SEA LIFE Busan Aquarium.Hari libur bagi mereka— lebih tepatnya Jaemin dan Jeno, mereka memilih untuk berlibur ke tempat wisata pemandangan bawah laut yang terkenal di Busan. Karena Jaemin yang meminta, jadi Jeno mengiyakan saja.
Jaemin yang sangat antusias kini menarik tangan Jeno lalu mendekati aquarium yang ada didepan mereka. "Jenooo, liat ada ikan mirip Jeno!" Jaemin tertawa keras sambil menusuk-nusuk pipi Jeno.
"Itu bukan ikan, Nana. Ya, ikan sih, ikan pari. Ikan atau bukan ya?" Jeno mendekatkan wajah tampannya ke aquarium sambil berpikir. Sedangkan Jaemin tertawa terbahak-bahak. Entah apa yang membuatnya tertawa sampai seperti itu.
"Ayo ah, kesana." ajak Jaemin, menggandeng tangan Jeno lalu merapatkan dirinya ke tubuh bongsor Jeno.
Jantung Jeno berdetak cepat, yah meskipun mereka sudah sering seperti ini, tapi jantung Jeno tetaplah lemah kalau menyangkut Jaemin.
Mereka berjalan menelusuri lorong aquarium. Hingga sampai di tempat yang dimana sangat indah jika dilihat. Jaemin bersyukur, begitu pula Jeno. Mereka masih dapat melihat hal seindah ini seumur hidup mereka.
Jeno menatap Jaemin yang membuat Jaemin menolehkan kepalanya juga. Mendekati wajah Jaemin yang sedikit basah karena keringat. Jaemin memejamkan matanya, bersiap menerima apapun yang akan dilakukan Jeno.
Jeno terus mendekatkan wajahnya ke wajah Jaemin, tapi kemudian mendekati telinga Jaemin lalu membisikinya, "Laper gak?"
Jaemin membuka matanya, merasa malu karena Ia memejamkan matanya. Jaemin kira Ia akan dicium— ah sudahlah, itu membuat Jaemin makin merasa malu. Jaemin memalingkan tatapannya menuju aquarium disamping mereka, menekan rasa malunya.
Jeno terkekeh, melihat telinga Jaemin yang memerah, segera mungkin Ia mencengkeram lembut pipi Jaemin dan langsung mengecup singkat bibir Jaemin. Yang dikecup membolakan matanya, terkejut dengan apa yang dilakukan Jeno secara tiba-tiba.
"Ayo makan?" tanya Jeno selanjutnya.
Jaemin salah tingkah sendiri lalu membenarkan poninya yang sedikit berantakan akibat bertubrukan dengan dahi Jeno. Kepalanya mengangguk singkat, "Y-ya, ayo makan!" Jeno terkekeh melihat tingkah menggemaskan Jaemin.
Sekarang mereka sudah berada di restoran. Mereka berpindah tempat, ke Pantai Haeundae yang menjadi salah satu pantai yang terkenal keindahannya di Busan. Dan tentunya atas kemauan Jeno sendiri, bukan Jaemin.
"Pesen aja ya, gak usah malu. Aku gak mau kalo kamu masih sungkan sama aku." ujar Jeno.
Jaemin mengangguk, lalu memesan makanannya serta makanan Jeno. Jaemin sudah mengerti akan makanan kesukaan Jeno. Tentunya tipe seafood karena mereka sedang berada di restoran pantai sekarang.
Setelah memesan, Jaemin menatap Jeno yang sedang memainkan handphonenya. "Jeno, Nana mau bilang sesuatu." Jeno menghentikan aktivitasnya lalu fokus pada Jaemin.
"Setelah makan, mau liat sunset?" tanya Jaemin setengah gugup yang mendapat jawaban anggukan serta senyum yang sangat manis dari Jeno. Gula kalah manis, pikir Jaemin.
Akhirnya setelah selesai makan, mereka berjalan menuju tepi laut untuk melihat matahari terbenam. Tangan Jaemin mulai kedinginan karena angin laut yang berhembus begitu kencang. Jeno yang notice, kemudian melepas jaketnya lalu memakaikannya ke tubuh Jaemin yang sedikit menggigil. Jaemin bingung, bukannya Jeno nanti akan kedinginan juga?
"Jeno pake apa? Jeno nanti kedinginan."
Jeno menuntun Jaemin untuk duduk di pasir, lalu merangkul Jaemin dari samping, lebih tepatnya memeluk. "Begini, kan hangat nanti." Jaemin tertawa kecil sambil memukul dada Jeno main-main.
Sunset diawal bulan Agustus memang yang terbaik. Apalagi jika melihatnya dengan orang tersayang.
Jeno dan Jaemin menatap pemandangan indah didepan mereka. Untuk kesekian kalinya, Jaemin bersyukur karena sudah dipertemukan dengan orang seperti Lee Jeno. Hidupnya berubah 180° setelah bertemu dengan Jeno. Bukan masalah harta, hidup Jaemin menjadi lebih berwarna. Tidak monokrom seperti dulu.
"Jeno."
"Hhm?"
Jaemin meletakkan kepalanya dipundak Jeno. Ia mulai meneteskan air matanya. Jaemin merasa begitu bahagia saat bersama Jeno.
"Thank you."
Jeno menoleh begitu mendengar isakan Jaemin. Terkejut ketika melihat pipi Jaemin yang basah akan air mata. "Hey, why?" Jeno memegang pundak Jaemin, tangan kirinya mengusap air mata Jaemin yang entah kapan berhentinya.
"Can I hug you?" tanya Jaemin. Ia menatap mata Jeno begitu lama. Memandangi rupa yang sangat indah melebihi apapun.
"Sure, why not."
Jaemin langsung memeluk erat tubuh Jeno yang hampir saja terjungkal jika tidak ditahan dengan tangan Jeno.
"Jen, I love u so much." Jantung keduanya berdetak cepat. Jaemin yang masih dengan tangisannya, dan Jeno yang mengeratkan pelukannya. Kedua insan yang saling mencintai itu meluapkan perasaannya melalui caranya masing-masing.
Akhirnya Jeno melepas pelukannya terlebih dahulu, menatap sejenak raut muka Jaemin yang sembab, kemudian mengecup bibir Jaemin. Kecupan itu lalu menjadi lumatan. Bukan lumatan yang penuh nafsu, tapi sebagai bukti kalau mereka sudah sampai di titik ini. Sejauh ini.
Ciuman penuh kasih sayang itu diakhiri oleh Jeno. Keduanya bernafas tidak teratur, menempelkan dahi masing-masing dengan mata yang masih terpejam.
"Na Jaemin, will u marry me?"
Jaemin sangat sangat terkejut mendengar ungkapan itu dari Jeno. Ia tidak menyangka jika Jeno akan secepat ini mengajaknya untuk memulai hidup baru.
Jeno menjauhkan wajahnya lalu menatap wajah Jaemin penuh cinta. "Why not?" Jaemin meniru perkataan Jeno yang tadi. Membuat keduanya tertawa penuh kebahagiaan. Semoga tidak ada parasit lagi yang mengganggu hubungan mereka.
-It's Not Like That-
Jeno & Jaemin's Wedding.
"Astaga, cucu Nenek yang satu ini memang tampan sekaligus cantik sekali!" Nenek Lim membantu Jaemin mempersiapkan segalanya. Memegangi pundak Jaemin dan melihat ke arah cermin. Beliau tersenyum bahagia.
Jaemin menahan senyumnya sambil menatap cermin. "Nenek, Nana malu." Ia tersipu, telinganya sedikit memerah, membuat Nenek Lim terkekeh gemas.
"Ayo, calon suamimu sudah menunggu."
Nenek Lim menuntun Jaemin menuju altar pernikahan. Disana sudah terlihat Jeno yang memakai Tuxedo hitam, sedangkan Jaemin memakai Tuxedo putih. Sorakan para tamu undangan terdengar menggema di aula gedung ketika Jaemin sudah sampai didepan Jeno.
Setelah keduanya mengucapkan janji suci, pendeta mempersilahkan mereka untuk saling menempelkan bibir.
Jeno mendekati Jaemin lalu mengecup bibir kecil itu disertai sedikit lumatan, Jaemin pun membalas ciuman itu. Teriakan riuh terdengar, siapa lagi kalau bukan teriakan kekasih Jisung, Zhong Chenle, yang merupakan adik sepupu Jeno.
Jeno mengakhiri ciuman tersebut, menatap mata Jaemin penuh cinta, sangat bersyukur karena mereka sudah mencapai titik terjauh dalam hubungan.
"I love u, Na."
"I love u too, Jeno."
Dan acara tersebut diakhiri dengan Jeno yang dengan tiba-tiba menggendong tubuh Jaemin, lalu membawanya berlari menuju mobil pribadinya. Entah mau kemana mereka berdua itu.
To be Continue.
udah mau mendekati akhir ceritaaa..
hehe, see u tomorrow guys.
;Gynminny.