Berkumpul!

38 9 6
                                    

"KALIAN......!!" Doie setengah teriak kaget melihat orang orang yang ada didalam mobil itu.

"Siapa Doy?" Xio yang semula asik menggoda Aldi, ikut menatap ke arah mobil, dan matanya pun melotot seketika.

"AAA!! ZEFFAN! ZEUS! REGAN!" Itu Aldi, terlalu senang melihat temannya yang lain juga sampai diwaktu yang sama dengannya dan Xio.

"Kalian..berangkat bertiga? Tau gitu, gua ikut kalian aja tadi. Sampe sini duluan malah dibilang pembohong sama ni anak" Xio cemberut, dan menatap Aldi dengan wajah malas.

"Hehe, peace men. Gua, Zeus sama Regan udah janjian berangkat bertiga dari kapan hari, jadi ya tinggal tancap gas aja" Zeffan keluar dari mobil dengan senyum lesung pipinya

"Kalian ngapain coba berantem tengah jalan gini? Lagi ada shooting Suara Hati Aldi apa gimana?" itu Regan, dengan wajah polosnya ia keluar dari mobil dan menghampiri ketiga temannya.

"Ini orang ngaku ngaku anak Byoskop. Emang ada ya, anak Byoskop namanya Gaxio?" Masih tidak terima dengan fakta yang ada, Aldi mengungkit masalah yang sama.

"Gua jarang nimbrung di gdm/gc, mungkin itu alasannya, makanya lu gak ngenalin gua. Tapi, lu udahan napa sih ngeributin gua, ntar naksir gua, gimana? Percaya gak? Ada pepatah bilang "Berawal dari benci, bisa jadi cinta" loh" Gaxio memang dasarnya jail, bicara begitupun masih dengan senyum nakal dan kerlingan manja dimatanya, yang mana membuat Aldi ilfeel seketika.

"Udah udah, ntar lagi lanjut geludnya. Lebih enak berantem didalem kan? Yang lain paling nggak bisa buat cemilan, buat nontonin kalian adu mulut" Zeus nyengir tanpa dosa dibelakang Zeffan, dan mendorong badan Doie masuk kedalam rumah.

Ya, pada akhirnya rumah ini semakin ramai, semua member datang sedikit demi sedikit, mengisi kamar kosong dirumah ini.

                              ****

16:00KST, Taxi Greenbird

"Hai, saya Sakata, senang bisa kenal dengan kalian semua, ayo menjadi teman baik!" Ini adalah latihan perkenalan Sakata yang ke 1.880 kalinya, terhitung sejak kemarin malam.

"Ah, masa pake saya, sih? Emang gua mau perkenalan diri sama anak UKM di kampus apa, ya? Formal banget perasaan," protes Sakata pada dirinya sendiri yang ke 1.880 kalinya juga sejak dia mulai belajar perkenalan untuk pertemuan hari ini.

"Lu terlalu ribet nenek Saka, kan gua udah bilang anak Byoskop itu adabnya udah nggak ada. Percuma lu latihan perkenalan kaya begini, eh besok juga udah ngata-ngatain disana, yang setan-lah, anjing-lah, brengshake-lah, banyak dah. Nggak akan berguna juga tuh perkenalan diri lu yang sopan banget," Eval jengah melihat Sakata yang bertransformasi menjadi orang bolot sejak kemarin malam.

"Yaa, gua kan pengen ngasih first impression yang baik ke mereka. Masa baru ketemu nanti gua langsung nyerocos, 'WAH BRENGJEK AKHIRNYA GUA BISA KETEMU KALIAN, GUA SAKATA NIH, TEMENNYA EVAL' ya nggak mungkin bwabwi," pembelaan tetap keluar dari mulut Sakata.

"Lu terlalu fokus sama latihan perkenalan nih, sampe lu nggak sadar kan kalo kita udah sampe di tempat tujuan," celetuk Eval dengan tersenyum lebar di wajahnya.

"Jadi, ini rumah neraka? Entah, isinya jelmaan setan semua, fyuh," sambil menghembuskan napas dan berdoa sebelum bertemu teman-temannya, Eval mengajak Sakata keluar dari taksi dan berdiri di depan gerbang rumah itu.

