💮 16]. Hukuman (3) 💮

36 27 1
                                    

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡
Update•°•°•°•°
Warning!⚠
Part sangat panjang! Author saranin buat minum atau gak tarik napas dulu! 💮💮💮
.
.
Budayakan vote sebelum membaca, biar authornya makin semangat nulis!
Makasih☺
Happy Reading•°•°•°•°

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

"Rasa peduli lo ini nih, yang bikin gue makin betah dekat dengan lo."

---Anita---

Mata Anita sudah bengkak karena menangis. Ia bahkan mengundang keheranan para pengunjung taman bermain. Sudah satu jam lebih ia menunggu di kursi terakhir Anita melihat Fano. Dan itu berarti ia dan Fano tak saling bertemu sudah memakan 3 jam, sedangkan Anita mencari dan mengelilingi taman bermain menyita waktu 2 jam lebih.

Tak sedikit orang-orang yang menatapnya kasihan tak sedikit pula orang-orang menertawakannya. Bahkan anak-anak yang berusia 7 tahun pun ada yang meledekinya terang-terangan.

Anita menghapus air matanya yang berderai di pipinya. Apa ia perlu pulang? Tapi Anita tidak tahu arah jalannya. Ia juga tak mempunyai uang untuk biaya taksi.
"Ayolah temukan solusinya Anita!" Ia menunduk sambil mengelus perutnya yang semakin lama semakin terasa sakit.

"Lo dimana Fan? Gue takut," ulangnya untuk kesekian kalinya.

"Lo nyari gue?" Suara yang sangat familiar di pendengaran Anita.

Anita mendongkakkan kepalanya dan menatap Fano dengan tatapan berbinar. Ia berdiri dari tempat duduknya sambil mengkucek-kucek matanya. Ia berharap ini bukan ilusi dan semuanya adalah kenyataan.

"Ya Tuhan! Fano, lo darimana aja?" teriak Anita yang langsung membuat mereka berdua jadi pusat perhatian sesaat.

"Sttth! Lo suka banget ngundang perhatian orang-orang yah," kesal Fano. "Nyesel gue keluar cepat kalau gitu." Sambungnya.

"Keluar cepat? Lo dari tadi disini? Lo gak ninggalin gue? Lo masih ngawasin gue dari tadi? Gue, gue kira lo ninggalin gue. Gue sampai ta---"

"Stop! Lo cerewet banget sih. Ribut, bikin kuping gue sakit. Tadi aja nangis-nangis sekarang malah teriak-teriak," kesal Fano.

"Gimana gue gak nangis, lo udah ninggalin gue sendirian 3 jam lebih. Gue kan takut Fan, gue takut." Kesal Anita.

"Gue gak bakal ninggalin lo," Kesal Fano. "Yakali gue ninggalin lo, sedangkan hukuman lo belum selesai." Tambahnya kemudian.

Untuk satu detik Anita merasa sangat bahagia, namun detik berikutnya membuat perasaanya remuk kembali. Anita sempat mengira Fano tidak ingin meninggalkannya karena ia sudah mulai kawatir dengannya, ternyata itu hanya sebuah harapan semata.

"Gue udah bilang kan tadi pagi gak bakal ada penjahat yang niat deketin lo. Mereka udah takut diluan, liat muka jelek lo."

Anita cemberut, kedatangan Fano membuatnya senang sekaligus kesal secara bersamaan.

"Lo darimana?" tanya Anita.

"Gue? Dari situ," Fano menunjuk pohon yang tak jauh dari tempat mereka berbicara saat ini.

Anita menatap pohon itu lekat, ia ingat sekarang. Jadi, laki-laki yang tidur dibawah pohon sambil menutupi mukanya adalah Fano. Bagaimana Anita tak mengenalinya?

"Gue nyariin lo dari tadi, terus lo malah tiduran di bawah pohon? Gue nangis sampai mata gue bengkak, gue keliling taman ini nyariin lo, gue ke warung sana sini buat lo, gue sampai diejek sama anak kecil gara-gara lo." Kesal Anita ia rasanya benar-benar sudah dipermainkan. Kepalanya sudah terasa sakit, badannya sudah sangat lemas, perutnya sudah lapar, kakinya juga sudah merasa letih berjalan. Ntah kenapa seluruh sakitnya datang setelah ia tahu Fano mempermainkannya. "Lo ngerjain gue yah?" tanyanya. Masih perlukah ia bertanya setelah melihat semuanya?

Lo Milik GueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang