O2.

214 24 3
                                    

"s- syil" ara terbata-bata, mencoba dengan sekuat tenaga untuk menyenggol lengan sahabatnya.

"hm, apa?"

"liat ke parkiran deh, gue gak salah liat k- kan?"

dengan segera, syilla memutarkan kepalanya dan langsung terpatung.

"pergi aja yuk ra? pemandangan kayak gitu, gak pantes buat di lihat" syilla sudah siap beranjak dari tempatnya, tapi tangannya ditahan oleh ara.

"lo tunggu disini ya ra, biar gue selesaiin dulu"

"big no, ra! gak usah di labrak, biarin aja."

"gaada acara labrak-labrak, gue cuma mau langsung minta putus aja." ara langsung beranjak dari tempatnya dan menghampiri pasangan tersebut.

"jevan" empu yang memiliki nama tersebut pun menoleh, dengan raut muka yang sedikit terkejut walaupun dia terlihat menetralkan ekspresinya.

"hei, kok kamu disini? bukannya kamu ada kelas?"

"dia siapa?" tanya ara dengan suara setegar mungkin.

"temen aku doang kok"

"temen, ya? deket banget ya kayaknya? sampe peluk peluk, elusin pipi, sama cium kening?" balas ara dengan senyuman yang terlihat miris.

"aku bisa jelasin, ra" katanya sambil mencoba menggapai lengan ara yang langsung ditepis dengan ara.

"halah, bacot. ngapain dijelasin, toh yang gue liat udah cukup jelas. baguslah gue langsung liat pake mata kepala sendiri, bukan dari orang lain. makasih ya jevan buat satu setengah tahunnya, kita putus." final ara dan langsung meninggalkan parkiran.

"syil, gue tipsen ya."

"gue temenin ya ra? nanti gue ajak chacha juga" dan hanya dibales gelengan kecil dengan senyuman kecil di wajahnya. gadis itu terlihat sangat kecewa dengan lelaki yang pernah mengahabiskan waktu satu setengah tahun dengan gadis itu cukup membekas.

































"duh, kacau, panas bangeeeeett" gadis berpipi tembam dengan rambut hitam legam itu mengeluh sejak 5 menit yang lalu, terduduk di pinggir lapangan sendirian.

selang 5 menit, gadis itu mengerutkan dahinya, "nih buat lo."

ara mendangak, melihat siapa pelaku yang tiba-tiba menyodorkan air minum dingin berasa itu dihadapannya.

"hah?"

"ini buat lo ayyara, gak denger?"

"hah? gue?"

"ck, lama lo ah" pemuda itu langsung menarik pergelangan ara dan menaruh minuman berasa itu di genggaman ara.

"diminum jangan diliatin doang" ucapnya dengan sedikit mengacak rambut ara dan langsung meninggalkan tempat tersebut. sementara korban yang mendapat perlakuan tersebut masih mematung, mencerna hal yang baru saja terjadi dengan tiba-tiba.

"ra??? lo sejak kapan deket sama jevan??? kok gak cerita cerita sih anjir??!"

ara yang baru saja terduduk di bangkunya sudah mendapat serangan pertanyaan dari sahabatnya.

"hah? jevan?" ara yang memang baru tau nama pelaku yang sempat membuat dirinya bingung pun malah semakin bingung.

"elah, kemana aja lo sampe gak tau jevan?"

"jevan, anak arsi yang terkenal sampe anak dokter aja tau??"

"anak arsi?"

"lola banget tuhan! cha.... temen lo cha.... gak sanggup gue"

"ya tuhan araaa!! makanya lo tuh jadi orang jangan bodo amatan napa" timbrung chacha yang ikutan gemes sama ara. sementara korban yang diceramahi hanya bisa menyengir kebingungan.

jelas ara udah selesai dari 10 menit yang lalu, sekarang ara sedang menunggu ayahnya. katanya ayahnya janji bakal jemput ara hari ini.

"hai ra"

pelaku yang sempat membuat heboh hampir 3 jurusan karena tingkahnya tadi siang muncul di hadapannya lagi.

"ya? ada apa, jevan?"

sang empu yang mempunyai nama itu terseyum, memperlihatkan matanya yang sedang melengkung bak bulan sabit.

"oh, udah tau nama gue ya. yah, baru mau kenalan langsung" pemuda itu merengek, merubah raut wajahnya yang tadinya secerah matahari jadi segelap angin topan.

"yaudah deh, gapapa, di inget terus ya cantik!"

setelahnya, pemuda itu langsung melajukan motor cbr nya meninggalkan ara yang menjadi pusat perhatian.




st4rverse, 2020.

fated | 2hyunjin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang