Part 4

2.8K 309 18
                                    

Gladis menatap pria yang sedang memainkan game online-nya di ruang tamu. Apa dia tidak merasa bersalah gara-gara semalam?

Mata Gladis pun berkaca-kaca. Lalu munculah ide jailnya. Kepala Gladis dia condongkan tepat di telinga Helta. "GLAD BENCI SAMA HELTA! HELTA INGKAR JANJI SAMA GLAD! POKOKNYA GLAD GAK SAYANG LAGI SAMA HELTA!"

Helta mengusap telinganya sebentar lalu menatap Gladis yang sebentar lagi akan meluncurkan air matanya.

Oh tidak jangan menangis, batin Helta.

Ini semua memang salahnya. Harusnya Helta tidak membantu Putri. Betapa bodoh dirinya ini. Helta mem-pause game-nya dan beralih menggenggam tangannya. Namun, sedetik kemudian Gadis tepis.

"Glad maafin gue," lirihnya.

"Don't touch me." Gladis menatap tajam Helta.

"Sayang maafin Helta." Helta menundukkan kepalanya. Sementara Gladis mengerutkan dahinya. Tumben-tumbenan pria ini ngomongnya pake Helta.

"Helta bohong!"

"Sorry Glad."

"Helta jahat!"

"Gue gak jahat. Gue baik. Akhlak gue udah Mahmudah bukan Madzmumah lagi."

"Helta ngaret!"

"Ngaca neng, siapa yang suka Ngaret?"

Gladis memukul kepala Helta pelan.

Helta mengusap kepalanya. "Aduh dosa loh mukul suami," kekeh Helta.

Gladis mendelik ke arahnya. Menyebalkan!

"Gak baik natap suami gitu," tegurnya.

"Oh." Gladis bangkit dari duduknya.

"Mau ke mana?" Helta menahan tangan Gladis.

"Mau nyari cowok yang bertanggung jawab," jawabnya ketus.

Rahang Helta langsung mengeras. Dia tidak rela jika gadisnya dimiliki orang lain selain dirinya. Katakan saja kalau Helta egois jika bersangkutan dengan orang yang dia cintai. Dia tidak mau berbagi apa yang dia punya. Karena Gladis Magneta hanya miliknya. Selamanya!

"Gak boleh!" tegas Helta.

"Situ siapa ya? Main ngatur-ngatur kehidupan Gladis aja?" tanyanya sinis.

Helta menyeringai ke arahnya. "Oh, lo mau nyari cowok lain, hm?"

Gladis menganggukkan kepalanya polos.

"Gue gantung juga usus lo!" ancam Helta.

Muka Gladis langsung pucat pasi. Pasalnya dia suka tidak tahan jika membicarakan tentang organ dalam tubuh.

"Nggak! Nggak! Glad gak mau!" histeris Gladis. Untung saja rumahnya sepi. Karena Resti dan Bimo sudah berangkat kerja dari dua jam yang lalu.

"Makanya jangan macem macem," ucapnya dingin. Helta menggapai tubuh gadisnya untuk dipeluk.

"Maafin gue." Helta mengecup pucuk kepalanya lama.

Gladis mengangkat kepalanya ke atas untuk menatap Helta. "Tapi, ada syaratnya," ucapnya.

"Apa syaratnya?"

"Bubu beliin Glad es krim dua belas sama balonnya dua puluh sembilan ya."

"Oke siap. Masalah itu tidak masalah. Asalkan gadis kecil gue gak marah lagi." Helta mendekap kembali tubuh mungil Gladis.

Gladis melepaskan pelukannya. "Awas aja kalau bohong kaya semalem. Emangnya Helta semalem ke mana sih? Kok gak dateng-dateng?"

Mampus.

GLADIS [End | Revisi] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang