Di sebuah bar ternama, tempat para orang-orang bersenang-senang ataupun menyewa orang untuk memuaskan nafsunya, bartender bernama Na Jaemin itu sedang berkeliling mencari sesuatu yang katanya berharga. Padahal Ia sudah memeriksa di setiap sudut ruangan, tapi tidak ketemu juga.
"Jaem, cari apa?" itu Jennie, rekan kerjanya.
"Lo liat kalung gak, Jen?" tanyanya sambil celingukan.
"Kalung? Gak tuh. Gue ke belakang dulu ya, Jaem. Maaf gak bisa bantu cari."
Jaemin hanya mengangguk dan masih mencari keberadaan kalung tersebut. Itu kalung peninggalan mendiang Mamanya, jadi kalung itu sangat berharga bagi Jaemin.
Setelah lama mencari, akhirnya Ia putus asa karna tak kunjung menemukan. Jaemin kembali ke ruangannya dengan berjalan gontai.
"Jaem? Kenapa?"
"Kalung gue ilang, Chan."
"Lah kok bisa?" Jaemin hanya mengendikkan bahunya malas lalu mengambil tas dan bersiap untuk pulang.
"Gue pulang duluan ya." Haechan tersenyum dan mengangguk. Ia kemudian melambaikan tangan kepada sahabatnya itu.
-It's Not Like that-
Seoul, 25 July 20.
Na Jaemin, bisa dibilang anak yang broken home dan tidak mempunyai tujuan hidup. Ia berpikir, kenapa tidak mengakhiri hidupnya saja? Kenapa Ia harus menahan sakit ini sendirian? Sementara, lelaki yang dipanggil Ayah pun sangat tidak peduli dengannya. Kalung pemberian mamanya juga hilang, ah, sial sekali pemuda manis itu.
Deringan telepon mengakhiri aktivitas melamunnya. Tertera nama, 'Mas pacar' tidak lupa emoticon love dibelakangnya.
Jaemin tersenyum lebar lalu mengangkatnya,
"Halo?"
"Halo, Na? Kamu dimana?"
Jaemin celingukan, melihat papan nama halte bus yang sedang ia tempati.
"Di halte XXXX, kenapa?"
"Aku jemput ya."
Sambungan di putus oleh pria itu. Jaemin tersenyum salah tingkah, hanya pacarnya saja yang peduli dengannya. Oh jangan lupakan Haechan, sahabatnya.
Ia menunggu kedatangan kekasih kesayangannya itu. Sampai ingin tertidur saking lamanya. Apa dia berbohong padanya? Aih, tidak mungkin.
Ckiitttt!!!
Kedua kaki Jaemin terangkat, terkejut, bukan apa. Mobil mewah itu tiba-tiba mengerem mendadak tepat di depan matanya. Dan kemudian keluarlah sosok pria yang sangat Jaemin cintai.
"Kak Mark!"
"Oy Na!"
Jaemin berlari lalu memeluk antusias pria berdarah Kanada itu. Ia sangat rindu, sangat. Sudah sebulan sejak Mark sangat sibuk dengan pekerjaannya, mereka tidak pernah bertemu.
"Kangen banget sama kakak.. hiks!" Jaemin mengeratkan pelukannya dan mendusel di dada Mark membuat si Dominan terkekeh.
"Udah udah, kakak udah disini kan?" Mark mengangkat wajah Jaemin dan memperlihatkan ekspresi yang- ah sudahlah, gemas sekali!
"Lama banget ih jemputnya."
"Maaf, baby. Macet tadi dijalan." Jaemin memainkan ujung kemeja milik Mark.
"Mau jalan-jalan?" tawar Mark.
"AYO~!!"
Mereka berdua tertawa tanpa memperhatikan sekitar, serasa dunia hanya milik mereka, yang lain cuma ngontrak.
Akhirnya mereka menghabiskan hari dengan pergi ke sungai Han, ke taman bunga, beli eskrim-- banyaklah.
Hari itu, diakhiri dengan Mark yang berkata,
"Na, u know? I love u so much. Makasih ya udah setia sama aku sampai detik ini. Ayo kita mulai menyusun kehidupan di masa depan!"
Jaemin? Menangis terharu. Tak lupa Mark mengecup kening Jaemin lama, membuat si pemuda Na memejamkan mata karena begitu nyaman. Ia bersumpah, tidak ada lelaki terbaik selain Marknya.
Dan Ia sempat berkata di dalam hati, semoga Mark bersungguh-sungguh dalam perkataannya.
To be continue !
Serius nanya, suka gak?
Oh ya, nikmatin aja dah ya, nanti gw selipin sama itu itu kok tenang ae *tink
Terimakasih yang udah mau vote + comment~
Papai