Part 8

2.4K 281 11
                                    

Seorang gadis sedari tadi duduk di taman belakang rumahnya sendirian. Dia sedari tadi senyum-senyum sendiri mengingat kejadian tadi sore . Sungguh dia sangat-sangat puas!

Tidak sia-sia dia meminta bantuan pada Helta untuk belajar matematika.

Putri benci Gladis.

Menurutnya, Gladis itu anak TK yang nyasar masuk SMA. Hanya saja hatinya yang begitu baik membuat semua orang memujanya.

Juniar Helta Syahputra.

Beruntung sekali Gladis mendapatkan pria yang sudah dia kagumi sejak lama. Sejak pertama kali dia masuk SMA, Putri sudah mengklaim bahwa Helta adalah miliknya! Tidak ada seorang pun yang boleh memilikinya! Selain dia.

°°°

00.00 WIB

"Haus," ucap Gladis serak.

Gladis berjalan menuruni anak tangga untuk mengambil air minum.  Namun, dia tidak sengaja melihat seorang pria membelakanginya, seperti sedang melamun.

Rasa penasaran pun timbul di benak Gladis. Ia pun langsung mempercepat langkahnya.

Sesampainya di meja makan, tangan Gladis menepuk bahu pria itu pelan. Sontak pria itu langsung menoleh ke arah belakang.

"Helta!"

"Gladis!"

Gladis memundurkan langkahnya. "Hel----ta, kenapa bisa di sini?" tanya Gladis gugup.

"Jagain lo," jawabnya.

"Helta pulang aja!" usir Gladis.

Helta menggelengkan kepalanya cepat.

"Gue gak bakalan pergi, sebelum lo maafin gue."

Gladis memberhentikan langkahnya. Sementara Helta maju ke depan untuk berhadapan dengan gadisnya.

Helta berjongkok di hadapan Gladis. "Glad?"

Gladis berdehem.

"Lo gak ngedengerin gue ngomong, 'ya?" Helta menatap Gladis.

"Glad dengerin."

"Gue mohon beri gue kesempatan buat jelasin kejadian yang tadi," mohon Helta.

Gladis diam.

Lalu lima detik kemudian, Gladis menganggukkan kepalanya.

Helta bangkit dari duduknya. Lalu memapah Gladis untuk duduk di meja makan. Dan mengalirlah semua cerita dari mulut Helta. Ia menceritakannya secara detail. Tidak ada yang ditambah-tambahkan agar gadisnya mengerti.

"Lo mau 'kan Glad maafin gue?" harap Helta.

"Helta gak bohong' kan?" Gladis menatap Helta ragu.

Helta mengusap wajahnya gusar. "Harus berapa kali sih Glad gue ngejelasinnya?!" gas Helta.

Gladis mengerucutkan bibirnya. "Gak usah nge-gas juga ngomongnya."

Helta terkekeh. Sungguh lucu kekasihnya ini.

"Iya-iya. Jadi, gimana? Gue dimaafin atau nggak?"

"Hm gimana ya?" Gladis mengetuk-ngetuk jarinya di dagu seolah-olah dia sedang berpikir.

Glad kerjain ah.

"Glad ma..."

Wajah Helta langsung sumringah. Namun, sedetik kemudian wajahnya kembali muram.

"Glad gak mau."

Ihhh kok unyu banget sih wajah Helta.

Gladis menatap Helta yang menunduk sambil menggenggam tangannya. Tiba-tiba tangannya terasa basah.

GLADIS [End | Revisi] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang