💮 24]. Bersamamu

38 27 1
                                    

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Update•°•°•°•°
Budayakan vote sebelum baca^^
Happy reading•°•°•°•°

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

"Gue akan tetap seperti CCTV yang selalu mantauin orang tiap saat. Tapi bedanya gue hanya mau mantauin Fano bukan semua orang."
---Anita---

Fano menatap kebelakang. "Lo ngapain sih ngikutin gue mulu?"

Kevin dan Aldi ikut menoleh kebelakang. Disana sudah ada Anita yang berdiri, kisaran jarak 2 meter dibelakang mereka.

"Fano dimana ada lo, disitu ada gue," Anita berjalan pelan mendekati Fano.

"Berhenti! Stop disitu! Gue muak lihat lo!" kesal Fano.

"Tapi gue seneng lihat lo," ucap Anita sambil menghentikan langkahnya.

Tepat bel pulang berbunyi Anita langsung mengekor dibelakang tiga sahabat itu. Ia tidak akan menyerah sampai Fano memberinya nomor handphonenya. Bahkan saat jam istirahat Anita tetap mengekor dibelakang. Fano tentu saja tidak diam, ia marah dan membentak Anita. Fano berasa seperti induk ayam yang telurnya baru menetas, anaknya ngikut terus. Tapi bukan Anita namanya kalau tidak----keras kepala.

"Lo kasih aja deh nomor lo ke dia,"kata Aldi yang langsung diberi gelenggan cepat oleh Fano.

"Nggak mau!"

Aldi dan Kevin menarik napas dengan pasrah. "Nomor handphone gue aja lo ambil kepang, sebagai ganti nomor handphone si Fano. Gue iklas dan ridho jika lo telpon gue terus," ucap Kevin dengan tampang bodohnya.

"Ihhh... males banget." Anita berkata dengan tampang merasa jijik. "Gue mau nomor Fano, bukan nomor orang lain,"

"Fano gak mau ngasih nomor dia ke lo," Farel ikut bergabung di mereka. Lengkap sudah the geng Fano.

Anita menatap Farel dengan sorot mata kesal. Farel itu orang yang paling nyebelin di antara mereka ber empat, eh gak deh. Semuanya nyebelin, kecuali Fano tentunya.

"Gue pulang diluan. Gue udah ada janji sama nyokap, gak pulang lambat nih hari," kata Fano, ia manaiki motor merah miliknya. Ia memang tak menyukai pergi ke sekolah dengan membawa mobil mewahnya.

Anita diam ditempat. Apa perlu sekarang ia lari mengejar motor Fano? Astaga, Anita tidak ingin merasakan seperti yang dirasakannya beberapa hari yang lalu. Disaat Anita harus mengejar mobil Fano. Sungguh itu sangat melelahkan dan juga menyebalkan.

"Gue ikut," kata Anita. Dia memang akan ikut tapi bagaimana caranya?

"Lo mau nebeng ke gue?" Kevin memberi tawaran yang langsung diberi gelenggan cepat oleh Anita. Malas banget sama Kevin. Kalau sama kevin, Anita yakin ia tidak akan dibawah kearah yang sama dengan Fano, yang ada dia ditinggal ditengah jalan sendirian.

"Gak!"

"Ya udah kalau gak mau, lo jalan kaki aja kerumah Fano. Tahu rumah Fano kan? Jauh dari sini."

Kalau itu Anita tidak perlu diingatkan. Ia tahu pasti rumah Fano dimana, jaraknya sejauh apa. Itu sudah ia hapal diluar kepala. Catet! Diluar kepalanya.

Pip!pip!pip!

Anggap saja itu bunyi klakson motor. Gilang membunyikan klaksonnya dan itu berhasil mencuri perhatian seluruh siswa disana termasuk Anita. Bahkan Fano yang sudah ingin menstater motornya ia berhentikan.

Lo Milik GueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang