Tandai jika ada typo
Selamat membaca♡
.
.
.
.
."Mui, ada cewek yang lo suka nggak di sekolah kita?" Pertanyaan tiba-tiba Nezuko, membuat Muichirou menaikkan satu alis.
"Kenapa lo peduli?"
"Jawab aja elah. Pake nanya segala."
"Ada nggak yah? Enaknya ada apa enggak, Nez?" Muichirou bertanya balik.
Hal itu tentu saja sukses membuat Nezuko kesal dan akhirnya cemberut. Muichirou yang mengamati perubahan raut wajah Nezuko, tak bisa menyembunyikan senyum. Seperti ada sebuah magnet tak terlihat yang membuat kedua sudut bibirnya melengkung ke samping membentuk setengah lingkaran.
"Ayolah, kita udah sahabatan lumayan lama tapi lo masih belum terbuka sepenuhnya ke gue." cibir Nezuko.
Muichirou hanya tersenyum kikuk dan menggaruk tengkuknya. Terlihat ragu.
"Gue aja pernah cerita sama lo kalo gue pernah suka sama kak Inosuke dulu pas kelas 10, masa lo nggak mau berbagi cerita sama gue?" Nezuko mencoba membujuk Muichirou.
Muichirou tertawa sumbang. Harusnya saat ini adalah waktu yang tepat baginya untuk menyatakan segalanya. Bernaung langit malam dengan cahaya pendar bernama bintang dan bulan, suara debur ombak yang menenangkan juga semilir angin malam. Suasana romantis tercipta dengan sendirinya. Tentu hal ini begitu mendukung dan tepat untuk mengatakan segala rasa yang bermuara dalam hati, namun justru Muichirou tetap memilih menyimpannya. Ia memilih teguh pada pendirian akan waktu yang sudah ditetapkannya untuk menyatakan perasaan.
Melihat respon Muichirou yang hanya tersenyum, membuat Nezuko membuang muka. Kesal.
"Gue nggak suka siapapun, Nez." kata Muichirou berbohong.
"Nggak percaya. Lo tukang ngibul."
"Beneran, Nez. Gue emang lagi nggak suka siapapun." tegas Muichirou kembali berbohong demi meyakinkan Nezuko.
Nezuko mulai menoleh ke arah Muichirou. "Lo belok ya, Mui." tebak Nezuko asal. Gadis itu menyipitkan mata pada Muichirou.
"Ngaco!" bantah Muichirou cepat. "Nggak suka siapapun bukan berarti gue belok, yah. Tapi karena emang nggak ada yang menarik aja."
Lihat betapa andalnya Muichirou berbohong demi menutupi perasaan sesungguhnya. Lihat betapa pengecutnya Muichirou yang saking takutnya mendapat penolakan, jadi tak berani mengungkapkan perasaan.
Muichirou memainkan jemarinya, pemuda itu sedang gugup saat ini. Takut jika Nezuko tak mempercayai kebohongannya barusan. Dalam hati Muichirou tak berhenti berdoa agar Nezuko bisa percaya dengan mudah padanya.
"Terserah lo deh. Tapi yang pasti kalo lo lagi suka sama seseorang, lo harus cerita ke gue. Ngerti?"
Akhirnya Muichirou bisa membuang napas lega. Nezuko percaya.
"Ngerti bu guru."
"Janji, Mui?"
"Janji, Nezuko Kamado."
---◇♡◇---
Muichirou baru saja sampai di rumah. Tujuan pertama yang dituju adalah kamar. Selepas membuka pintu kamar, pemuda bersurai hitam kehijauan itu berlarian kecil ke arah ranjang sebelum akhirnya menghempaskan diri kesana.
Tekstur empuk dan nyaman dari ranjang, sejenak membuat Muichirou melupakan rasa pegal yang mendera selama perjalanan pulang. Tubuhnya yang sebelumnya bahkan seperti sudah remuk menjadi berkeping-keping, kini sudah terasa lebih baik.
"Baru pulang?" Suara sosok dari belakang Muichirou. Sosok yang memiliki suara sama persis dengan miliknya namun nada pengucapan katanya berbeda. Siapa lagi itu jika bukan saudara kembaranya, Yuichirou Tokito.
Muichirou tak menggubris. Ia ingin tidur.
Muichirou baru saja akan memejamkan mata dan tidur, namun ranjangnya yang sedikit bergoncang membuatnya kembali membuka mata.
"Ngapain sih lo ikut acara OSIS yang nggak guna itu?" tanya Yuichirou sarkas.
"Bacot."
Terdengar suara decakan, Muichirou paham jika ia mendengar suara decakan itu artinya sang kakak tengah menahan amarah yang meletup-letup dalam hati.
Ingin Muichirou menjelaskan semuanya, tapi bisakah penjelasan itu ditunda hingga besok? Muichirou hanya ingin beristirahat saat ini.
"Kenapa lo ambil uang tabungan kita 500 ribu? Buat apa? Lo tahu sendiri kalo tabungan itu buat kuliah kita nanti." cerca Yuichirou dengan pertanyaan beruntun.
"Ada lah." jawab Muichirou singkat.
"Pasti itu buat kepentingan 'dia' kan?" Yuichirou tertawa sinis. Tak menyangka adiknya begitu memprioritaskan orang lain daripada dirinya sendiri. "Bener kan? Nggak mungkin Muichirou yang seorang anak jurnalis tiba-tiba mengikuti kegiatan pelatihan OSIS jika bukan karena 'dia'." Tambah Yuichirou seraya menekan kata dia. Seolah menegaskan jika segala hal yang berhubungan dengan dia begitu penting bagi Muichirou.
Muichirou terdiam. Bukan karena tak menggubris tapi saat ini ia sedang disudutkan. Pilihan terbaik yang bisa diambil hanyalah, diam. Diam hingga kemarahan kakaknya mereda atau beranjak pergi dari kamarnya.
Ranjang kembali berguncang karena ulah Yuichirou. Kakak kembar Muichirou itu bangkit dari duduknya, berniat keluar. Sebelum menghilang dari balik pintu, Yuichirou sempat berucap kalimat menusuk, "Asal lo tahu, Mui. Yang lo lakuin itu salah. Memprioritaskan dia diatas diri lo sendiri itu salah. Dunia itu egois. Yang pertama lo jaga harusnya adalah diri lo sendiri. Yang pertama lo cintai harusnya adalah diri lo sendiri. Yang pertama lo utamain harusnya adalah diri lo sendiri. Bukan dia."
"Inget kata-kata gue ini, kalo lo terus menerus bertindak bodoh kayak gini, gue yakin lo nggak akan bahagia, Mui. Karena siapapun yang bahagia di dunia ini adalah dia yang bisa mencintai, menjaga dan menyayangi dirinya sendiri."
Lalu, BLAM!!!
Pintu kamar tertutup sempurna. Dalam ruangan seluas 5×5 meter, Muichirou hanya terdiam, termenung. Mencoba mengabaikan seluruh nasihat kakaknya dan membuatnya bagai angin lalu. Juga membenarkan segala yang dilakukannya selama ini.
Walaupun nyatanya itu sia-sia.
Ucapan Yuichirou begitu menusuk hingga ulu hati Muichirou.
Membuatnya merasakan tamparan yang begitu keras.
Buat kalian yang mingdep atau sekarang lagi PAS, semangat yah!!!
Semoga nilai kalian nanti sama seperti ekspektasi.
Tapi kalo nggak jangan berkecil hati.
Kalian sudah berusaha, sudah berjuang jadi nggak usah sedih ngokhey?Sekian, semoga suka
Byeee👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall | Muichirou X Nezuko
FanfictionPerasaan terpendam dalam hati Muichirou Tokito, begitu besar dan dalam untuk seorang Nezuko Kamado. Pertemuan pertama keduanya diumur 14 tahun begitu membekas di ingatan dan hati Muichirou. Gadis manis yang bersurai legam, beriris sewarna bunga sak...