"Holy shit, ini rumah yang dibeli sama Doie itu? Terlalu... wow, dude," seketika Sakat cengo di tempatnya berdiri, agak shock melihat totalitas dari kelompok yang bernama Byoskop ini.

"Yah, dia memang gitu anaknya. Dah yuk, sini masuk nek," Eval berjalan ke arah bel dan mulai menekan bel dengan sangat kencang dan berulang-ulang. Entah dendam apa yang dimiliki Eval dengan teman-temannya ini.

DING DONG! DING DONG! DING DONG!

"Ebusett, siapa tuh yang mainin bel di depan? Bocah tetangga, ya? Berisik bener anying, gua lagi nonton nih jadi terganggu kan," Tuya yang tengah menonton channel mukbang merasa terganggu dengan suara bel yang sebenarnya dibunyikan oleh kawannya sendiri.

"Coba gua cek deh, kalo beneran anak tetangga biar gua tegur aja sekalian bocahnya," Doie berjalan keluar, tak lupa dengan sapu yang masih terbawa di tangan kanannya.

Sementara itu...

"Kok nggak ada yang bukain pintu, Val? Apa jangan-jangan kita salah rumah lagi," Saka melihat tak ada satupun orang yang keluar dari rumah besar itu, mulai berpikir bahwa mereka nyasar.

"Nggak mungkin nyasar sih, alamatnya udah bener kok. Rumah yang di foto Doyi juga kaya gini, kan? Persis mirip," Eval pun mencoba meyakinkan dirinya dengan membandingkan foto yang diberi oleh Doie, meskipun ada sedikit ragu di hatinya.

Gerbang rumah itu di buka pelan dari dalam, menampilkan sosok Doie dengan sapu di tangan kanannya. Cengo? Jelas. Karena dia pikir yang merusuhi bel rumah adalah anak tetangga sebelah yang berumur 9 tahun, ternyata Eval si lelaki gentle -yang mungkin setengah kiyowo- berumur 25 tahun pelakunya.

"Lah, Eval? Udah sampe? Kok lu nggak ngabarin, sih? Gua kira bocah tetangga barusan yang ngerusuhi bel rumah. Mencet bel-nya nyantai aja kali Epal anjing," jiwa 'emak' Doie muncul mulai menceramahi Eval sambil mempersilakan Eval dan temannya, Sakata, untuk masuk ke rumah.

"Ya sorry, Doy. Gua terlalu bersemangat aja sih, biar pada seneng gitu, kan gua sama Sakata udah sampe," Eval nyengir watados, wajah tanpa dosa.

"Ah, ini Sakata? Temen lu itu, Val?" Doie menaruh sapu di tempatnya dan mengulurkan tangan, hendak berjabat tangan.

"Hai, Doyi. Gua Sakata, temennya Eval, salam kenal," sapa Sakata sambil menyambut uluran tangan Doie dengan lembut. Nyatanya, latihan perkenalan diri 1.880 kali semalam tidak berguna sama sekali ya, Sakata?

"Oalah, bener ternyata. Salam kenal, Sakata. Gua Doie, anak-anaknya manggil gua Doyi atau Doho sih, but yeah- Doho, cuma Johi yang manggil gua begitu, hehe," cengir Doie canggung dan melepas jabatan tangannya. E-ey? Takut baper sama Sakata, Doy?

"Ayo masuk dulu, kalian pasti capek, kan? Di dalem udah pada rame juga. Istirahat dulu, yuk!" Doie mempersilakan mereka berdua masuk dan membantu membawakan barang-barang mereka ke ruang tengah.

"Gua ngerasain hal yang beda Val" Sakata berbisik pada Eval, dengan senyum tipis di bibirnya. Eval menatap Sakata bingung, seolah tatapannya berkata "Ngerasain apa?"

"Rumah ini.... tempat yang selama ini gua cari" Sambung Sakata dengan wajah damai yang baru pertama kali Eval lihat.

Semua kisah akan dimulai dari sini. Kerandoman, keabsurdan, dan kegilaan anak-anak Byoskop, semuanya dimulai dari sini.

Story Untold Byoskop : From Home Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang