🌠Tiga✨

1.2K 167 7
                                    

BRUUUKKK

"QEELAA!!!" Pekik Sandrina
"Ya ampun Qeel... Bangun Qeel..." Sandrina meletakkan kepala Qeela di pangkuannya sambil menepuk pelan pipi sahabatnya tersebut. Pingsannya Qeela saat upacara menjadi pusat perhatian, peserta upacara. Namun tidak dengan petugas upacara yang profesional menjalankan tugasnya, walaupun ada sebagian diantara mereka yang sekilas melirik keadaan Qeela tersebut. Kemudian fokus kembali pada upacara.

Sementara itu, lelaki berbadan jangkung dengan tanda di lengan nya yang bertuliskan 'PMR' tengah membelah barisan dan menghampiri Qeela lalu membopongnya menuju UKS. Sebagian siswi melihat hal tersebut menatap dengan tatapan iri, namun ada juga yang menatap dengan tatapan kagum.

"Gue mau pingsan aja lah."
"Anjirr... Kalo digendong sama mas ganteng gue mau pingsan juga ah."
"Duhh envy gue."
"****** Keren banget, jadi pengen gue pacarin."

Itulah yang diucapkan oleh sebagian siswi tersebut. "Anak-anak tolong tertib kembali, upacara masih berlangsung." Kata pembina upacara memperingatkan peserta upacara untuk fokus kembali mengikuti upacara.

****

Upacara berjalan dengan lancar, kini Qeela masih terbaring lemah di atas brankar UKS. Sandrina tadinya ikut membawa Qeela ke UKS, dan berniat menjaga Qeela sampai temannya itu sadar. Tapi lelaki tadi menyuruhnya untuk masuk ke kelas dan mengatakan bahwa biar saja dia yang menjaga Qeela karena hari ini adalah tugasnya piket.

Bau minyak kayu minyak kayu putih yang menyengat membuatnya terbangun. Perlahan ia membuka matanya, melihat tempat sekelilingnya.

"Gue dimana...aw sakit banget pala gue." Ucapnya sambil mencoba untuk duduk
"UKS," jawab lekaki tersebut
"Ha? Kok bisa? Terus upacaranya?"
"Udah selesai 45 menit yang lalu." Lelaki berbadan jangkung tersebut menjawab seadanya pertanyaan Qeela.

"Gue pingsan ya?" Tanya Qeela dengan polosnya.
"Hmm.." lelaki tersebut hanya berdehem, lelaki tersebut memberikan teh hangat pada Qeela. "Makasih." Ucap Qeela sambil menerima gelas tersebut.

'Nih orang males ngomong apa gimana sih, dari tadi jawabnya singkat mulu.' Batin Qeela, kemudian ia menyeruput teh miliknya.

"Lain kali kalau mau sekolah sarapan dulu." Ucap lelaki tersebut sambil memberikan sebuah bungkusan. "Bisa sendiri kan?" Qeela melongo dibuatnya pasalnya baru saja ia membatin, ternyata lelaki tersebut bisa berucap lebih panjang.

"Eehhh... Iyaa bisa." Jawab Qeela
"Gue tinggal..." Kata lelaki tersebut karena waktu piket jaga nya telah berakhir.
"Makasih." Qeela menatap kepergian lelaki tersebut yang entah siapa tak tau namanya tapi telah dua kali membantunya. Yup...ia adalah lelaki yang sama ketika pagi tadi memberikan tumpangan pada Qeela, lebih tepatnya Qeela yang memanfaatkannya untuk lari dari kejaran anjing. Kemudian pandangannya beralih pada sebungkus plastik yang diberikan laki-laki tadi. "Onigiri?"

****

Qeela berjalan gontai menuju kelasnya, sebenarnya kepalanya masih sedikit pusing tapi ia ingin masuk kelas, karena di UKS sepi.

Tok...tok...

"Maaf, permisi bu. Saya boleh ikut pelajaran ibu? Saya baru dari UKS bu, tadi saya pingsan." Ucap Qeela berusaha sesopan mungkin
"Silakan... Tapi sebelum itu tolong kumpulkan tugas rumah kamu di meja ibu ya..." Qeela terdiam, tugas? Apa tugas yang dimaksud Sandrina tadi pagi? Mata Qeela mencari keberadaan Sandrina, setelah menangkap keberadaan Sandrina seolah dia memberikan kode. Tugas dari bu Madrim? Kurang lebih begitulah kode yang ia berikan. Kemudian di jawab anggukan oleh Sandrina.
'Aduh mati gue' batinnya

"Arimbi?" Panggil Guru tadi
"Ehh iya bu, anuu... Emm ituuu..." Qeela mulai kelabakan, "Iyaa kenapa?"
"Itu bu... Saya belum mengerjakan." Jawab Qeela seadanya.
"Yasudah, kamu tau sendiri kan konsekuensinya di pelajaran saya?" Tanya guru tersebut dengan tegas. "Iyaa bu.." kata Qeela sambil mengangguk, kemudian menjauh dari kelasnya.

Teman-teman kelasnya menyaksikan kejadian tersebut, ada juga yang melihat kemudian mengalihkan pandangannya tidak peduli. Karena sepertinya sudah biasa jika Bu Madrim, wali kelas mereka mengomel. Guru tersebut sebenarnya tidak galak namun tegas dalam mengajar. Justeru ketegasan itu lah bukti jika dia menyanyi muridnya. Namun, terkadang tindakan tersebut salah ditangkap oleh muridnya.

'Kasian Qeela' batin Sandrina yang ikut melihat kejadian tadi.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Halooo Reader!!
Jangan lupa klik bintang nya biar Author semangat ୧( ಠ Д ಠ )୨
Maaf ya jika ada kesalahan dalam penulisan (。ŏ﹏ŏ)
Dan terima kasih sudah mau mampir membaca cerita abal-abal ini //hiks
Semoga kalian terhibur ya (◔‿◔)
Salam dari Author
Kiyo_Piyo (~ ̄³ ̄)~

PERCAYA PADAKU [SYAQEEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang