Planning

0 0 0
                                    

"Elo ngapain aja, kok baru datang?" tanya Alfi yang sedang duduk di salah satu kursi yang berada di dalam basecamp sembari menatap ke arah Arya dan Alda yang berjalan menuju ke tempatnya.

"Mobil gue tadi macet," alibi Arya untuk membohongi teman-temannya.

"Mobil baru kok macet," sindir Rio yang sedang menghisap rokoknya di sudut ruangan.

"Ngudud mulu elo," ejek Alda sembari berjalan mendekati Rio yang sedang duduk sendiri di pojok ruangan itu.

Melihat seorang gadis sedang berjalan ke arahnya, Rio langsung mematikan dan membuang rokoknya. Dia tahu jika senakal-nakalnya Alda, cewek itu tak menyukai asap rokok.

"Nih buat elo!" Alda melemparkan selembar kertas pada Rio, lalu berjalan pergi.

"Apaan ini?" tanya Rio dengan memperlihatkan selembar kertas itu pada teman-temannya.

"Tiket pesawat," jawab Alfi tanpa melirik kertas yang diperlihatkan Rio tadi.

Mendengar jawaban Alfi, Rio langsung terkejut. Dia tak tahu apa-apa soal rencana ketiga sahabatnya, dan dia merasa tertinggalkan oleh sahabatnya.

"Apa tadi elo bilang?" Rio yang berdiri di depan Alfi itu memasang wajah polosnya.

"Tiket pesawat ke Bali," ulang Arya karena bosan mendengar pertanyaan dari Rio. "Kalo elo enggak mau, tiketnya gue ambil lagi."

Rio dan kedua sahabatnya langsung memasang muka bingungnya. Mereka bertiga tak habis pikir dengan ucapan sahabatnya yang terlewat kejam itu. Namun sekejam apa pun ucapan Arya, mereka selalu melihat sisi baik dari hati pria itu.

"Gue ikut," jawab Rio cepat, dia takut jika ucapan Arya tadi serius.

Arya menyunggingkan senyuman tipis tanpa makna. Memang cowok dingin yang misterius.

Alda melirik ke arah Arya yang masih tersenyum, tanpa sadar bibirnya pun ikut tertarik menyimpulkan senyuman manis.

"Berarti... jadi dong?" seru Alfi tiba-tiba dengan nada bahagia dan raut muka cerianya.

Arya hanya berdehem dan menganggukkan kepalanya pelan sebagai jawabannya.

"Tos dulu," ujar Rio dengan melayangkan kepalan tangannya ke arah Alfi.

Arya hanya menanggapi dengan raut muka datar tanpa ekspresinya.

"Ngapain?" tanya Alfi bingung.

"Jangan ikut-ikutan manusia batu dong!" rajuk Rio seperti anak kecil.

Mendengar rajukan Rio, Alda hanya tertawa renyah. Menurutnya, Rio adalah cahaya dalam persahabatan. Sikapnya selalu bisa membuat Arya tersenyum, meski sebatas senyuman kecil.

"Siapa juga yang ikut-ikutan Arya?" Alfi tak terima jika dia dibilang ikut-ikutan Arya. Baginya Arya hanyalah patung berjalan saja, saking cueknya dengan teman-temannya.

Mendengar namanya disebut, Arya menatap Alfi dan Rio dengan tatapan tajam nan mematikan khasnya. Sebuah tatapan yang selalu membuat nyali Alfi dan Rio menciut, namun selalu mengagumkan di mata Alda.

"Ampun, Bang jago!" pekik Rio sembari mengatupkan kedua tangannya di depan Arya dengan muka memelas.

Tawa Alda semakin keras, dia tak bisa menahan tawanya jika bersama dengan Rio. Cowok itu selalu berhasil membuat suasana dingin menjadi hangat. Dia selalu bisa membuat orang-orang di sekitarnya menggila.

***
"Selamat pagi, semuanya!" Senja berjalan masuk ke dalam kelasnya dengan raut muka yang ceria dan terlihat bahagia.

Rehan yang berjalan di samping kanan Senja hanya menatap teman-teman sekelasnya dengan tatapan datar saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Purnama di Kala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang