Bagaimana sepoi angin membelai lembut surai kehijauan Muichirou. Dengan mudah membuat pemuda berwajah manis itu terbuai dalam kelembutan lantas tertidur pulas di atap sekolah.
Mimpi sepertinya tidak ingin singgah pada Muichirou. Mungkin jika mimpi bisa berbicara, dia akan mengatakan, aku bosan memimpikan sosok gadis yang itu-itu melulu statusnya pun dari kapan hari masih teman saja terus.
Hingga setengah jam berlalu, kelopak mata Muichirou perlahan terbuka, menampilkan manik hijau kebiruan yang bagai air lautan luas. Dengan masih sedikit mengantuk, ia merogoh saku. Melihat waktu pukul berapa dirinya terbangun.
Selepas tau waktu ia terbangun tepat saat istirahat kedua, Muichirou bergegas turun. Pemuda itu kelaparan. Setelah bangun tidur yang selanjutnya dilakukan adalah makan, memang apalagi?
Mulailah Muichirou menapaki satu demi satu anak tangga menuju lantai dasar tempat kantin berada.
Sepanjang belokan lorong, tak henti-hentinya para gadis memuji paras manis Muichirou yang bahkan lebih manis dari satu kilo gula aren. Apalagi saat pemuda itu mengusap surainya kebelakang, respon para gadis, segera mereka menutup mulut, menjerit tertahan, bahkan beberapa mulai melakukan aksi kayang.
Sesampainya di kantin Muichirou lantas memesan bakso dan es teh, kemudian mencari tempat duduk kosong. Baru beberapa detik pantatnya menyentuh permukaan kursi kantin, suara riuh mengalihkan perhatiannya.
Suara riuh dari sisi barat.
Ternyata ada Nezuko disana.
Dan, Zenitsu bersama sebuah kotak kado berwarna merah muda.
Gue baru bangun, astaga. Cobaan apa ini. Muichirou membatin.
Di sudut penjuru barat sana, Nezuko dibuat malu-malu karena perbuatan Zenitsu yang secara tiba-tiba menodongkan sekotak hadiah padanya.
"Selamat ulang tahun, ya. Maaf kadonya telat." kata Zenitsu sembari menyodorkan hadiah pada Nezuko.
Dengan perasaan senang sekaligus sedikit malu, Nezuko menerimanya, seraya tersenyum simpul kala mengenggam hadiah berukuran sedang itu. "Makasih." cicitnya kemudian.
Zenitsu terus saja tersenyum lebar apalagi sesudah mendengar ucapan terima kasih dari Nezuko. Kakinya terasa tidak lagi berpijak di tanah melainkan terbang menebus langit dan berjalan bergitu ringan di awan.
Ekor mata Nezuko bergerak kesana kemari, antara canggung dan malu bercampur menjadi satu, hingga akhirnya gadis itu melihat kehadiran Muichirou di sudut lain kantin.
Senyumnya mulai mengembang, dengan secepat kilat Nezuko menghampiri Muichirou, tanpa berpamitan pada Zenitsu.
"Mui!" panggilnya riang.
Muichirou menengok, berusaha bersikap seolah tak terjadi apa-apa, seolah sakit hatinya bukanlah masalah besar.
"Udah lama disini?" tanya Nezuko sembari mengambil tempat duduk di samping Muichirou. "Oh iya tadi darimana aja? Gue nyariin tau."
"Dari rooftop kok. Sebenernya tadi sama Yui, tapi abis tu dia bilang mo ke kamar mandi, cuman gak balik lagi."
Nezuko mengangguk mengerti. Gerakan ke atas dan ke bawah kepalanya itu membuat Muichirou gemas sendiri melihatnya.
"Gak mau pesen makan?" tawar Muichirou.
Nezuko mendengus, sedang tidak dalam mood ingin memakan sesuatu. Berselang beberapa menit pesanan Muichirou diantarkan ke meja kantin.
Seporsi bakso komplit dengan gorengan dan tahu goreng juga minuman es teh, agar tidak seret.
Baru saja ketika Muichirou akan memulai makan, ujung seragam lengannya ditarik sedikit, sontak Muchirou menengok, mendapati Nezuko memandang lapar ke arah bakso yang ia pesan.
"Kenapa?"
"Minta dong." cicit gadis itu pelan.
"Tadi disuruh pesen enggak mau. Sekarang ada orang mau makan malah minta."
"Minta dikit doang kok." ujar Nezuko dengan mata berbinar, berharap welas asih Muichirou. "Dikit serius."
Mata Muichirou memicing. Bukan setaun apalagi dua tahun ia bersahabat dengan gadis itu, Muichirou paham arti 'sedikit' yang Nezuko maksud.
Muichirou ingin mengangguk, tapi ia sudah menahan lapar sejak berada di rooftop. Perutnya sudah berdemo dengan membawa toa, tak sabar ingin segera makan bakso yang diidamkan sedari kemarin.
"Pleaseeeeee. Lo tuh sahabat gue yang paling cakep, Mui, yang paling pinter, yang paling rajin ibadah. Pokoknya yang paling apapun tuh ada di lo semua deh, jadi bagi ya?" rayu Nezuko dengan segala kosa kata majas hiperbola yang terlintas di pikirannya.
Dengan berat hati, harap digaris bawahi, dengan sangat berat hati, terpaksa Muichirou mengangguk meng-iyakan keinginan sahabat masa kecilnya itu.
Seketika pupil Nezuko melebar bahagia, gadis itu segera merebut sendok di jemari Muichirou dan mulai memotong setengah pentol, setengah tahu, dan setengah gorengan. Setelah usai memotong dan memakan semuanya, Nezuko mulai meminum setengah gelas es teh pesanan Muichirou.
Itulah alasan mengapa begitu berat Muichirou meng-iyakan. Karena sedikit bagi Nezuko artinya setengah milik Muichirou apapun itu.
Muichirou memandang nanar mangkuk bakso yang tandas setengah karena ulah Nezuko. Pemuda itu menghela napas pendek, mencoba bersabar walau batinnya menangis kencang.
Apa sih yang enggak untuk gadis yang dicintainya.
"Salah siapa jadi bucin." Yuichirou berteriak lantang di ramainya kantin, rupanya pemuda itu memperhatikan tingkah kembarannya dari tadi.
"Siapa tuh yang lo maksud, Yui." Salah seorang siswa menimpali Yuichirou.
Yuichirou tersenyum sarkas. "Buat yang merasa aja lah."
"Kantin itu tempat orang makan kalo mau nyinyir, ya dipundak orang lain." balas Muichirou tak kalah lantang.
"Noh, kan orangnya nyaut."
"Hak berbicara lo, gue cabut." Muichirou bersungut-sungut.
Hai. Apa kabar? Sorry ya gue ngilang lama hehe. Anyway hope u like it. See u👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall | Muichirou X Nezuko
FanfictionPerasaan terpendam dalam hati Muichirou Tokito, begitu besar dan dalam untuk seorang Nezuko Kamado. Pertemuan pertama keduanya diumur 14 tahun begitu membekas di ingatan dan hati Muichirou. Gadis manis yang bersurai legam, beriris sewarna bunga sak...