad gue----,"

"----selingkuh!"

"Gak. Gue gak selingkuh Glad!" bantah Helta tegas.

"Kalau gak selingkuh, terus barusan kenapa Putri senderan dipundak Helta?" marah Gladis.

"Putri sakit," jawab Helta.

"Seribu alasan. Bilang aja kalau Helta itu selingkuh!"

"Gue gak selingkuh Gladis!"

"Mana ada tukang selingkuh jujur!" teriak Gladis.

"GUE GAK SELINGKUH GLADIS MAGNETA!" bentak Helta entah yang keberapa kali membuat hati Gladis sakit.

Sementara di belakang, Putri tersenyum senang. Karena melihat Gladis yang rapuh.

"Kalau memang Helta selingkuh. Helta tinggal bilang aja ke Glad," ucap Gladis berusaha tenang menghadapi Helta yang sedang marah.

"Gue gak selingkuh!"

"Udah Hel gak usah emosi gitu, kasian Gladis-nya." Putri mengelus tangan kekar Helta sambil tersenyum licin ke arah  Gladis.

Helta maju selangkah.

Dan.

Plak.

Helta menampar pipi kanan Gladis. "Lama-lama gue cape ngadepin cewek yang cemburuan kaya lo!"

Air mata Gladis semakin deras mengalir dipipinya. Dia menutup mulutnya tak percaya. Lalu dia mengusap pipinya yang memerah. "Kok Helta tampar Glad sih?!"

"Glad gu----," Helta kalut. Matanya turun menatap tangan kanannya. Dirinya telah menampar gadisnya.

Gladis berlari ke arah luar, dan langsung memasuki mobilnya kasar. Pak Tamrin  yang tidak tahu apa-apa pun langsung melajukan mobilnya.

Helta jahat.

°°°

Hari telah berganti menjadi malam. Gladis masih saja mengurung diri di kamarnya sendirian. Keduaorangtua-nya sedang bisnis di luar negeri, Prancis.

"Kenapa Helta selingkuh?!" Gladis menangis di dalam selimut sambil memeluk lututnya.

Tok...Tok... Tok...

"Glad..."

Itu suara Helta.

Gladis terdiam. Dia tidak mau bertemu Helta sekarang.

"Glad. Lo di dalam 'kan? Gue masuk' ya?"

Gladis masih dengan diamnya.

"Glad? Gue tahu lo lagi nangis 'kan?" tanya Helta parau.

"Don't cry please!" Helta terduduk di depan pintu dengan keadaannya yang kusut.

Helta menghela nafasnya panjang.

GLADIS [End | Revisi] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang