Kisah Johi 5

15 3 1
                                    

Siceng dan Tenxlee gemas sendiri melihat tingkah Johi sejak pulang dari jogging pagi tadi. Gimana nggak? Balik jogging, Johi udah gak loyo, udah gak bayem, justru sebaliknya, dia balik jadi sosok Johi, si dongo yang ceria setia setiap saat.

"Dia kenapa Ceng? Lu bisa tebak?" itu Tenxlee, berbisik pada Siceng, sambil tetap memperhatikan Johi yang lagi sibuk main hape disofa.

"Kayanya, justru dia yang jadian sama Kia sekarang. Who knows? Dia balik dari jogging malah jadi ceria men" Siceng menopang dagunya, sambil terus menatap Johi tanpa henti. Dua anak manusia diruang tengah itu sedang sibuk dengan kegiatan "Mari Melihat Johi Jadi Bahagia".

ditaman saat jogging tadi...

"Jadi kak, cowok yang dibilang temen kakak itu, dia sahabat Kia. Namanya Suga. Kia emang deket sama dia, ya namanya juga sahabat kan? Terus, sekarang Kia gak pernah bareng dia lagi, karena dia lagi pindah ke tempat ibunya, jadi sementara dia tinggal disana. Dia beneran sahabat Kia, nggak lebih dari itu" Kia menjelaskan semuanya, tanpa ada yang dia tutupi, berharap kak Johi-nya mengerti, dan tidak terlalu memikirkan tentang dia dan sahabatnya, Suga.

Johi mematung mendengar semua penjelasan yang keluar dari mulut Kia. Jadi, selama ini, semua hal yang dia lakukan, sia sia? Kesedihan, galau, gundah, merana yang dia rasakan, benar benar tanpa alasan? Johi merasa seperti orang bodoh saat ini.

"Jadi? Dia cuma sahabat kamu Kia?" sekali lagi, Johi menanyakan itu pada Kia agar semuanya jelas. Dan saat Kia menganggukkan kepalanya, bahu Johi merosot, merasa lega detik itu juga. Apa itu artinya, dia tidak salah memperjuangkan Kia?

"Iya kak, dia sahabat aku aja. Kakak gak usah mikirin apa apa lagi, oke? Udah clear kan? Kita cari sarapan, terus jogging bentar yuk, sebelum ntar jadi makin siang" Kia bangkit, lalu menggandeng tangan Johi, mengajaknya mencari sarapan yang bisa dimakan bersama. Bagaimana perasaan Johi? Jangan tanya, dia merasa, perutnya dipenuhi kupu kupu sekarang, rasanya sangat bahagia, dan juga lega.
.
.
.

Siang itu, dorm tampak sepi, yang ada diruang tengah hanya Zeffan, Eval, dan Siceng. Sisanya? Dikamar masing masing nggak tau ngapain, pada sibuk sendiri.

"Val, liat gak? Johi gelagatnya balik lagi jadi kaya dulu, dia udah nggak ngebayem lagi, udah gak cosplay jadi manusia loyo" itu Zeffan, sambil selonjoran di sofa, dia ngegibahin temennya sendiri.

"Itu gua yang bantu anying Jep, kalo kaga gua bales kkt-nya si Kia, berani taruhan gua, si Johi masih ngebayem dikamar, peluk guling, terus sarapan disuapin sama Siceng"

"Hah! Jujur aja ni ya, gua agak anu sebenarnya nyuapin Johi, Val. Gimana ya, dia kudu dibujuk kalo kaga mau makan, gua merasa jadi ibu satu anak, yang lagi nyuapin anak demam. Harus dikasi kereta api dulu, baru mau makan dia..." mata Siceng menerawang, ingat betul usaha kerasnya menyuapi Johi beberapa waktu lalu.

Hari kedua Johi jadi sadboy..

"Johi, please makan ya? Ini lu sehat sehat aja padahal, tapi jangan sampe cuma karena galau lu sakit, kan gak lucu Joh. Makan ya? Ini makanannya gua taruh disini, habisin oke? Nanti gua balik ambil piring kotornya" itu Siceng, meletakkan makanannya di nakas, lalu sambil memegang knop pintu kamar Johi, ia akan keluar kamar pria bujang itu, sebelum akhirnya...

"Gua gak nafsu makan Ceng, lu bawa balik aja makanannya. Gua juga gak laper kok" jawaban tegas dan ketus itu keluar dari mulut Johi, dan masuk dengan sopan ke telinga Siceng. Sudah! Cukup sudah, Johi. Harus. Makan. Gimanapun. Caranya. Siceng bertekad.

"Kalo lu sakit, gua yang dinilai gak becus ngurus elu men, tega lu sama gua?" berbalik tanpa pikir panjang, Siceng mengambil makanan dinakas, dan duduk di pinggir ranjang Johi, ditariknya tangan Johi sampai laki laki tinggi kekar itu terduduk di ranjang. Johi shock, gak nyangka Dongsichengg__ punya tenaga sekuat itu.

"Yaudah sih? Kan gua gak nafsu makan? Gua juga gak laper. Kok lu maksa?" sewot, Johi menatap Siceng sengit. Oh demi Dewa, jangan sampai dua anak manusia ini bertengkar disini.

"Gua maksa ya karena gua peduli sama lu????? Lu terganggu? Yaudah, makan sekarang, gausah banyak protes" Siceng menyendok makanan dipiring.

"Kereta api datang! waktunya goa membuka jalan masuk-! Ayo kaptain Johi, kita hitung mundur agar goa terbuka, dan kereta api masuk dengan selamat!" dude? Johi adalah laki laki sehat, dan normal berumur 25 tahun, apa apaan ini? Siceng menyuapinya dengan style anak TK?

"AKU BILANG AYO KAPTAIN JOHI, KITA HITUNG MUNDUR AGAR GOA TERBUKA!" teriak Siceng memecah lamunan Johi.

"Ti..tiga.. dua.. satu.. go..goa terbuka" Johi merasa takut dengan perubahan sifat Siceng, dan mengikuti kemauannya, menghitung mundur, lalu membuka mulutnya dan memakan makanan yang disuapi Siceng.

"Kaptain Johi bestboy! Kaptain Johi goodboy!" dan selanjutnya? Siceng harus menggunakan trick yang sama agar Johi mau makan, meski dia harus terlihat konyol dimata temannya itu.

.
.
.

Sudah beberapa jam Johi kembali dari jogging, dan sibuk mengirim pesan Kakaotalk pada Kia. Hatinya tenang dan lega setelah mendengar semuanya langsung dari mulut Kia.

"Mulai sekarang, gua bertekad, bakal perjuangin lu Kia, gimanapun caranya. Gua, suka sama lu" monolog Johi pada dirinya sendiri. Kini ia yakin, gadis yang ia perjuangkan, bukanlah gadis yang salah. Dewi Fortuna sedang memihak dirinya sekarang.

.
.
.
.

Next Episode :
"HAH? LU... KENAPA LU DISINI?"
"Oh elu Sule Sutisna kan?"
"Kaga, kenalin, gua Eval men"
"YO JANGAN PANGGIL GUA TA TE TA TE MULU. GUA LUKES, DAN PANGGIL GUA DADDY"

Story Untold Byoskop : From Home Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang