🌠Sanga✨

875 127 4
                                    

>>>>>>>>>>🌠✨<<<<<<<<<<

Kelas sepuluh adalah masa pengenalan dan adaptasi saat berada di sekolah baru. Karena bukan cuma sekolah yang baru, teman baru, guru baru, pelajaran baru. Di kelas ini juga circle pertemanan akan terbentuk. Sama hal nya seperti yang dialami Qeela.

Pagi itu Qeela tengah duduk di bangku belakang, matanya menatap keluar jendela. Kelas masih sepi, hanya ada dirinya. Sampai langkah kaki seseorang terdengar, suaranya semakin jelas mendekati bangku Qeela.

"Gue boleh duduk sebelah lu?" Ucap gadis berambut sebahu. Gadis itu sangat cantik, bukan hanya cantik dia juga manis, berkulit putih, berhidung mancung, serta gingsulnya yang membuat senyumnya semakin manis.
Ditambah lagi ia merupakan anak dari keluarga berada. Sempurna sekali bukan? 

"Ngapain? Mending lu duduk sama yang lain aja deh." Gadis yang baru datang tersebut terdiam setelah mendengar ucapan Qeela yang ketus itu.

"Tapi gue mau duduk sama lu." Sandrina mencoba untuk menyakinkan Qeela kembali. Ya gadis tadi adalah Sandrina.
Mata Qeela melirik Sandrina sejenak. Qeela terdiam, apa hak nya melarang Sandrina toh ini juga bangku milik sekolah. "Terserah."

Mendengar ucapan Qeela, hati Sandrina bersorak gembira. Menurutnya ini satu langkah keberhasilan untuk mendekati Qeela.
Sandrina pun meletakkan tasnya dan duduk di samping Qeela. Selama itu juga ia juga mengajak Qeela mengobrol, namun Qeela hanya membalas obrolannya secara singkat.

Teman-teman mereka satu persatu mulai berdatangan. Mereka menatap Sandrina yang mencoba akrab dengan Qeela. "Eh San, ngapain lu deket-deket sama Qeela?"
"Gue saranin lu jauhin dia deh San."
"Ntar ketularan loh."
"Ketularan virus, virus miskin."
"Ati-ati san ntar lu di porotin."

Kurang lebih begitulah ucapan teman mereka saat Sandrina mencoba akrab dengan Qeela. Yang membuat Qeela semakin panas adalah tawa mereka yang puas menghinanya. Qeela berdiri dan meninggalkan kelas. Sementara Sandrina hanya bisa melihat kepergian Qeela.

"Kalian ini apa-apaan sih? Emang Qeela salah apa sama kalian? Emang Qeela pernah nyakitin kalian?" Ucap Sandrina membela Qeela.

"Mulut kalian itu kayak orang ga berpendidikan tau ga?!" Bentak Sandrina yang membuat teman-temannya terdiam. Sandrina berlari dan menyusul kepergian Qeela. Sepertinya ia tau Qeela pergi kemana. Sandrina melangkahkan kakinya menuju rooftop dan benar saja dugaannya. Qeela sedang berdiri dengan tatapan kosong.

"Udah puas lu?" Ucap Qeela ketika ia tahu Sandrina ada dibelakangnya.

"Gue udah bilang kan, lebih baik lu jauhin gue dari sekarang."

"Enggak, gue tulus mau temenan sama lu. Gue ga kaya yang lu pikir."

Sebenarnya Sandrina sudah cukup lama memperhatikan Qeela, ia memang ingin sekali berteman dengan Qeela. Rasa kasihan bukanlah satu-satunya alasan ia ingin berteman dengannya. Namun, menurutnya nasib Qeela tak jauh beda dengan dirinya. Sandrina memang dikelilingi teman yang baik tapi itu hanya didepannya, lain lagi kalo di belakang. Sandrina sudah cukup lelah, tapi ketika ia melihat Qeela dia merasa dirinya ini lemah. Qeela yang  mendapatkan perilaku lebih buruk oleh temannya mampu bertahan sampai saat ini. Itu lah yang membuat Sandrina kekeh mendekati Qeela. Dia berharap kalau suatu saat nanti dia bisa bersahabat dengan Qeela.

Sandrina selalu mencoba mendekati Qeela. Entah apapun itu caranya, perhatiannya yang setiap hari ia lakukan pada Qeela membuat hati Qeela luluh dan percaya.

