Dengan langkah gontainya Gladis memasuki rumahnya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun dia langsung menuju kamarnya. Membuat beribu-ribu pertanyaan muncul di pikiran Resti dan Bimo. Ada apa dengan anak semata wayangnya?
Tok... Tok... Tok...
"Sayang buka pintunya, mamah mau bicara sebentar," ucap Resti di luar kamar.
"Glad ngantuk mah!" teriak Gladis di dalam kamar.
"Kamu lagi ada masalah?" tanya Resti.
"Nggak mah!"
"Beneran?"
"Beneran mamah!"
Resti menghela nafasnya lega.
"Ya udah mamah ke bawah lagi. Tapi, jangan lupa nanti kamu turun untuk makan malam. Paham Princes?""Paham banget mah!"
Namun, dia teringat dengan kejadian tadi di sekolah. Tangannya masih merah. Entah kekuatan apa yang Melly keluarkan, hingga membuat tangannya menjadi merah. Dan akhirnya dia memutuskan untuk tidur.
Drt... Drt... Drt...
Baru saja Gladis memejamkan matanya. Handphone-nya bergetar lama menandakan ada panggilan masuk.
"Ck. Siapa sih." Gladis mengambil handphone-nya kasar.
"Helta?" gumamnya malas. Lalu dia melempar handphone-nya asal.
🎈🎈🎈
"Gimana, diangkat gak?" tanya Rizki.
Helta menggelengkan kepalanya lesu.
"Kayanya Gladis kecewa banget sama lo Hel," sahut Citra.
"Iya, gue juga tahu."
Sarah memutar bola matanya malas. "Ya iyalah Gladis kecewa. Makanya kalau udah punya pacar itu jangan deket-deket sama cewek lain, jadi gini 'kan?" sindir Sarah.
Sekarang mereka lagi berkumpul di rumah Rizki untuk menenangkan Helta yang sedari tadi uring-uringan karena mendengarkan penjelasan Sarah dan Citra mengenai Gladis. Helta menyesal karena tidak mendengarkan dulu ucapan gadisnya tadi . Bahwa Gladis menahan buang air kecil.
"Lo nyindir gue?" Helta menatap tajam Sarah.
"Realita kali." Sarah mencomot kripik singkong milik Aris.
"Lebih baik lo sekarang samperin aja gih Gladis-nya," saran Aditia.
"Nah, bener juga kata si Adit," Rizki menyetujui ucapan Aditia.
Helta menganggukkan kepalanya pasti.
Helta melajukan motornya seperti orang yang lagi kesurupan. Dia pengen cepat-cepat sampai di rumah gadisnya. Untuk meminta maaf atas kejadian tadi di sekolah.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam."
"Gladis-nya ada mah?" tanya Helta buru-buru.
"Ada, samperin aja di kamarnya. Dari tadi dia ngurung terus," jawabnya.
"Ngurung?" Alis Helta terangkat sebelah.
Resti menggukkan kepalanya. "Iya, tadi pas pulang sekolah Gladis gak ngucapin sallam, gak nyapa mamah sama papah. Dia langsung pergi begitu aja ke kamarnya."
"Ini semua salah Helta mah, " sesal Helta.
"Maksudnya gimana?" tanya Resti. Lalu Helta menceritakan semua kejadiannya dari mulai dia membantu Melly sampai dia mengusir Gladis.
KAMU SEDANG MEMBACA
GLADIS [End | Revisi]
Teen Fiction[Jangan lupa follow dulu akun author-nya sebelum membaca] "Janjimu seperti balon, ya? Indah sih, tapi sayang isinya angin doang." - - - Bagaimana jika Gladis yang dikenal cewek polos dan manja, ternyata dia seorang Detektif? Dan dia mencari-cari in...