mereka bertiga sibuk bergulat dengan pikiran mereka, terutama ayara. dia terlihat sangat serius dan enggan untuk berkutik dari posisinya, hingga bubur datang dan mereka mulai menyantap makanan mereka.
"eh ra" panggil chacha berniat untuk membuka topik.
"kok lo ngampus? gak istirahat aja dirumah?" lanjut chacha.
"gak, ngapain?" ara menjawab dengan singkat, sementara chacha dan syilla bertatapan kebingungan.
"kalo sedih jangan sendiri lah ra, bareng-bareng aja. kita kan harus sedih-seneng bareng, anjai juga gue" timpal syilla.
ara hanya bisa terkekeh, merasa terhibur dengan ucapan syilla
"iya iya, santai" dan mereka pun melanjutkan acara makannya sambil membicarakan segala hal, mulai dari anak hukum yang katanya nyogok dospem sampai kucing tetangga chacha yang kemarin lahiran.
3 gadis itu melangkahkan kakinya keluar dari cafe, setelah menghabiskan bubur mereka. syilla mengajak chacha dan ara mampir ke cafe dekat kampus hanya untuk sekedar beli kopi. itung-itung di traktir sih sama syilla, makanya mereka mau ikut. kalo gak juga ogah.
tepat saat ara mendarat di ambang pintu cafe, ia berpapasan dengan jevan. ia terlihat sedang bergandengan mesra dengan selingkuhannya, ara sadar itu, sangat sadar. tapi ia mencoba tak acuh dan tidak menengok sama sekali.
sementara jevan yang sadar akan keberadaan ara daritadi mencoba mencuri pandang dengan ara, sampai bahu kecil itu benar-benar hilang dari hadapannya.
3 gadis itu memilih pendopo kampus untuk tempat peristirahatan mereka selanjutnya, terlihat 2 gadis yang sudah mulai melempar tawa masing-masing karena efek caffeine yang berlebih sementara 1 lagi memilih untuk berdiam diri.
"woi, ra!" ara menengok dengan spontan kearah suara
"h- hah?"
"buset dah, lo sekali lagi ngelamun gak gue sadarin ya ra. bodo amat lo tiba-tiba teriak teriak "aing maung" gak gue panggilin pak ustad." semprot chacha gemas.
"anjrit??? sialan lo"
"ya abis??? udah tau di pendopo, orang mah nyoba bercanda biar hawanya enak. lah ini malah bengong, ada sintingnya ni orang" emang ya, kalau soal ngomel ngomel chacha tuh selalu nomer 1.
"kenapa lo?" tanya chacha to the point.
"tadi– lo... ngeliat jevan...?" tanya syilla hati-hati
"iya" jawaban singkat, padat, dan jelas itu keluar dari bibir manis ara.
kedua temannya sedikit tersentak kaget, ara yang menyadari itu segera terkekeh.
"santai, noh orangnya muncul lagi" ucapnya enteng sambil mengkode dengan arahan kepalanya, kedua temannya langsung menengok ke arah yang dimaksud.
"gausah marah gitu, tuh liat ada asep di atas kepala lo berdua" lanjutnya dan langsung tertawa
"lo udah terima ra?" tanya chacha
ara sempat berfikir selama beberapa menit, memikirkan jawaban yang sekiranya cocok untuk mengekspresikan perasaannya sekarang.
"mana bisa sih cha gue terima? secara gue diselingkuhin. mana ada orang yang terima kalau diselingkuhin? banyak pertanyaan yang lewat gitu aja dipikiran gue, kayak–
"kok bisa ya dia selingkuh?"
"kok bisa dia lanjut mesra mesraan sama selingkuhannya?"
"kalau dia bosen sama gue kenapa gak minta putus aja?"
"dia merasa bersalah gak sih?"
semua pertanyaan itu tuh selalu menghantui gue cha, gue pun masih shock dengan apa yang gue hadepin, gue masih gak nyangka kalo gue bisa ngerasain pengalaman kayak gini. gue ngabisin waktu sama dia udah hampir 2 tahun, gue gak ngerti apa yang dia pikirin sampe punya ide buat selingkuh tuh... gak ngerti cha..."
tanpa disadari air mata jatuh begitu saja dari mata hazel itu.
st4rverse, 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
fated | 2hyunjin.
Teen Fiction"gue emang mau move on, tapi gak yang langsung nikah juga???" lowercase, harsh words. st4rverse, 2020.