Sandrina selalu membela Qeela secara terang-terangan ketika Qeela di bully, Sandrina selalu membantu Qeela saat sedang susah, bahkan ketika Qeela di hukum karena lupa membawa seragam olahraga Sandrina rela berbohong demi ikut menemani Qeela dihukum. Mungkin itu berlebihan, tapi dengan itulah perlahan hati Qeela mulai mencair sedikit demi sedikit.

Pernah di suatu waktu, ketika Sandrina dimintai contekan oleh temannya, Qeela merasa geram. Kenapa Sandrina terlalu baik, pada temannya yang jelas jelas memanfaatkannya.
Ketika Sandrina menyodorkan bukunya Qeela merampas buku itu.
"Apa-apaan, gue duluan juga."
Ucap temannya yang ingin mencontek milik Sandrina.
"Tau, balikin sini, dasar miskin!"

"Gue emang miskin dan apa masalah kalian hah?! Kalian rugi kalau gue miskin? Mulut kalian gatel kalau ga ngatain gue?!" Qeela meluapkan emosinya selama ini, emosi yang ia pendam ketika teman-temannya mengatainya.

"Inget ya, gue emang miskin. Tapi gue ga miskin otak. Ga seperti kalian, kalian emang kaya tapi ga mampu beli otak." Ucap Qeela dengan tegas dan membuat sebagian temannya geram. Qeela menarik tangan Sandrina dan membawanya keluar. Tapi saat ia melewati temannya, salah satu tangan mereka menjambak rambut Qeela. Qeela tak tinggal diam, dia berbalik melepaskan jambakan tersebut dan menampar pipi temannya yang berbuat semena-mena itu sampai keluar darah di hidungnya.

"Kalian yang disini semua denger ya, terutama buat kalian yang suka ngehina gue. Gue ga akan segan-segan bikin perhitungan dengan kalian kalau kalian masih berbuat macem-macem sama gue maupun Sandrina, Camkan itu!" Terdapat penegasan di kalimat terakhir yang ia ucapkan. Teman-teman Qeela bergidik ngeri sepertinya ucapan Qeela bukan sekedar gertak sambal, mereka tak ingin bernasib sama seperti teman mereka yang mengeluarkan darah karena ulah Qeela itu.

Qeela kembali melangkah keluar kelas dengan menarik Sandrina.
"Nih!" Ucap Qeela menyodorkan buku milik Sandrina

"Lu ga perlu takut lagi sama mereka, lu juga harus tegas sama temen tisu kayak mereka."

"Makasih Qeel..."

"Harusnya gue yang bilang makasih, dan maaf selalu nyuekin lu yang  emang tulus mau temenan sama gue. Gue pikir lu sama kayak mereka ternyata lu beda. Gue sadar, gue salah udah menyamaratakan sifat kalian. Jadi lu masih mau ga temenan sama gue?" Sandrina memeluk Qeela setelah mendengar semua itu, Qeela awalnya bingung harus apa ketika dirinya dipeluk Sandrina namun akhirnya ia membalas pelukan itu. Dan dari sinilah, persahabatan mereka dimulai.

Akibat perbuatan Qeela tadi, Qeela mendapatkan panggilan dari BK tapi bukan cuma Qeela saja teman Qeela yang membully nya juga. Mereka mendapatkan hukuman secara adil. Dan kejadian ini membuat mereka semua jera dan akhirnya tak ada lagi bully membully di antara mereka. Mungkin rasa kesal ada, tapi itu semua sirna seiring berjalannya waktu.

****

Menginjak kelas sebelas teman-teman Qeela mulai mau menerimanya, tapi rasa trauma masih ada dalam diri Qeela. Karena itulah ia berubah, Qeela mulai malas, bahkan terkadang ia suka berbuat onar.

'Dasar remaja yang sedang mencari jati diri.'

>>>>>>>>>>>🌠✨<<<<<<<<<<<

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Haloo makasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita ku.

Maaf kalau ada kesalahan dalam penulisan.
Maaf  juga ya kalau bahasanya acak-acakan (╯︵╰,)

Ada yang kangen Rassya bareng Qeela ga nih? Wkwkw stay terus ya... (≧▽≦)

Jangan lupa vote, karena vote kalian semangat ku ( ˘ ³˘)♥

Kiyo_Piyo

PERCAYA PADAKU [SYAQEEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang