Dentuman kecil antara koper dengan lantai yang bersentuhan membuat Sian meringis, masalahnya ini masih terlampau pagi untuk membuat kegaduhan.
Gadis itu mengangkat kopernya menuruni anak tangga terakhir, berjalan menuju dapur lalu duduk diatas kursi meja makan menatap sarapan yang telah siap "bi, cepet amat bikin sarapannya?"
"Kan kemaren neng bilang mau berangkat pagi, jadi bibi siapin sarapan duluan atuh neng" jawab bi eni yang tengah memotong sayuran di dapur
Sian menghembuskan napasnya pelan "ihh gak usah repot-repot bikin bubur segala tau bi, roti sama susu juga Sian mah jadi" katanya, yang ditanggapi kekehan kecil Bi Eni
Bi Eni ini memang terasa seperti ibu kedua bagi Sian. Dimulai dulu, ketika ia baru bertemu Bi Eni ketika usia lima tahun hingga kini usianya telah mencapai tujuh belas tahun tatapan Bi Eni kepadanya tak pernah berubah. Selalu keibuan, Selalu pengertian, dan Selalu terlihat menyayanginya.
Suapan terakhir berhasil Sian masukkan kedalam mulutnya hingga tak lama pintu kamar utama terbuka memperlihatkan mami yang berdiri masih mengenakan setelan mukena "idih si kakak, udah siap aja"
"Si Caren mana mi?" Tanya sian
Mami menghela napas, "Abang Caren kak. jangan dibiasain ah" saut mami mengingatkan Sian yang kini hanya meringis sembari mengangkat tangan kanannya mengacungkan jari telunjuk dan tengah, tanda damai "masih dimasjid kayaknya, papa juga belum balik"
"Ini yang mau jemput Githa apa Citra?"
"Githa kayanya mi. Citra soalnya kemarin berangkat duluan"
"Hotel udah booking?"
"Udah, nanti pas sampe tinggal check in"
"Kamu tuh rencana ngapain sih kak ke Bandung? Ada apasih disana?" Tanya mami dengan alis dinaikkan
"Gimana ya mi.. yaaa mau refreshing aja dari kepenatan kelas 12 ini. Trus mau liat Unpad juga nemenin Citra"
Mami lantas mendorong pelan pundak anak gadisnya, "alah anak jaman sekarang, refreshing aja gayaan keluar kota" kata mami seraya terkekeh
Suara pintu utama yang dibuka terdengar jelas, disusul dengan Papa, bang Caren, dan Githa yang muncul setelahnya.
Githa menghampiri mami, lalu menyalimi ibu dari temannya tersebut. "Kapan nyampe Git? nggak kedengeran suaranya" tanya mami
"Baru banget tann, terus pas mau masuk ketemu sama om sama kak Caren jadinya bareng deh" jawab Githa pada mami disela cepika-cepiki yang dilakukan mereka
"Jadi yang mau nyetirin ke Bandung siapa?" Timbrung sang kepala keluarga
Sian yang tengah mencari flatshoes di rak sepatu menoleh, "itu didepan ada Om Tarno pa" sautnya yang ditanggapi papa dengan anggukan
Sian menarik koper kedepan pintu rumah, dilanjutkan dengan om Tarno yang memasukkannya ke bagasi mobil. Ia mendongak melihat jam dinding yang memperlihatkan jam 5:45, lalu beralih melihat Githa yang tengah asyik mengobrol dengan kedua orang tuanya di ruang tamu.
"Yee si Githa malah keasikan, liat ini jam berapa" Kata Sian yang kini berada di sisi kiri sofa
Githa menunduk, melihat jam tangannya "oh iya. yaudah om, tann, Githa sama Sian pamit dulu" katanya seraya berdiri
Sian maju menghampiri kedua orangtuanya, "kakak pamit yaa mii, pii. Nanti kalo udah sampe kakak telfon. Bilangin juga ke abang, nanti pesenannya kakak cariin"
"Iya, hati-hati ya cantik. Bilang ke Om Tarno gak usah ngebut mau cepet-cepet, yang penting sampe dengan selamat"
Dentuman pintu mobil yang ditutup terdengar. Sian mendaratkan bokongnya di jok empuk mobil Githa, gadis itu menghirup dalam-dalam wangi lavender yang menguak dari pengharum yang tergantung di spion depan.
Rasanya seperti sudah lama ia tidak merasakan perasaan excited untuk bepergian seperti ini. Semenjak dirinya naik ke kelas 12, hari-harinya benar-benar sibuk. Belajar persiapan masuk universitas, hingga menyelesaikan tugas menjadi kegiatan rutinnya sehari-hari yang tak pernah dilewatkan.
Rasanya penat, lelah, bosan, yaa campur aduk. maka dari itu Sian, Githa, dan Citra memilih kota Bandung untuk melepaskan penat yang dihasilkan dari kegiatannya bersama buku, selama tiga hari kedepan. Mumpung libur juga kan.
"Yan" panggil Githa
Sian menoleh, "Apaan?"
"Abang lo emang mesen apa?"
Sian memicingkan matanya "kok kepo? jangan-jangan..."
"Dih" balas Githa disertai alisnya yang mengerut sebal membuat Sian terkekeh
.
.
.
.
."Nyari cewek Git, hehe"

KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Bandung
Novela Juvenil"Inget Yan, di Bandung tuh bukan cuma ada asia afrika sama seblak aja. Disini juga ada cerita kita" Bayanaka pikir, semua cewek itu sama aja. Dia sempet mikir kayaknya lebih enak sendiri aja daripada punya pacar yang harus dikabarin tiap menit. Ter...