Hari-hari berlalu begitu cepat, begitu pula Alpha disampingku yang tidak pernah absen memberi tahuku hal-hal yang terjadi selama Aku koma. Mulai dari alasan kenapa Kami tinggal bersama yang ternyata merupakan ide dari Ayahku agar Kami semakin dekat dan saling percaya, hingga rencana keluargaku yang dilaporkan oleh Sekretaris Mew tentang pemilihan CEO baru yang akan segera menggantikan posisiku yang abu-abu ini.
Terkadang Aku merasakan keanehan karena Aku dan Mew terlalu cepat melangkah lebih jauh. Ya... Entahlah Aku sendiri tidak tahu bagaimana sepasang Alpha dan Omega yang terikat satu sama lain menjalankan pendekatan. Apakah secepat ini? Aku menjadi curiga ada sesuatu antara Ayahku dan Mew yang dirahasiakan dariku.
Ada banyak sekali pertanyaan kenapa Aku dan Mew bisa menjadi mate. Apakah Kami terikat karena takdir? Atau sudah ada yang merencanakannya? Apakah Ayah dan Papa tahu bahwa pasa akhirnya anak Mereka yang malang ini berakhir di tangan Alpha karena Mereka lelah mengurusku?
Oke, Aku berlebihan. Setidaknya Aku lebih tenang sekarang tidak dihantui bayang-bayang ekspetasi Kakek.
"Gulf? Kenapa melamun?" Pertanyaan Mew membangunkan lamunanku.
Aku segera menoleh padanya dan tersenyum sembari menggelengkan kepala.
"Kau bosan mendengarnya, hm?"
Mew menarik pinggangku dan memeluknya dengan erat. Aku merasa geli karena belum terbiasa.
"Aku tidak bosan, Mew..."
"Jika ada sesuatu yang Kau perlu dan tanyakan, ungkapkan lah."
Aku terdiam memikirkan puluhan pertanyaan dalam otakku. Sejujurnya memang banyak sekali pertanyaan yang membuatku overthinking, tapi Aku merasa tidak enak bila bertanya dengan lancang. Aku harus memikirkannya kembali.
"Er... Aku ingin tahu kabar Jaa." Ucapku saat wajah Jaa terlihat dalam benakku.
"Jaa? Apakah itu nama peliharaanmu?"
Aku tertawa.
"Astaga, Mew! Jaa adalah nama bodyguard sekaligus sekretarisku." Aku meletakkan tanganku diatas pundak Mew.
"Oh... Pria itu." Ujarnya singkat.
"Kau mengenalnya?"
Mew membuang nafasnya dan menatap jendela kaca penthouse milik Kami. "Wajahnya familiar, tapi Aku tidak yakin pernah bertemu dimana. Aku rasa saat kejadian itu bukanlah pertama kali Aku bertemu dengannya."
"Maksudmu?"
"Entahlah, Gulf. Mungkin wajahnya pasaran." Mew mengusap pipiku. "Aku akan meminta Tay untuk mencari tahu kabar Jaa."
Aku memeluk Mew dengan erat. "Terima kasih, Mew."
Tangan kekar milik Mew mengusap-usap punggungku dengan lembut.
"Terima kasih kembali, Sayang."
•••
"Ayah, jika Mew terbawa pengaruh keluarga Omega itu bukankah akan menjadi tameng untuk Kita?" Pria berambut hitam dengan tubuh kurus nan tinggi itu menyilangkan lengannya.
Di kursi megah itu terdapat Pria tua yang tengah mengaduk kopi hitamnya. Mata Tuan Jongcheveevat menjadi lebih sinis mendengar ucapan Anak bungsunya.
"Ayah sudah tahu Dia akan melakukan hal bodoh bila dilepas berkeliaran di luar sana."
Supanut mengacak-acak rambutnya dengan gelisah. "Lalu kenapa Ayah membiarkannya perg—"

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐚𝐥𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐝𝐨𝐰𝐧 ; 𝐌𝐞𝐰𝐆𝐮𝐥𝐟
FanfictionDua perusahaan Alpha-Jongcheveevat dan Traipipattanapong berkolaborasi tahun ini. Ketika Gulf hendak bersalaman dengan Mew, tiba-tiba Gulf terjatuh dan sekujurnya lemas. Mew yang paham dengan kondisi Gulf pun segera membawanya keluar aula acara.