1. Innocent

5K 633 115
                                    

Jika harus mendeskripsikan dirinya, Gulf akan menjawab :

Slime.

Mungkin terdengar aneh, tapi begitulah Gulf Kanawut Traipipattanapong nyatanya. Seperti slime yang fleksibel, Gulf bukanlah orang yang susah diajak bersosialisasi, bila pembicaraan cukup menarik Gulf akan sangat cerewet dan terkadang membocorkan hal-hal to much information layaknya sebuah slime yang meluber saat dibuka.

Gulf adalah pribadi yang senang dengan perbedaan, menurutnya perbedaanlah yang membuat dunia saat ini berkembang. Bicara tentang perbedaan, Gulf juga salah satu dari orang yang merasakan perbedaan di masyarakat.

Alpha, Beta, dan Omega.

Tidak menjadi salah satu dari ketiga secondary gender itu tentu saja membuat Gulf tertekan, apalagi dengan latar belakang keluarganya sebagai pengusaha Alpha. Ditambah tak lama lagi Ia akan menjadi pewaris perusahaan Traipipattanapong ketiga menggantikan posisi Ayahnya.

Tanpa mengetahui secondary gender-nya, Gulf mau tak mau harus menerima bisikkan-bisikkan sinis dari pegawai perusahaannya bahkan sebelum Ia menikmati kursi jabatan.

"Aku kira Dia sudah mengetahui secondary gendernya..."

"Dia terlihat seperti Alpha, tapi kepribadiannya tidak mencerminkan seorang Alpha. Sangat ceroboh."

"Aku rasa Dia terlalu cerewet untuk menjadi Alpha."

Gulf yang sedang berjalan ke ruangan Ayahnya hanya tersenyum palsu mendengar ucapan-ucapan dari calon bawahannya.

Jaa—Asisten sekaligus bodyguard Gulf selama 3 bulan belakangan ini belum terbiasa dengan hal tersebut. Tentu saja pada awalnya Ia terkejut, apalagi ketika melihat ekspresi Gulf yang selalu tersenyum pahit namun tetap menyapa pegawai disana dengan ramah. Namun sebaliknya orang-orang itu acuh tak acuh pada Gulf.

Gulf memasuki ruangan CEO, dua orang pria paruh baya ada di dalam ruangan itu. Bisa kalian tebak, keduanya adalah orang tua Gulf. Ruangan bernuansa cream dan hitam itu dipenuhi feronom Kedua Alpha itu, hanya Gulf yang bisa mencium wanginya.

Gulf merentangkan tangannya kemudia memeluk Ayah dan Papanya erat dengan senyuman manis di wajahnya.

"Ayah, Papa~" ucap Gulf.

Ketiganya saling berpelukan, Jaa yang berdiri tak jauh dari situ tersenyum melihat keharmonisan keluarga Traipipattanapong.

"Gulf..." panggil Ayahnya.

"Iya, Yah?"

"Ayah sudah bilang jika ingin bertem—"

"Ssttt, Ayah... Gulf sudah terbiasa. Jangan anggap anak kalian ini lemah lagi." Gulf tersenyum.

"Kami hanya khawatir, tentu saja Kami mengetahuinya, Gulf."

"Ah, sudah rahasia umum kan? Biarlah, Pa."

Ayahnya dan Papanya saling memandang dengan tatapan khawatir.

"Bagaimana hasilnya?" Tanya Ayah Gulf sambil mengajaknya duduk di sofa.

Jaa membuka tas kulit berwarna hitam kemudian mengeluarkan sebuah amplop putih lalu memberikannya kepada atasannya.

"Terima kasih, Jaa."

Jaa menundukan kepalanya.

Ayah dan Papa Gulf membuka amplop tersebut perlahan, kemudian secarik kertas dikeluarkan. Terlihat tabel-tabel yang menunjukkan bahwa kertas tersebut adalah hasil penelitian lab.

𝐅𝐚𝐥𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐝𝐨𝐰𝐧 ; 𝐌𝐞𝐰𝐆𝐮𝐥𝐟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang